Abstrak 3 - Fall For Him

Bắt đầu từ đầu
                                    

Diandra menimbang-nimbang apa harus dirinya mengatakan yang sejujurnya pada Maria. Tapi menyimpan semua seorang diri membuat gadis itu cukup tertekan. Dia menginginkan seseorang yang bisa diajaknya bertukar pikiran. Walau mungkin Maria bukanlah pilihan yang tepat. Mengingat siapa orang yang membuat Diandra jadi seperti ini.  

"Didi!" desak Maria karena Diandra tak juga bicara. 

"Janji satu hal sama aku," pinta Diandra ragu.

"Iya, apaan?"  

"Jangan menghakimi dan jangan ngamuk, oke?"  

Maria menghela napas. Gadis itu menaikkan sebelah tangannya ke atas. "Gue janji, nggak akan ngamuk dan nggak akan menghakimi. Puas?"  

"Jangan marah, aku..." 

"Didi cukup! Ngomong aja apa susahnya sih?" Maria benar-benar gemas pada sahabatnya ini.
"Oke dengar, Aku jatuh cinta sama Pak Shaun!" 

Atmosfir di antara mereka seketika berubah. Diandra membeku menunggu respon dari Maria. Sedang gadis yang ditunggu reaksinya juga sama membekunya. Merasa ada yang salah dengan pendengarannya. 

"Hah? Apa Di?"  

"Aku jatuh cinta sama Pak Shaun. Om Shaun-nya kamu!"  

Satu detik, dua detik, hingga beberapa detik berlalu tak ada reaksi apapun dari Maria. Gadis itu seolah masih berusaha mencerna informasi yang baru saja diberikan Diandra padanya. Hingga kemudian mata gadis itu melebar. Lalu menatap tajam sahabatnya. 

"Diandra!" pekik Maria. Yang disebut namanya bersiap menerima amukan dari Maria. "Lo... itu..." 

Diandra mengangguk perlahan. Sampai Maria tiba-tiba bergerak cepat ke arahnya. Membuat Diandra memasang postur siaga. Terlebih saat sang sahabat meremas pundaknya, membuat Diandra meringis.  

"Bilang itu bohong, Di!" 

"Tadi kamu janji untuk nggak marah." Diandra mengingatkan.  

Maria melepas remasan di pundak Diandra. Gadis itu kemudian berbalik membelakangi Diandra. Kemudian berbalik lagi menghadapnya hingga Didi terkesiap.

"Lo... serius, Di?" tanya Maria, wajahnya tak bisa dikatakan santai. 

"Kapan aku pernah bohong sama kamu, coba." 

"Di, yang kita omongin ini Om Shaun, Di. Bukan orang lain." 

Diandra mengangguk lemah. Gadis itu juga sadar siapa yang menjadi objek pembicaraan mereka kali ini. Tapi memangnya Diandra bisa mengendalikan perasaannya?  

"Aku tahu. Sangat tahu siapa orang yang saat ini kita bicarakan. Bahkan tadi di basemen aku lihat Om Shaun..."

Maria mengernyitkan dahinya. Tampak penasaran dengan apa yang ingin dikatakan Diandra. Meski bisa menebak walau tak secara pasti. Tapi Maria yakin apa yang ingin disampaikan Diandra tak akan jauh-jauh dari kehidupan yang dijalani Shaun. 

"Om Shaun kenapa, Di?"  

"I saw him kissed a woman."

Benar bukan apa yang dipikirkan Maria. Ia sudah bisa menduganya. Tapi masih tetap tak mengerti mengapa sahabatnya yang terkenal baik ini harus jatuh cinta pada pria seperti Shaun. Maria sangat tahu sejarah romansa Diandra. Gadis itu akan menjadi kekasih yang sangat baik bahkan menjurus tolol menurut Maria jika sudah berhadapan dengan perasaan. Dan demi Tuhan, Maria tak akan rela melihat Diandra harus merasakan sakit karena mencintai pria seperti Shaun. 

"Di, gue janji nggak mau menghakimi lo. Tapi sungguh untuk kali ini, tolong. Lupakan perasaan lo untuk Om Shaun. Please?"  

Diandra menatap lembut sahabatnya tersebut. Andai Diandra bisa mengendalikan hatinya, ia pasti akan mengikuti saran Maria. Tapi lagi-lagi gadis itu selalu kalah dari logikanya karena ia tak sanggup untuk menghilangkan perasaannya. Padahal rasa itu baru bertumbuh tak lama dalam hatinya. Tapi Diandra tetaplah seperti yang Maria selalu katakan, menjadi tolol jika berurusan dengan cinta. Itu sebabnya meski diizinkan berpacaran, Diandra tak benar-benar lepas dari pengawasan keluarganya.  

Abstrak Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