Sebelas (Rumah)

386 11 0
                                    

"Hehe iya Lin, nih bareng Alia juga" Ucap ibu
"Ngapain jauh-jauh ke sini?" Tanya tante
"Mah nyekolahin si Lia, biar pinter" Jawab ayah
"Oh yuk masuk dulu" Ajak tante

Kami semua beranjak dari pintu masuk menuju ruang tamu. Di sana kami dihidangkan dengan berbagai macam kue kering.

"Sekolah di mana Lia?" Tanya tante
"Di SMA Sakti te?"
"Baru kali ini ya ketemu tante"
"Iya nih te hehe"

Aku canggung sebab ini pertama kalinya aku bertemu dengan tanteku, meski keluarga, namun kesannya seperti sedang ngobrol dengan ibu kost.

Kami mengobrol banyak, perihal dua anak tante yang lebih tua dua tahun dariku, dan yang masih kecil. Begitupun dengan ibu yang tak menemukan kata rampung dari obrolannya dengan tante, kurasa mereka berdua memang saudara yang akur.

"Di" Panggil tante, kurasa sedang memanggil anak tertuanya
"Iya ma" Turun dari atas tangga
"Sapa tante, om dan sepupumu" Perintahnya
"Sandi" Menyalami mama dan papa juga aku
Sandi duduk di sebelah ibunya
"Jadi ini Alia?" Tanyanya pada Tante Lina
Aku rasa, Tante Lina juga menceritakan aku pada Sandi, sebagaimana mama menceritakan Sandi padaku dulu
"Iya, cantikkan?"
"Aku rasa dia akan jadi cewe yang paling banyak ditaksir cowo sekolahnya" Gurau Sandi sambil tertawa
"Eh, omong-omong Sandi sekolah di mana?" Tanya ayah
"SMA Pancasila om"
"Baru masuk atau?"
"Sudah mau lulus malah"
"Cepet banget, Alia aja baru mau masuk" Ayah melirikku dan tertawa kecil
"Rencana mau kuliah di mana?" Aku ikut bertanya
"Belum terpikirkan"

Begitulah Sandi, seorang pria tampan dengan sopan santun yang baik, seharusnya aku yang ngomong, kalau dialah yang akan banyak ditaksir disekolahnya. Aku senang bersepupu dengan dia, dia tak jauh berbeda seperti apa yang mama ceritakan. Kurasa kami akan akur.

Setelah bincang yang cukup lama di rumah Tante Lina kami langsung mengundurkan diri untuk pulang. Aku memandang kembali rumah yang akan aku tempati itu nantinya, tanpa mama, tanpa papa, namun tak apa Tante Lina baik, mungkin aku akan betah.

Kami beranjak meninggalkan kediaman Tante Lina setelah rampung berpamitan, aku terlalu lelah dan akhirnya tertidur selama perjalanan.

Hari-hari di rumah berjalan seperti biasa, kadang menghabiskan waktu debgan drama kesayanganku, kadang dengan teman-temanku. Sampai tiba di mana kebiasaan itu tak lagi dapat aku kerjakan.
Waktu sekolah sudah tiba.

Aku mempersiapkan segala barang yang akan aku bawa ke tempat baruku, papa menghantarku tapi mama tidak, beliau bilang sedang tidak enak badan. Sesampainya di rumah tante, aku merasa ada rindu setelah beberapa minggu meninggalkan tempat ini.
"Besok sudah sekolah nih"
"Masih harus MPLS te"
"Yaudah yuk masuk"
Aku dan papa masuk, kami duduk santai di ruang keluarga, meminum secangkir teh, namun papa minum kopi.

Tak terasa langit sudah berganti warna, sore itu papa pamit pulang meninggalkanku di rumah Tante Lina.
"Jaga diri baik-baik ya" Papa merangkulku, sayang mama tak ada, tapi tak apa tadi pagi dia sudah mencium keningku
"Titip Lia ya Lin" Tambah papa
Tante Lina menjawab dengan anggukan

Mobil berlalu sampai tak lagi keliatan, aku dan Tante Lina bergegas ke dalam.
"Kak Sandi mana te?"
"Ada tuh di atas, tadi sih nonton film"
Aku mengangguk
"Kalo anak tante yang kecil itu siapa namanya?"
"Fajar"
"Kalau dari parasnya sih dia masih kelas 4 ya te?" Aku menebak
"Kelas 3 dia"
"Oh salah" Aku tertawa kecil
"Tuh dia lagi nonton TV"
"Boleh aku temenin te?"
"Eits, ambil dulu barangmu, biar tante tunjukin kamar untuk kamu tidur nanti" Selain cantik Tante Lina juga orang yang tegas
"Oke komandan"

Kami menaiki beberapa anak tangga, lalu membuka pintu salah satu ruangan.
"Wah luas te"
"Takut kamu susah napas kalau kecil"
"Ya enggaklah te" Aku tertawa kecil
"Yaudah tante ke bawah dulu, kamu tata aja barang-barangmu"
"Siap"

Kamar itu cukup luas dengan satu kasur, lemari, meja belajar dengan rak buku, dan meja rias. Aku menata barangku serapi mungkin. Seberes menata barang ternyata aku lupa bahwa belum mandi, aku meraih handuk dan ke luar kamar. Kamar mandi terletak pas di sebelah kamarku.
Saat hendak masuk kamar mandi Sandi melintas.
"Sholat Li?"
"Iya ini masih mau mandi"
"Oh iya silakan"

Sandi terlihat tampan dengan baju koko lengkap dengan sarung dan peci. Setelah selesai berbincang aku langsung masuk kamar mandi.

Seberes sholat aku menonton televisi sebelum akhirnya suami Tante Lina datang dari arah pintu
"Baru pulang?" Sapa Tante Lina
"Iyanih, capek"
Tante Lina melihat ke arahku
"Oh iya Li, ini Om Panji"
"Halo om" Sapaku sembari menjabat tangannya
"Lia ya?"
"Iya om"
"Yaudah yuk makan dulu, kamu masak kan hari ini?" Tanya om pada tante
"Iya dong, opor ayam"
"Kesukaanku"
"Yuk Lia" Ajak tante sekali lagi
Aku mengangguk

Malam itu makan malamku terasa berbeda, bukan lagi dengan mama papa, tapi tak apa, nanti juga aku akan terbiasa. Semua lengkap, dari om dan tante, anak-anaknya juga aku.
Malam itu aku senang, besok aku sudah tak sabar untuk memulai langkah baru.

Alan & AliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang