2-4

5.9K 460 39
                                    

Sehun memijit pelipisnya lelah. Ia menghela nafasnyam kenapa dia melakukan ini semua pada Jongin? Entahlah. Dia tidak bisa mengontrol emosinya ketika bersama Jongin. Ditambah fakta bahwa Jongin telah memiliki kekasih benar-benar membuat Sehun tidak bisa berpikir jernih.

Hari sudah malam dan Sehun belum berniat menginjakkan kakinya keluar dari ruang kerjanya. Sehun tidak berniat pergi. Dia masih ingin menyelesaikan pekerjaannya. Beberapa hari terakhir ini, perusahaannya ia tinggal karena Jongin. Pekerjaannya jadi menumpuk dan kacau.

Enam hari lagi, mansion Oh akan kedatangan tamu. Sejujurnya Sehun tidak ingin menerima siapapun lagi, tapi berhubung mereka memiliki hubungan darah jadi... ya, terserahlah.

"Kapan pekerjaan ini akan selesai," gumam Sehun malas.

Sehun meregangkan tubuhnya. Menguap sebelum memasukkan seluruh berkasnya ke tas kerjanya. Sehun juga meletakkan plastik kecil yang sebelumnya ia tinggal di kantor. Sehun berniat membuat Jongin hamil secepatnya.

Tentu saja, Sehun bukan tipe yang suka menunggu. Bukan karena ia ingin Jongin mengetahui perasaannya dengan mengandung buah hatinya, tapi Sehun ingin memiliki anak dengan Jongin.

"Kau harus segera mengandung. Aku tidak ingin kehilanganmu sebelum anakku lahir," gumam Sehun.

Sehun berlama-lama memandangi plastik itu. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Tidak akan mungkin Jongin mencintainya kan? Meskipun Sehun tahu, Jongin itu sudah bukan pemuda normal lagi, Sehun tidak yakin Jongin akan sekedar menyukainya.

Sehun pun begitu. Dia hanya mencintai tubuh Jongin, tidak lebih. Setidaknya dia ingin memiliki anak dengan Jongin agar Jongin terus terikat padanya. Meskipun nantinya ia akan menikahi Jongin juga secara paksa, dia tidak akan mau mengambil resiko.

Dengan adanya seorang anak, mereka akan lebih terikat. Jongin sebagai ibu juga pasti akan terus menuruti anaknya.

"Mom... maafkan Sehun," gumam Sehun.

Sehun beranjak menuju ke mobilnya di basement. Sehun mendudukkan dirinya di kursi pengemudi begitu ia memasuki mobilnya. Sehun menghela nafasnya. Ia memejamkan matanya sebentar.

"Janji tetaplah janji..." gumam Sehun mengulang perkataan ibunya sebelum meninggal.

Seringai tipis muncul di bibir Sehun. Sehun terlihat seperti iblis. Matanya pun perlahan terbuka. Seringainya semakin lebar. Dan saat itu, Sehun benar-benar terlihat seperti iblis.

"Dan janji itu... kini telah hancur,"

*DD*

Satu lagi kebodohan yang Jongin lakukan berhasil membuat gadis manis berusia empat tahun itu tertawa. Naeun menerjang tubuh Jongin. Memeluk Jongin erat sehingga pemuda itu meringis. Tubuhnya masih terasa sakit. Sebenarnya Soojung sudah melarangnya untuk ikut bekerja atas perintah Sehun. Tapi bukan Jongin namanya jika hanya tidur diam tanpa adanya hiburan. Jadi, Jongin hari ini hanya mengerjakan pekerjaan ringan.

"Oppa lucu," ucap Naeun.

Gunhoo sedang asik bermain dengan Chanyeol di kamarnya. Jongin tertawa kecil. Dengan memaksakan diri, Jongin menggendong Naeun.

"Oppa," Naeun mengalungkan tangannya di leher Jongin.

Ia menoleh ke sana ke mari seolah mencari sesuatu.

"Oppa," Naeun memanggil.

Jongin bergumam pelan menjawab Naeun. Pemuda manis itu sedikit merasakan keanehan dari suara Naeun ketika Naeun memanggilnya.

"Um... oppa baik-baik saja...?" Tanyanya ragu.

Jongin mengernyit.

"Tentu saja oppa baik, memangnya kenapa?" Tanya Jongin balik.

Slave, Maid, or Love?//HunKai {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang