Dua (Ayah Ibuku)

960 31 2
                                    

Siapa sangka.
Ternyata niatku yang semula hanya ingin tiduran saja berubah menjadi tidur beneran.
Aku terbangun pada siang hari lalu lekas pergi sholat dan menemui ayah ibuku.
Kebetulan sekali mereka sedang berdua di depan TV.
"Yah,bu aku ingin bicara"
"Mau bicara apa memang?"tanya ibu
"Tentang sekolah SMAku buk"
"Oh sudah dapet?"sambung ayah
"Belum sih,tapi udah dapet rekomendasi dari guruku"
"Dimana katanya?"
"Di kota"
"Kenapa harus di kota?"tanya ibu
Aku diam
"Kenapa gak disini saja?"tanya ibu lagi
"Sudahlah bu lagi pula di kota kan dia ada tantenya"bela ayah
"Tapi yah,kota kan jauh"
"Eh kalo Lia sih terserah dari keputusannya ayah dan ibu,ini cuma rekomendasi jadi gaharus diterima"
"Iya nak nanti ayah bicarakan sama ibu"

Dari raut wajah ibu,aku paham,dia khawatir.

Itu cukup membuatku bimbang,antara disini bersama orang tuaku atau merantau ke kota untuk 3 tahun.
Aku akan sangat rindu dengan suasana rumah jika benar aku akan merantau.
Terpikir lagi dengan sekolah di kota yang bagus,dan tante yang juga tinggal disana,aku bisa terjaga,namun apadaya rindu tak melihat dimana kau bertempat tinggal.

Sampai akhirnya.
"Nak"panggil ayah
"Iya yah?"
"Ayah sudah bicara dengan ibu kamu,katanya tidak apa apa kamu ke kota,asal kamu harus nurut sama tante kamu"
"Iya yah,Lia siap"
"Maaf ya,ayah lama memberitahu kamu"

Memang ayah cukup lama memberi tahuku,sekitar 3 hari,keputusan itu baru keluar.
"Jadi kapan daftar?"tanya ayah
"Secepatnya yah,mau menghubungi ibu Lely dulu"
"Sini biar ayah yang telepon"
"Ish,ayah mau modus ya?"
"Halah,ada ibumu juga,buat apa modus,dia sudah cantik,sudah lebih dari cukup"
"Hehe,ini yah"memberikan Hpku

Menunggu ayah selesai bicara dengan ibu Lely,aku kedapur untuk minum dan makan,lapar.
"Lia"panggil ayah
"Iya yah?"dengan nasi yang masih penuh aku menghampiri ayah
"Ayah sudah bicara dengan ibu Lely,dia bilang minggu depan kamu berangkat katanya"
"Oh,ayah ga nanya,bisa daftar online atau nggak?"
"Aduh,itu ayah lupa,sebentar"kembali menelfon ibu Lely
Aku kembali kedapur,mengambil makanan untuk kemudian aku makan diteras bersama ayah.
"Lia"
"Gimana yah?"
"Pulsamu habis"
"Yaaah,kirain udah nelfon"
"Ambilkan Hp ayah sana,di depan TV"
"Siap"

Aku bergegas mengambil telefon,dan di saat yang bersamaan aku bertemu ibu yang tengah keluar dari kamarnya,ibu melihatku.
"Ngapain?"
"Ngambil telefon ayah"
"Buat apa?"
"Buat nelfon bu"
"Nelfon siapa?"

Dengan pertanyaan begitu banyak,aku sadar bahwa ibuku adalah mantan bendahara kelas yang menagih uang kas dengan cara terkejam,sampai-sampai ga ada yang berani nunggak,dulu.

"Ibu Lely"
"Sini ibu yang telefon"
Aku memberi telefon ayah pada ibu.
"Yah"panggil ibu
"Apa bu?"
"Aku saja yang telepon,mana nomernya"
Tanpa basa basi ayah langsung membacakan nomer HP ibu Lely,mungkin dia takut terjadi perang dengan ibu,makanya dia menyerah,mungkin.

