Bab 2 (masih berlanjut)

71 15 7
                                    

Aku pantas lupa lalu bahagia?

Rintik hujan Minggu pagi jatuh ke bumi. Namun diri masih saja tak berdiri dari sebuah rasa nyaman ini.

"Ah, aku ingat dulu pernah menari di bawah rintikan hujan " dalam batinku.

"Fajar kok kamu hujan-hujanan sih nanti sakit, ayo sini payungan denganku"
" Kamu harus mencoba ini Tari, ini seru loh, tutup saja payungmu." Lalu fajar menarikku jauh dari payungku.

" Ini seru kan ? "
"Iya, Fajar apa kau sangat menyukai hujan?"
"Iya benar, ayo kita menari bersama di bawah hujan ini"
"Iya"
Sampai pulang aku menari bersamanya di bawah hujan dan Hangatnya.

Ingatan itu muncul begitu tiba-tiba dan aku tak sadar di pipiku basah oleh tangis rindu kisah bersamanya.
Banyak orang yang bilang Hujan banyak membawa kenangan dan membuat kita ingat pada suatu menyakitkan. Tapi menurutku bukan seperti itu, Hujan membawa sebuah kisah lalu untuk di kenang agar kita terus teringat kepada seseorang yang berarti. Jangan salahkan hujan, biarkan ia mengalir sebagai mana mestinya.

Mungkin saat-saat itu tidak akan kembali lagi, terlalu banyak kenangan indah namun singkat. Seandainya bisa ku ulang, Takan ku tinggalkan fajar tanpa ke jelasan.

Setiap merindu nya batinku terasa tertusuk ribuan belati , sesak dan perih tak segan membunuh rasa diri. Tak ada satu atau dua potret pun diriku bersama Fajar. Ah mungkin karena waktu itu kita masih kecil dan tak mengenal gadget.

Rasanya ingin kembali, ke masa yang tak sanggup ku lupai.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

"Tari.. Tari ". Suara berat memanggilku dari luar pintu kamarku.

"Iya sebentar"
" Lama banget lu kutil! Lagi ngebo ya lu?!" . Ah mendengar suaranya saja sudah jelas itu si Bintang yang menyebalkan. Akhirnya aku membuka pintu kamar.
"Ih nggak sabar banget sih lu daki!"
"Abis lu lama banget buka pintu doang"
" Ngapain lu ke sini, minggat sonoh"
" Baru juga Dateng langsung di usir aja, kan gue kangen sama lu haha"
" Apaan sih lu daki, ga jelas!"
Seperti biasanya Bintang selalu membuat kesal setiap pertemuan .

"Anterin gue ke toko buku yuk, gue mau beli buku buat ujian"

" Karena gue lagi baik hari ini, iya gue bakal anterin lu"

" Nah gitu dong" sambil cengengesan.

Sebenernya bukan karena aku baik hari ini, sebab aku pun ingin membeli buku untuk ujian karena ujian sekolah tinggal menghitung beberapa Minggu.

Setibanya di toko buku aku dan Bintang melihat-lihat mana buku yang paling bagus untuk kita beli.
" Tar lu aja lah yang pilih, lu kan biasanya jago milih buku tuh"

"Alasan lu! Dasar aja lu mau nyari komik ya?"

" Hehe iya, abisnya mata gue gatel kalo liat komik"

"Kalo gatel Garukan lah!"

"Dasar cumi! Bukan gitu maksud gue"

"Terserah lah, sana pergi"

"Oke tunggu gue ya, jangan kangen haha"

"Dasar sinting"

Lalu Bintang pun meninggalkan ku sendirian untuk memilih buku Ujian. Bintang sangat suka sekali komik sampai di rumahnya sangat menumpuk di rak-rak buku.

Sembari melihat kesanah kemari akhirnya aku menemukan buku yang bagus, aku mengambilnya dua untuk ku dan bintang. Setelah itu, aku menuju kasir untuk membayar buku tersebut.
Namun dalam antrian ada sesuatu hal yang membuatku penasaran.

" Fajar, tunggu sebentar aku ingin membayar buku ini dulu" sentak suara wanita memanggil nama seseorang yang tak ku duga. Akhirnya aku mengikuti wanita itu, dan dia sedang bersama dengan pria yang di sebutnya Fajar itu. Aku semakin merasa penasaran apa kah itu Fajarku?

Ah sayang tubuh pria itu membelakangi ku sampai aku tak tau muka nya.  Saat itu aku berharap dia memalingkan wajahnya ke arahku.

"Fajar!" Sontak dengan tidak sengaja aku mengeluarkan teriakan Dangan memanggil nama Fajar.

Namun di sisi lain dari belakang arahku Bintang menghampiriku.
"Woiii!"
Langsung ku berpaling searah Bintang.
"Ih ngagetin aja sih lu!"
" Abis lu dari tadi ga jelas banget dah, manggil siapa si lu?"
"Itu Fajar. Eh"
"Fajar?"
"Eh, bukan siapa siapa. Yuk kita pulang ini gue udah bayarin ni buku"
Dengan diam Bintang pun mengikuti ku untuk segera pulang.
Belum sampai di rumah, Bintang mengajakku ke taman dekat rumah, dan berjalan-jalan sebentar.

"Kenapa kita ke sini Bi?"
"Gue pen nyari udara segar aja"
"Oh gitu"
Terus berjalan dan akhirnya kita duduk di bangku panjang yang ada di taman. Suasana hening dan di penuhi rasa diam. Tanpa kicauan suara Bintang yang seperti biasanya.
Dan akhirnya sepatah kata terdengar dari bibir Bintang.

" Tar,  gue mau tanya sesuatu boleh?"
"Lu kaya sama siapa aja sih, tinggal nanya aja juga"
" Lu masih ke inget Fajar?" Tanya nya dengan nada rendah.
" Apakah kita harus bahas itu?"
" Abis gue penasaran banget sih, gimana dong?"
"Iya gue masih ke inget Fajar , di setiap hembusan nafas, di setiap detakan jantung. Gue ga bisa lupa fajar" ucapku dengan menetes kan butiran-butiran air mata.
" Tar, lu seharusnya bisa lupa. Kalo lu mau mencoba. Itu hanya sebagian kecil dari masa lalu lu tar. Masa depan sudah menunggu apa lu ga mau bahagia?"
"Gue tau ini sulit, tapi coba deh lu pikirin lagi" lanjutnya.

Dalam hati" yang di katakan Bintang benar juga, aku seharusnya bisa lupa walau ga mudah, dan aku patut untuk bahagia.

"Keadaanku memaksa untuk melupa dirimu yang kini hanya sebatas sisa namun begitu membekas, kau tau ini tak mudah, semoga kau bisa faham. Aku tak akan meninggalkan dirimu hanya saja aku harus sedikit lupa"

-
-
-
Terimakasih yang udah baca cerita dari awal, tambahkan di daftar baca kalian ya. Jangan lupa Vote dan Coment 😍 Vote dan Coment kalian sangat berarti gaes itu menambah semangat Author buat nulis 😍

Sang Fajar yang bekuحيث تعيش القصص. اكتشف الآن