Enam (Flashback)

600 13 0
                                    

Seperti biasa
Aku bangun pagi jam 4 untuk langsung sholat subuh, menyeduh teh, menonton acara kartun di hari libur dan tanpa mandi.

Aku bergegas ke kamar mandi untuk berwudhu dan langsung ke musholla untuk sholat, ibu sudah bangun lebih awal dariku, untuk siap-siap membuatkan sarapan pagi kami, ayah adalah yang paling susah untuk di bangunkan, biasanya setelah kami selesai sholat subuh, ayah kembali berbaring dan tertidur di kasurnya, baru bangun nanti jam 6 untuk siap-siap bekerja.
Pagi itu aku membangunkan ayah, mencegahnya untuk kembali tidur dan bercerita sambil minum teh di teras.
"Ambilkan teh ayah Li"ucap ayah sambil menggosok matanya
"Siap pak"
Aku pergi ke dapur mengambil nampan dan meletakkan dua cangkir teh yang sudah aku seduh diatasnya.
"Selamat pagi Lia"sambut ibu
"Selamat pagi juga ibu Lia"balasku
"Kok dua,buat siapa satunya tuh?"
"Oh ini, buat ayahku tercinta"
"Jangan banyak-banyak cintanya, nanti ibu cemburu"goda ibu
"Biarin"balasku
Ibu hanya tersenyum mendengar candaanku

"Mari ratu"godaku membuyarkan senyum tipis nan indahnya
"Ish,sudah sana ibu mau masak"dengan sedikit tertawa
Aku tertawa kecil sambil membawa dua cangkir teh menuju teras, ku dapati ayah sudah menungguku disana.

"Silahkan ayahku"lalu menyodorkan teh miliknya
"Tumben, ada apa?"
"Hehe, Lia pengen cerita yah"
"Ayah males denger cerita perihal rumus-rumus fisika kamu"
"Bukan yah, kali ini Lia mau cerita tentang kemarin, waktu di kota"
"Mau bilang kalo disana indah?, bagus pemandangannya?, enak makanannya?, iya?, biar ayah iri sama kamu?"dengan nada yang cepat dan senyum sinisnya
"Bukan yah, ish aku kemarin ketemu cowok"
"Perasaan kamu dak pernah deket deket cowok deh"
"Iya itu kemarin ga sengaja"

Perihal lelaki dan aku adalah sesuatu yang jarang bagi ayah dan ibu, aku tak pernah bercerita pada mereka bahwa aku suka seorang lelaki, karena memang aku tidak pernah suka dan ini bukan berarti aku suka sesama jenis, ingat itu.
Ini pertama kalinya aku bercerita tentang pria, jika kalian bertanya kenapa?, jawabannya ingin saja.

"Sehari ketemu dua cowo asing yang berbeda"timpalku
"Ya kalo cuma ketemu Li, ga bercakap-cakap"
"Aku sempet ngobrol dikit yah"
"Akhirnya, hati kamu kebuka juga, jangan kunci hati kamu dari lelaki, atau kamu akan dicap sebagai LGBT"dengan tertawa keras
"Ih,semoga aja nggak, ayah jangan doain yang ngga-ngga dong"bantahku sambil meminum teh
"Iya-iya maaf,terus ngobrol apa aja"
"Kalo cowo pertama itu, aku minjemin dia pulpen, kalo yang kedua itu dia ngembaliin uangku yang jatuh"
"Oh"jawab ayah
Tentunya jawaban itu buatku kesal,aku sudah bercerita panjang kali lebar jawabnnya hanya 'oh'.
"Jangan ngambek gitu lah"goda ayah
Aku diam tak memandang ayah.
"Ayah sama ibu kamu dulu ketemunya juga unik"
Aku tetap diam meskipun ada rasa penasaran ingin bertanya 'gimana?'.

"Ayah beli susu dulu di toko ibumu, lalu ayah pulang sampai akhirnya ayah sadar kalau kembaliannya lebih, ayah balik lagi"
"Terus yah"pintaku penasaran
"Nah gitu jangan ngambek"
"Iya-iya"
"Saat ayah balik,tokonya sudah tutup"
Aku menyimak dengan santai cerita ayah.

"Ayah balik lagi keesokan harinya,saat itu masih pagi, ayah membawa uang 50 ribu, sebenarnya kembaliannya itu 32 ribu, tapi uang yang itu ayah belikan cemilan, jadi ayah pake uang lain"
"Tunggu,biar aku tebak,nyampe disana ibu malah gada kembalian"aku memotong pembicaraan ayah
"Loh,gaseru ceritanya udah ketahuan, jangan nebak-nebak dong Li"gerutu ayah
Aku hanya tertawa dan disaat bersamaan ibu menghampiri kami
"Seru amat"ibu membuka pembicaraan menghentikan aku yang sedang tertawa
"Ini bu, ayah cerita tentang pertemuan ayah dan ibu dulu"dengan masih ada sisa ketawa
"Iya yah?, sampai mana ceritanya?, biar aku yang lanjutkan"
"Anakmu sudah tau, dia udah nebak ceritanya"ayah menggerutu
Ibu melirik padaku
"Sampai ayah minta kembalian, tapi ibu gapunya kembalian, soalnya masih pagi"
Ibu kelihatan berpikir sejenak
"Oh iya itu"jawab ibu sambil tertawa
"Jadinya ayahmu balik lagi deh sorenya, dan mulai modus deketin ibu"tambah ibu sembari melirik ke arah ayah,ayah hanya tersenyum kecil
"Modus gimana bu?"tanyaku
"Dia minta nomer HP ibu"
Aku ketawa.
"Terus malemnya dia SMS ibu,'selamat malam' katanya"ibu ketawa
Ayah diam dengan menahan malu
"Romantis banget yah"godaku
"Cowok emang harus gitu Li"ayah memutuskan berbicara
"Harus berani deketin cewek duluan, jangan biarin cewek yang ngejar duluan, cewek itu ratu ga boleh sampai kecapean"tambah ayah dengan raut wajah serius
"Wuih, bijak juga suamiku"goda ibu
"Keren yah,aku bangga"godaku juga sambil menahan tawa
"Ya iyalah ayah gitu loh"

Beginilah keluargaku, kadang mereke juga bisa jadi temanku, namun bukan berarti aku tak menghormatinya, aku senang bergabung dalam keluarga kecil ini, selalu ada di setiap hariku, entah karena kelakuan ayah ataupun kelakuan ibu, seperti sekarang, aku yang berniat cerita namun malah ayah yang bercerita, ya beginilah ayahku, namun aku sayang.

Setelah perbincangan tadi pagi selesai, kami semua sarapan dengan apa yang sudah ibu masak, sederhana namun enak, ibu adalah koki terbaik sedunia, dapur dan ruang makan kami adalah restoran bintang lima, aku bangga.

Aku kenyang.
Biasanya saat sudah kenyang seperti ini aku menyibukkan diri dengan HPku, ya walaupun aku jomlo namun tak apalah.

Ku buka HPku.
Tak ada yang spesial, kecuali chat dari Dina.

Dina
Inget, nanti sore!
Alia
Siap dan.
Dina
Nanti ku jemput.
Alia
Nanti ku tunggu.

Setelah itu Dina hanya membaca pesanku saja, aku letakkan HPku dan kembali fokus pada acara kartun pagi ini.

Alan & AliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang