💘1

13.5K 1K 106
                                    

Belum tahu mekanismenya bagaimana dan belum tahu harus tanya kepada siapa. Perbatasan wilayah darat RI tidak hanya di Papua. Ada Kalimantan dan Nusa Tenggara Timur. Hanya saja, sepertinya kebanyakan penugasan militer di Wattpad banyak yang ke Papua sehingga aku ingin mengambil batas lain sebagai setting yaitu Kalimantan. Tetapi karena latar belakang batalyon yang kugunakan adalah Yonmek 512/QY, pos satgas pamtasnya sepertinya di Papua. Dari hasil riset seperti itu, aku pun harus menyesuaikan. Sehingga Serda Arjuna yang seharusnya ke Kalimantan kuubah ke Papua.

So...happy reading

🔭🚁🌳

Pulang sekolah, Mehreen kembali ke desa bersama Mariana, sang kepala sekolah karena pos relawan memang berada di desanya. Begitupun Arjuna dan kawan-kawan akan mengikuti mereka. Oleh karena itu sebagian berjalan di depan, sebagian lagi di belakang dan Arjuna termasuk yang di belakang. Sedang Danrunya, Sofyan, di depan sedang ngobrol sambil jalan bersama Mariana.

"Mbak Meh..."

Mehreen langsung melotot kesal pada Arjuna. "Bisa tolong telinganya dibawa ya kalau sedang tugas!" Desisnya jengkel.

Arjuna kaget dan bingung. "Saya..."

"Ish! Jengkelin! Huh!" Dengkus Mehreen.

Arjuna melongo. Sementara Roby dan Dirga yang ada di belakang berusaha keras menahan tawa.

"Mbak Mehreen, maafkan senior saya. Sedang agak oleng pikirannya jadi kurang fokus." Kata Roby.

Mehreen kembali memicing menatap Arjuna yang langsung menunduk. "Lah, lagi oleng kok diijinin pergi? Bisa nyusahin kan? Danyonnya siapa sih?"

Ketiga tentara di belakang itu terperanjat dengan keterusterangan Mehreen yang dianggap berani.

"Memangnya Mbak Mehreen mau apa sama Danyon saya?" Tanya Arjuna kalem setelah menetralisir kekagetannya.

"Nggak ngapa-ngapain juga sih. Kenal juga enggak kan? Cuma kalau tugas tuh fokus. Ish!" Omel Mehreen.

"Ya justru dikirim kesini biar nggak oleng, Mbak." Celetuk Roby.

Mehreen manggut-manggut. "Oh gitu? Sayang ya...ganteng-ganteng oleng."

Demi apa pun dan Demi Allah Sang Maha Pencipta, Roby dan Dirga tidak tahan untuk tidak tertawa tapi sekali lagi harus menahan diri.

"Mbak Mehreen kok mau sih jadi relawan begini? Nggak takut?" Tanya Dirga mengalihkan dan itu adalah pertanyaan yang ingin dilontarkan Arjuna tadi.

Mehreen menggeleng. "Kenapa harus takut? Kalau Abi bisa, kenapa aku enggak?"

"Oh, Abinya tentara?" Tanya Roby.

"Iya."

"Dinas dimana?"

"Grup dua." Jawab Mehreen santai.

Baik Roby, Dirga dan Arjuna juga rekan-rekan di depan yang mendengar hal itu tersentak. Mereka langsung paham apa maknanya.

"Mbaknya nggak mau jadi tentara juga?"

"Kepingin tapi..." Mehreen menggeleng. "Berjuang kan tidak harus di garda depan. Saya...matanya minus dan nggak bisa berenang."

"Lho?"

Mehreen mengendikkan bahu seolah itu bukan masalah penting tapi Arjuna melihat itu sangat penting buat Mehreen.

"Hehehe...iya nih. Saya sering diejek, anak tentara baret merah kok nggak bisa berenang. Ya gimana ya...sudah belajar tapi nggak bisa-bisa. Mungkin olah raga air tidak bersahabat denganku jadi akhirnya lebih suka manjat. Hehehe..." jelas Mehreen meremehkan. "Saya sebetulnya pakai kacamata tapi tadi waktu sampai di sekolah jatuh. Tapi masih bisa lihat kok. Nggak minus yang parah gitu."

Jodoh ArjunaWhere stories live. Discover now