"Jar, dengerin dulu---"

Rian sebal. Tangan Fajar dia tarik keras. Fajar lalu terduduk dan menatapnya lebih jengah.

"Rian, stop!"

Fajar memanggilnya dengan Rian. Artinya dia tidak main-main. Rian menciut. Bukan karena merasa kalah, semata-mata mengakui dia salah.

"Gue capek mau tidur. Nanti kita ngomong lagi. Keluar dulu bisa, kan?"

Suara Fajar benar-benar terdengar jengah. Ada jeda lagi. Fajar ingin kembali tidur sebelum kepalanya dipeluk, rambutnya diremas keras dan sebuah bibir menabrak miliknya. Perlu beberapa detik bagi Fajar untuk sadar kedua tangan yang melingkupi kepala dan lehernya adalah milik Rian. Bibir cowok itu menari-nari diatas bibirnya, memagut dan menggoda isi mulutnya. Gerakannya keras, berantakan, lalu lembut, dan ada penyesalan disana. Rian berdiri dengan lututnya. Kedua kaki menjebak tubuh Fajar ditengah-tengahnya. Mendominasi ciuman itu, memaksa Fajar untuk luluh.

Fajar kalah. Rian kalut.

Tangannya terangkat untuk mengusap-usap pinggang Rian. Mencoba menenangkan Rian. Menyuruhnya untuk berhenti.

Lalu Rian berhenti. Tubuhnya merosot, terduduk di pangkuan Fajar.

"Maaf," Rian mencicit, matanya tergenang. "Rian mau bilang ke Fajar tapi Rian takut Fajar marah."

Fajar diam sejenak memperhatikan Rian-nya yang sangat lucu saat merasa bersalah. Matanya yang besar berair, bibirnya yang penuh mengerucut. Fajar tidak tahan. Lagipula dia gak benar-benar marah. Mood-nya cuman sedang jelek selepas Rian terlihat main dengan orang itu, ditambah kabar buruk yang baru saja dia dengar. Lalu dia menghela napas. Memeluk pinggang Rian, menariknya mendekat.

"Dimaafin. Maafin aku juga. Lain kali bilang aja, Fajar gak akan marah, OK?" saat Rian mengangguk, Fajar menyengir kecil, menciumi kepalanya. "Anak pintar."

Kemudian Fajar menidurkan diri kembali, terlentang dengan Rian di atasnya. Kepala cowok itu tersembunyi di ceruk leher Fajar. Ada aroma keringat dan bau tubuh khas Rian yang segar menggelitik hidungnya. Tangannya mengusap-usap punggung Rian.

"Kamu kurusan," katanya sambil menelusuri tulang punggung Rian yang sedikit menonjol.

Rian menggumam. Mengusap air matanya lalu melirik ranjang di sebelah milik Fajar yang kosong.

"Jepang gak balik, ya?"

Rian tidak bisa lihat, tapi sorot mata Fajar berubah sedih. "Wahyu pulang."

Meski hal seperti ini terjadi setiap tahun, nyatanya mereka tidak pernah siap dengan kehilangan dan kekosongan yang menyertainya.

Keduanya lalu diam. Tenggelam dalam bunyi detak jantung dan hela napas masing-masing.

"Jom,"

"Hm?"

"Kalau nanti giliran gue yang pulang, lo jangan kangen gue ya, Jom."

"Hush! Ngawur!" Rian memukul lengannya. Fajar tertawa.

"Tapi, Jom," Fajar mengeratkan pelukannya. "Gue harap selama kita masih dikasih kesempatan, gue mau kita lakuin yang terbaik."

Rian diam.

"Jom, tahun ini dan tahun-tahun selanjutnya, mau gimanapun hasilnya, ayo berjuang sama-sama terus."

Rian mengangkat kepalanya untuk menatap Fajar. Dia tersenyum lucu. Telunjuknya menelusuri kening, hidung, dan bibir Fajar, lalu kembali menidurkan kepalanya di atas dada cowok itu. Memikirkan dirinya tanpa Fajar membuatnya sesak.

"Pasti."

Karena, sebelum waktunya tiba, ketika kekosongan itu datang, jika mereka masih saling memiliki, mereka akan tetap mampu mengisinya dengan kehadiran masing-masing.







Karena, sebelum waktunya tiba, ketika kekosongan itu datang, jika mereka masih saling memiliki, mereka akan tetap mampu mengisinya dengan kehadiran masing-masing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.















- Pulang.










A/N :

Seeing all those names missing di daftar pemain pelatnas bikin pusing. Banyak nama pemain hilang, banyak nama-nama baru juga. Termasuk beberapa pemain favorit dan juga temen deketnya Fajar.

Idk for sure ya, tapi Wahyu aka Jepang sepertinya deket banget sama Fajar. Mereka roomate juga. Kalau kalian perhatiin juga kita sering nyebut Wahyu di beberapa chapter 'cause he took important part dalam karakter dan perkembangan hubungan FajRi. Dan melihat dia sekarang menghilang...... Ah......

Kalau diperhatiin ya, guys, Fajar hampir selalu main sama Wahyu. Fajar itu ceria, mudah bergaul, punya banyak temen. Tapi kalau main, temennya itu-itu aja. Trus sering kalau live ig, dia ketauan sendirian di kamar. Padahal kalo ditanyain temen-temennya kemana, dia jawab "pada main, ini kan malming lur" lah dia sendiri ngendog di kamar atau kalau gak nongkrong di kebon ditemenin ayam. Heran juga sama dia kadang.

Tapiya namanya hidup guys, ada yang datang dan pergi. Semoga FajRi dan teman2 pelatnas tetep sukses dimanapun berada.

Selamat Jumat malam. Kisses!

Once Upon A Time - [Faj/Ri]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang