13. Mungkin Ini takdir

Start from the beginning
                                    

Mereka mengambil duduk di dekat jendela yang memperlihatkan sibuknya kendaraan yang lalu lalang.

Setelah menunggu kurang lebih lima belas menit, akhirnya pesanan mereka di hidangkan. Nampak khodijah yang sudah menarik khimar milik Dinar, mengisyaratkan untuk mengambilkannya.

"Syid, soal perjodohan itu gimana? Kamu udah pikirin baik-baikkan? Apa keputusan kamu?" tanya Bu zarah beruntun sembari menyeruput es tea miliknya.

"Ohiya syid, tentang Aura yang kamu bilang udah nikah itu, ternyata hanya rumor. Kakak sendiri yang tanya sama Aura waktu dia bantuin beres-beres" jelas Dinar yang tengah memperhatikan putrinya yang lahap.

"Apa yang kalian bicarakan ini. Aura sudah menikah? Itu tidak benar. Kalaupun itu benar, mama pasti tidak akan menikahkanmu dengannya"

"Iya ma, Rasyid tau. Dan soal itu, Rasyid gak bisa terima perjodohan ini"

"Loh kenapa? Bukannya Aura itu sesuai sama kriteria kamu?" tanya Bu zarah
Yang mulai Bingung. Dia sengaja tak memberi tahu Rasyid dari awal. Karena ia yakin Rasyid pasti setuju. Tapi sekarang?

"Itu benar ma. Tapi Rasyid gak pernah bilang mau di jodohin. Lagi pula ma, aku udah punya orang yang aku suka" sontak pernyataan Rasyid membuat keluarganya itu kaget dan menunjukan tatapan tak percaya.

"Siapa? Kenapa kamu gak cerita sama mama? Kalau tau gitu mama pasti tidak akan melakukan itu semua"

"Wah, serius syid? Siapa orang itu?" tanya Dinar sangat antusias sedangkan Jihad hanya menunggu jawaban yang akan di telontarkan oleh Rasyid.

"Aku belum bisa kasih tau sekarang siapa orang itu. Karena bahkan orang itu belum tau."

"Jadi sekarang kamu mau main rahasia-rahasiaan?" tanya Dinar lagi

"Maybe, karena nanti kalau udah waktunya, aku janji bakal ngenalin orang itu ke kalian semua. Pasti"

* * *

Selepas mandi dan sarapan, kini Radith dan Mika sedang dalam perjalanan ke pesantren. Tempat mika menimba ilmu kelak.

Setelah menempu perjalanan kurang lebih sejam, mereka akhirnya sampai tepat di depan pesantren dengan menggunakan mobil perusahaan Radith. Radith memarkirkan mobil itu di parkiran dalam pesantren.

Mereka menelusuri pesantren itu. Tampak pesantren itu sangat luas dan asri. Banyak pepohonan juga tanaman lainnya disana. Juga terlihat beberapa santri yang sibuk dengan kegiatan mereka.

"Assalamualaikum.., ada yang bisa saya bantu dek?" ucap seseorang yang mungkin adalah salah satu ustadz disini.

"Waalaikumsalam.." jawab Radith dan Mika serempak.

"Ruang kepala pesantren dimana ya stadz" tanya Radith kemudian.

"Oh Adek ini santri baru ya? Mari saya antarkan" tanya ustadz itu sembari berjalan menujunjukan jalan.

"Iya stadz, ini adik saya"

.
.
.
.
.
.
.
.

"Sudah sampai, tunggu sebentar ya dik" ucap ustadz itu dan di angguki oleh kakak beradik itu. Ustadz itu lalu mengucapkan salam sembari membuka pintu dihadapan mereka.

"Mari masuk. Sepertinya nak jihad sedang mengajar. Adik berdua tunggu disini dulu, saya akan memanggilkan nak jihad" ucap ustadz yang umurnya itu mungkin baru kepala empat, lalu pergi meninggalkan mereka mereka.

"Bang kayaknya pemilik pesantren ini masih mudah ya? Buktinya ustadz tadi bilangnya mau manggil pemiliknya dengan sebutan Adek" ucap mika penuh keyakinan.

"Sepertinya"

Tidak lama setelah itu, terdengar seseorang mengucapkan salam dan pintu ruangan itu terbuka dan menampakkan seseorang.

"Waalaikumsalam" jawab kakak beradik itu serempak dengan raut wajah tak percaya dengan apa yang mereka lihat.
Segera mika menundukan pandangannya karena ingat akan sesuatu yang pasti kalian tahu.

"Loh Radith?" Bukan hanya mereka berdua yang terkejut. Melainkan sosok pria yang baru saja masuk itu juga merasakan hal yang sama. "Kalian kok bisa ada disini?" lanjutnya sembari memeluk Radith dan mengambil duduk tepat di hadapan Radith.

"Ini gue mau daftarin mika disini. Jadi lo pemilik pesantren ini?" ucap radith menunggu pria itu kembali berbicara.
Jangan tanya soal mika. Karena saat ini ia sedang berdebat dengan hati juga pikirannya.

"Mika?"

"Iya.., Mika baru aja lulus dan berencana masuk pesantren. Dan kebetulan gue juga ada proyek disini. Makanya mika gue ajak sekalian"

"Lo belum jawab pertanyaan gue. Lo pemilik pesantren ini?" tambah Radith

"Bukan ini milik kakak ipar gue. Dia lagi ngajar, makanya dia nyuruh gue buat kesini gantiin dia" jelas Rasyid sembari melirik mika yang sedari tadi menunduk itu. "Gue gak nyangka bakal ketemu lo disini dith, dan lagi mika yang bakal belajar disini" tambahnya.

"Mungkin ini takdir" batin Rasyid..
























💙Syukron💙


Tetangga Idaman Hingga Jannah Where stories live. Discover now