Aku melanjutkan makanku,sampai selesai dan mencuci piring.
"Lia"dari suaranya,aku yakin ibu
"Iya buu"
"Sini nak"
Dan benar,ibu.
"Jalur online itu ada"
"Enak dong,aku gausah jauh-jauh kesana"
"Tapi,ibu Lely bilang daftar langsung saja, dia sekalian pengen kesana katanya,ada perlu"
"Oh sekalian jalan-jalan maksudnya?"
"Iya mungkin itu maksud dari ibu Lely"
"Oh yasudah,asalkan gratis hehe"
"Kamu sama kayak ibu kamu,maunya gratisan terus"sambung ayah
"Ya kan dia anakku"jawab ibu
"Dan ibu kan ibuku"tambah aku
"Kalau ayah?"tanya ayah
"Suami ibu dan ayahku"jawab aku

Tawa terlepas di percakapan singkat itu,semua terasa hangat,indah dan pastinya akan ter rindukan.

Hingga tiba hari dimana pendaftaran di mulai,aku sudah rapi dengan pakaian kemeja warna hijau,bersama dengan segala persyaratan yang dibutuhkan dan siap berangkat.
Aku memanggil ayah untuk minta hantar ke sekolah bertemu bu Lely,namun ibuku ingin ikut,mungkin untuk menjaga ayah,ternyata orang tuaku juga masih saling mencintai.
Sebab banyak dari mereka bilang bahwa saat kau sudah menikah,rasa cintamu lambat laun akan semakin terkikis,namun itu sama sekali tidak berlaku untuk ayah dan ibuku.

Diperjalanan aku mendapat telepon dari bu Lely.
"Halo Lia,udah berangkat?"
"Udah bu,ini menuju sekolah"
"Iya,ibu tunggu disekolah ya"
"Siap bu"

Setelah itu ayah bertanya.
"Ibu Lely?"
"Iya yah"
"Nelfon apa?"
Sebelum aku jawab,ibu datang menyambar.
"Cerita ke ibu aja"
"Ayah pasti denger juga kali bu"jawab aku
"Bener kata Lia bu"dukung ayah
"Nggak,ayah gausak ikut campur masalah Lia sama bu Lely,biar ibu aja,ini urusan cewek"
"Astaga,iyadeh iya"gerutu ayah
Aku hanya bisa tertawa mendengar ayah menggerutu,aku rasa mereka berdua cukup akrab,aku bangga.
Aku bercerita pada ibu tentang telefon barusan,ibu hanya bilang 'iya' setelah aku bercerita,mungkin tujuan ibu bukan untuk tau,tapi hanya untuk agar aku tak bercerita pada ayah,ini hanya anggapanku saja hehe.

Tiba di sekolah.
"Ayo Lia"
"Iya bu"
Sebelum berangkat,aku pamit dulu pada orang tuaku.
"Yah,bu Lia berangkat,jangan terlalu rindu ya,ini cuma sehari"sambil ketawa
"Kalo ibu mah rindunya mungkin karena gada yang mau bantuin ibu masak dirumah nanti"
"Kalo ayah mungkin rindu karena ga dapet jatah pijet dari kamu Li"
"Hahaha,tenang nanti malem Lia nyampe,yasudah Lia berangkat"
Mereka membalasnya dengan ucapan hati-hati padaku dan bu Lely.

Aku naik mobil bu Lely,yang sudah terisi oleh keluarga kecil bu Lely,suami dan anaknya yang kira-kira masih SD.
"Persyaratannya di bawa Li?"tanya bu lely memastikan
"Iya bu,semuanya rapi dalam tas"
"Sip"dengan mengacungkan jempol
"Ayo berangkat yah"ajak bu Lely pada suaminya

Diperjalanan aku membayangkan kedua orang tuaku,mereka langsung pulang atau masih berhenti di warung nasi kuning untuk sekedar sarapan pagi berdua,terdengar romantis,semoga saja.

Alan & AliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang