3 : Kemungkinan

73 7 0
                                    

"Dion, perkenalkan lelaki yang duduk di samping kamu adalah Delon. Calon menantu Papa."

Satu detik yang lalu, Dion dan Delon mereka berhasil mendengar dengan sangat jelas kalimat yang diucapkan oleh Herry. Tanpa di minta oleh siapapun mereka sepontan melirik satu sama lain, bersikap seolah sedang mencari jawaban dari tatapan mata masing-masing.

"Lupakan, anggap kita tidak pernah mendengar kalimat yang diucapkan Papa saya satu 1 menit yang lalu." Dion memutus kontak mata mereka berdua terlebih dulu. Kini pandangan matanya tertuju pada Herry.

"Kalau tidak ada hal penting yang ingin papa bicarakan, aku permisi untuk balik ke kantor. Ada banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan." Ucap Dion memperlihatkan wajah datarnya, ia berhasil bersikap seolah tidak terjadi apa-apa diantara mereka.

"Apa seorang ayah harus mempunyai bahan pembicaraan yang penting terlebih dahulu untuk bisa berbicara dan makan siang bersama dengan anaknya?" Tanya Herry, ada rasa kecewa yang tersirat dari nada bicaranya. Dion terdiam, masih dengan tatapan sama yang tertuju pada Herry.

Delon yang berada dalam situasi seperti ini bisa merasakan betapa dinginnya hubungan antara ayah dan anak ini.

"Kamu tidak akan kemana-mana sampai kita selesai membicarakan ini. Duduk ditempatmu dan makan apa yang telah dihidangkan." Herry kali ini berbicara dengan nada dingin. Dion menghela nafasnya lalu membuang muka dari tatapan Herry.

"Delon?" Herry memanggil Delon.
Delon menganggkat kepalanya untuk melihat lawan bicaranya.

"Maafkan sikap anak saya." Suara Herry melembut, tidak ada kesan dingin lagi di kalimat yang baru saja diucapkannya.

"Tidak apa-apa." Jawab Delon.

"Bisa kita lanjutkan pembicaraan yang sempat tertunda tadi?" Tanya Herry.

Delon menganggkat sebelah alisnya mencoba mencerna ucapan Herry, ia pikir Herry akan melupakan pembicaraan mengenai dirinya yang akan menjadi menantunya, namun pikirannya ternyata salah.

"Saya berniat untuk menjodohkan kamu dengan anak saya."

"PAAA..." tepat setelah Herry mengakhiri kalimatnya, Dion langsung angkat bicara. Namun Herry tidak menghiraukan ia tetap terfokus menatap wajah Delon yang membalas menatapnya.

Delon yang bingung menghadapi situasi ini, tidak mampu menanggapi ucapan Herry. Delon akan tetap diam jika Herry masih membicarakan hal yang tidak melampaui batas.

"Anak saya tidak mempunyai sesuatu yang bisa dibanggakan, dia hanyalah seorang pria yang sangat lemah yang mencoba bersembunyi dengan topeng kekuatan yang ia miliki."

"PAAA..." Dion kembali membantah, mencoba menghentikan ucapan Herry. Namun Herry sama sekali tidak menghiraukannya.

"Dia dingin, angkuh, sombong dan keras kepala, saya percaya kamu bisa menyeimbanginya karena kamu memiliki kepribadian yang bertolak belakang dengan anak saya."

"PAPA...." Dion membentak sambil memukul meja.

"Bagaimana apakah kamu bersedia menjadi pasangan seumur hidup anak saya?" Tanya Herry dengan nada bicara yang tidak bisa diragukan lagi keseriusannya.

Delon hendak menjawab namun kembali terdiam karena mendengar Dion yang kembali angkat bicara.

"Sepertinya keberadaanku disini tidak berarti untuk papa, kalau begitu aku permisi dulu. Aku akan kembali ke kantor." Dion bangkit dari duduknya dengan kesal, namun masih memperlihatkan kesan angkuhnya.

"Duduk..." Herry memberikan perintah untuk Dion, namun Dion tidak memperdulikan, ia bangkit dan berjalan keluar meskipun Herry terus memanggil namanya mencoba untuk menghentikannya.

The Last HeartWhere stories live. Discover now