Bab 2 : Daging dan Geraman

3.2K 337 32
                                    

Sejak hari itu, aku tidak pernah bertemu lagi dengan pria bernama Park Jimin. Melihatnya berjalan di koridor kampus saja, aku tak pernah lagi. Entah kemana perginya Si Surai Oranye, bukan urusanku.

Kupikir mampir ke cafe sebentar tidak ada salahnya juga. Lagi pula aku habis bertarung dengan soal kuis yang Mr. Jack berikan.

Aku memesan caramel macchiato. Wajib untukku sebab itu adalah minuman favoritku. Tidak lupa dengan raspberry cheesecake yang akan mendampingi ku sore ini.

Duduk di dekat jendela dan menatap ke arah rintik hujan yang tidak ada habisnya sejak setengah jam lalu.

Kualihkan pandanganku pada pintu di depan sana. Seseorang dengan surai oranye. Aku kenal dia, tidak salah lagi. Park Jimin.

Jujur saja, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Menyembunyikan diri? Pura-pura sudah selesai lalu pergi? Tapi untuk apa aku melakukan hal itu, aku bukan seorang buronan yang sedang polisi cari.

Tapi sungguh, aku tidak ingin Jimin mengetahui keberadaanku.

Aku kalut. Kututup wajahku dengan buku tebal dari perpustakaan yang sempat aku pinjam tadi siang. Kuharap ia tidak melihatku.

"Ini pesanannya, nona."

Aku tersentak dan awalnya kukira itu adalah Park Jimin. Tapi yang muncul di sisi sebelah kananku malah seorang pelayan pria bergigi kelinci. Ia tersenyum padaku, rasanya gemas sekali.

"Ah, ya terima kasih."
Ucapku masih dengan wajah yang tertutup oleh buku tebal.

Ia mengangguk. Tersenyum sekali lagi lalu melangkah pergi.
"Kau cukup hebat juga, ya bisa membaca buku dengan posisi terbalik seperti itu."

Yang benar saja, Ahn Yeseul!

Buru-buru aku membalik buku sialan itu. Buat malu saja.

"Wajahmu cantik, tidak perlu ditutupi."

Mampus aku. Kenapa ia tahu kalau ini aku? Ku turunkan buku sialan yang membuat harga diriku jatuh. Pandangan pria itu terpaku tepat pada milikku.

Aku terkekeh canggung, tidak tahu harus berkata apa pada Pria Jeruk ini. Melihat hal itu, ia ikut tersenyum dan garis lurus pada matanya kembali terbit. He's so fucking cute!

"Oh, hai Jimin."

Ia melipat tangannya di meja. Demi apapun, senyumnya itu tak pernah luntur. "Hanya pesan itu saja, Seul? Kau diet?"

Apa-apaan, sih Pria Jeruk ini? Sok akrab sekali. Padahal baru seminggu yang lalu kami mengetahui nama masing-masing. Hanya sebatas itu.

"Tidak, aku memang hanya ingin pesan ini. Di rumah nanti aku akan makan malam."

Ia mengangguk dua kali, kembali menatapku dengan senyum khasnya itu. Tak lama, pelayan bergigi kelinci itu kembali menghampiri meja yang aku dan Jimin tempati dengan sepiring steak juga segelas air putih. Mungkin pesanan milik Jimin.

"Terima kasih."
Ucap Jimin pada sang pelayan. Tentu dengan garis lurus di matanya itu.

Selepas pelayan itu pergi, Jimin kembali menatapku seraya mulai memotong kecil daging yang tersedia di hadapannya.

Grrr

Tunggu, tadi itu suara apa? Aku tidak salah dengar, 'kan? Yang menggeram itu.... Jimin?

Aku berdeham sekilas, mengatur posisi dudukku agar lebih nyaman. Ragu untuk bertanya pada Jimin sebab ia tengah begitu menikmati daging dengan baluran saus barbeque itu.

"Jimin," Ia hanya menatapku lalu fokusnya kembali ke makanan yang ia pesan, "kau... Yang tadi itu, kau menggeram, ya?"

Mendengar pertanyaan itu terlontar dari belah bibirku, Jimin tersedak potongan daging. Ia meneguk gelas berisi air putih yang ada di sisinya dengan terburu-buru.

"Kau salah dengar, Seul."

Setelah itu Jimin diam. Hingga potongan terakhir dari daging itu ia telan, ia masih tidak bicara. Tidak menatapku ataupun memamerkan senyumnya lagi padaku. Ia pergi begitu saja tanpa ada barang sepatah kata pun untukku.

Dia aneh. Aku yakin yang tadi menggeram seperti hewan itu adalah Jimin. <>

•••••

Our baby boy Jungoo jd pelayan di sini hehe.

Our baby boy Jungoo jd pelayan di sini hehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BETOVEREN | √ |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang