Tiga (Kasus Pulpen)

721 13 0
                                    

Diperjalanan,tidak ada yang spesial,semua biasa saja,gelap,sebab selama itu aku tidur.

Sampai dikota jam 9 aku bersama bu Lely keluar dari mobil dan masuk ke sekolah yang aku aku sekolahi nanti,sekolah SMA disini begitu besar dan megah sekali,aku rasa bersekolah disini akan mengasyikan.

"Assalamualaikum"aku dan bu Lely masuk
"Waalaikumsalam"jawab 3 guru penjaga

Hari itu sepi, di dalam ruangan hanya ada aku,bu Lely dan 3 guru pengawas yang lain.
Semua lancar,pesyaratanku di terima,tinggal menunggu waktu pengumuman lolos tidak lolosnya saja,pendaftarannya menggunakan nilai ujian nasional dan rata rata raport,jadi tanpa tes,syukurlah,aku jadi tak harus belajar lagi hehe.
"Persyaratannya kami terima ya"kata guru pengawas
"Oh iya bu,terima kasih bantuannya ya"
"Iya dek terima kasih juga sudah segan mendaftar disini"

Ditengah-tengah pendaftaranku,masuk seorang anak laki-laki memakai kemeja biru rapi dengan celana hitam.
"Assalamualaikum"ucap dia
"Waalaikumsalam"jawab kami
"Ibu saya mau daftar"
"Oh iya silahkan duduk"
"Kalau begitu saya pamit bu"pamitku dan bu Lely

Kami perlahan beranjak meninggalkan ruangan itu,namun saat sampai di pintu keluar

"Aduh bu,lupa"seru anak laki-laki tadi
Dengan reflek aku menoleh kebelakang,terlihat ibu penjaga pendaftaran tadi kebingungan mencari sesuatu
"Anda tidak membawa pulpen bu?"tanya ibu penjaga pendaftaran
"Pulpen saya ada di tas bu,tas saya ada di mobil"jawab teman ibu penjaga pendaftaran tadi
"Jadi gabawa?"
"Ngga bu"nyengir dengan menampilkan gigi rahangnya

Aku berniat untuk meminjamkan pulpenku pada mereka,pada anak laki-laki itu tepatnya.
"Bu,sebentar"pinta ku pada bu Lely
"Mau kemana?"tanya bu Lely
"Mau minjemin pulpen"

Aku menghampiri anak laki-laki tadi dan memberikan pulpenku untuk dia pinjam.
"Nih,pakai punyaku dulu"
Dia menoleh keheranan dan langsung menerima pulpenku.
"Eh iya,terima kasih"
"Aku pinjemin,bukan aku kasih"
"Iya-iya"
Dia menandatangani sesuatu,sama seperti yang aku lakukan tadi saat mendaftar,aku berusaha mengintip dari tempat ku berdiri,siapa kira-kira namanya?,maaf ini bukan karena aku ada maksud lain,namun aku hanya ingin tau saja,sudah.
"Nih,terima kasih"sembari mengembalikan pulpenku yang dia pinjam dan aku pinjamkan
Usahaku mengintip nama gagal,dan mau tidak mau aku harus kembali,sebab pulpenku sudah menyelesaikan tugasnya
"Oh iya sama-sama"

Setelah urusanku selesai aku kembali pada bu Lely,berjalan meninggalkan sekolah dan bersama masuk mobil.
"Selanjutnya kemana bu?"
"Hmm kita cari makan dulu ya,sudah siang"
"Siap bu"

Kami berempat disini,di dalam mobil,di tengah kota.
Pemandangan disini berbeda dengan di desa,disini banyak toko dan kurasa lengkap,kita tak perlu khawatir jika butuh sesuatu,segalanya pasti tersedia,apalagi saat aku lihat ada sebuah indomaret yang buka 24 jam,itu sangat membantu bagi mereka yang kelaparan atau ingin mengunyah sesuatu di malam hari.

Lampu merah pertama,suami bu Lely menghentikan mobilnya.
Aku duduk di pinggir,di sebelah jendela bagian kanan,melamun sebentar,memikirkan hal-hal yang akan aku lakukan nanti di rumah tante,belajar mandiri.
Aku khawatir tidak dapat teman sebaik Dina disini.

Tiba-tiba ada seseorang membuyarkan lamunanku,seorang pria berkemeja biru tanpa helm,dia adalah orang yang tadi ku pinjami pulpen.
Dia menoleh melihatku,lalu tersenyum.
Aku canggung,tanpa sadar bibirku tertarik dengan sendirinya hingga membentuk sebuah lengkungan,ya senyum balasan untuk orang yang tak ku kenal.
Sebenarnya ini pertemuan biasa,pertemuan antara dua orang asing,namun entah kenapa aku merasa memang pernah melihat dia,wajahnya pernah aku lihat,dia tak asing.

Suami bu Lely kembali menjalankan mobilnya sebab lampu sudah hijau,dan disaat itu juga aku meninggalkan laki-laki asing tersebut.

Sampai di tujuan.
Sekarang,kami disini di rumah makan sederhana,di meja dengan 4 kursi yang semuanya penuh,tengah memesan makanan.
"Lia mau makan apa nak?"tanya bu Lely
Aku berpikir sejenak untuk lalu menjawab pertanyaan bu Lely
"Nasi ayam aja bu"
Setelah itu bu Lely bergiliran menanyakan hal yang sama pada suami dan anaknya.
Aku merasa sedikit canggung berada di tengah-tengah keluarga bu Lely,sebab hanya aku yang bukan termasuk sebagai anggota keluarga disini,dan lagi,aku hanya kenal pada bu Lely saja,sebab dia guru SMP ku.
Sampai akhirnya,sebelum makanan kami datang,suami bu Lely mengajakku mengobrol.
"Oh iya,kenapa kok sekolah disini dek?"tanya suami bu Lely
"Hmm pengen aja om,terus sama bu Lely juga direkomendasikan disini,lebih nyaman katanya"jawabku
"Oh ternyata istriku ini dalangnya"menoleh pada bu Lely
Bu Lely tersenyum malu menerima pujian suaminya
"Ya iyalah kan aku perhatian sama muridku"jawab bu lely dengan senyum yang masih tersisa diwajahnya
"Kamu kira aku gapeduli sama muridku?"
"Kalo peduli mana buktinya?"tantang bu Lely
"Aku merekomendasikan anak muridku yang pintar sekolah PTN yang bagus lewat SNMPTN dengan bimbingan dariku"jawabnya
Dari sini aku tau bahwa mereka berdua adalah pasangan suami istri dan juga guru,bu Lely guru SMP dan suaminya guru SMA.

"Aku kalo sudah besar mau sekolah disini ma"sambar anak bu Lely
"Adek udah kelas berapa memang?"tanyaku heran
"Masih kelas 4 SD kak"ketawa kecil
Dugaanku benar,ternyata dia memang masih anak SD
"Iya nanti kamu papa sekolahin ke kota,biar modern dan ga kampungan terus"
Kami semua tertawa.

Makanan kami datang,kami menyantap makanan masing-masing.

Sejak percakapan dan makan itulah aku merasa lebih dekat dengan keluarga bu Lely,lebih-lebih pada anaknya yang sering buatku gemas.

Alan & AliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang