Elegi Pagi

163 21 17
                                    

Semilir angin dingin, membiarkan anak rambutnya sedikit terlepas dari gadis yang sedang di kuncir satu itu.

Tatapannya masih lurus ke depan,membiarkan lamunannya berkelana ke penjuru arah..

"Lo masih ngelamun lagi?"

"Hmm"

"Sekarang soal apa?"

"Banyak."

"Nggak mau lo ceritain?"

"Yang ada,kamu bakal mual,abis itu muntah beratt!"

"Masih aja sama,kalimat lo selalu sarkastis."

Gadis itu tersenyum tak peduli, sekilas ia tampak melirik temannya yang masih setia duduk di sebelahnya,eh bukan..dia bukan teman yang biasa tapi lebih dari istimewa.

Sahabat dari masa kecil yang selalu memberinya dosis penawar obat mujarap di saat pikirannya kosong,kacau bahkan semrawut berat dari zaman TV masih jenis hitam putih sampai jenis smart TV bisa streaming drama korea.

"Santai aja sih...dari lo masih jadi embrio,apa yang lo alamin itu cuma perulangan dari manusia terdahulu aja."

"Ck,penjelasan hari ini sok bijak" sindir gadis itu pada orang di sampingnya.

"Karena lo..emang gitu..mudah mengacaukan diri lo sendiri lalu kekenyangan dengan kemelowan lo yang menyedihkan."

"Panjang lagi aja kalimatnya..."

"Dosis yang pasnya sekarang kayak gini."

Gadis itu kali ini tersenyum tipis .

"Muka lo kucel."

"Kamu juga sama kumel."

"Tapi gue tetep ganteng."

"Yang ngaku- ngaku sendiri, biasanya kebalikannya."

Cowok yg duduk di sampingnya tergelak memutar bola mata.

"Aku becanda."

"Jadi mengakui?"

"Hmm"

"Apa?"

"Pak Warman wajahnya ganteng."

Cowok itu lagi -lagi tergelak sembari melipat kedua lengannya, melirik gadis di sebelahnya dengan kepala yang digeleng-gelengkan.

"Aku becanda." Gadis itu menoleh, memberikan penekanan dan perulangan pada kalimatnya tadi.

"Lo masih inget ya? sama yang jual bubur ayam, sumpah cacing-cacing di perut gue jadinya demo nih."

"Hmm." singkat gadis yang masih menjawab seadanya.

"Sarapan yuk! lo harus tanggung jawab nyuruh gue ke sini cepet-cepet, padahal masih pagi buta juga!"

"Ide bagus sih,eh tapi..harusnya minum nasehat bentuk puyer dari kamu,diminumnya kan abis sarapan ya?" Gadis itu mengeluarkan pertanyaan gilanya sambil memasang wajah tanpa dosa.

"Terserah lo deh, suka suka lo. Seenggaknya yang ini kalimat lo lumayan panjang."

"Ohh..jadi dari tadi kamu udah nung.."

Belum sempat melanjutkan kalimatnya, seketika lengan kanan gadis itu ditarik berdiri.

"Kemana?" Mata mereka beradu, tapi gadis itu seolah masih betah duduk memaku di kursi panjangnya tersebut.

"Nyari bubur ayamlah.."

"Emang aku bilang pengen sarapan bubur?" tanyanya cemberut dengan bibir yang sedikit maju.

"Lo kan tadi bahas pak Warman."

"Pak Warman kan udah sepuh,dia kan udah lama nggak jualan"

"Anaknya sekarang yang jualan."

"Hah seriusan...? Masa sih? Baru denger, namanya siapa?"

"Gue...lo kan barusan ngadopsi pak Warman jadi bapak gue!" Cowok yang sedari tadi sudah berdiri di depannya, menunjuk-nunjuk bentuk lingkaran ke wajahnya dengan ekspresi dingin dan senyum yang kecut.

"Hahaha..sensi."

"Emang lo doang yang PMS"

Cowok tampan itu, akhirnya berbalik sendiri memunggungi gadis yang masih terkekeh di belakangnya, ia berjalan dengan kedua tangannya masuk ke dalam saku celana panjangnya, rupanya dari dua sudut bibirnya ada sedikit senyuman yang mengembang.

"Akhirnya lo ketawa juga." lirihnya di hati, tanpa gadis itu mengetahuinya.

12.44 pm

-Gita-

Cerita Gita I✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang