The Day with(out) You - @kurome_hiyoshi6

90 14 0
                                    

Judul lagu: Himawari - Mr. Children


*


          

"Jika perpisahan akan menyisakan kesedihan yang mendalam, maka lebih baik kita tidak pernah bertemu."

______________________________________

Song Fiction

Mr.Children - [himawari]

______________________________________

Yasashi-sa no shinigeshou de.

Waratteru yo ni mise teru.

Kimi no kakugo ga wakari sugirukara.

Boku wa sotto tewofuru dake.

"Arigatou"mo, "Sayonara" mo.

Bokura ni wa mo iranai.

Ia tak akan pernah lupa.

Gadis yang memiliki rambut sekelam malam dan tawa lebar yang selalu hadir dalam benaknya.

Hikari memandang gadis yang berada di hadapannya dengan penuh cinta dan sarat kerinduan. Iris hitamnya mengamati lekuk wajah Yuki dengan lekat, mematrinya dalam hati untuk diabadikan di sudut memori yang terdalam.

Hari ini adalah hari istimewa. Setelah tiga tahun berpisah, Hikari akhirnya bertemu lagi dengan sosok gadis yang selalu hadir dalam benaknya. Angin berembus, meniup daun-daun kering yang berjatuhan. Iringan awan gelap bergerak menutupi sang mentari. Seakan langit ikut mengerti dengan suasana hati Hikari.

Ia kembali memandang iris kelam milik Yuki. Sorot mata yang biasanya memancarkan kehangatan kini menjadi dingin. Senyum yang biasanya merekah di bibir mungilnya terlihat seperti hampa tanpa keceriaan. Yuki, gadis yang biasa memancarkan kehangatan kepada semua orang, tak bisa ia raih lagi.

Tangannya terulur untuk sekadar mengusap bingkai foto Yuki yang mengenakan seragam sekolah di pemakaman. Tanpa ada ucapan perpisahan gadis itu telah pergi. Dan tidak ada satu orang pun yang bisa meraihnya.

"Zenbu usodayou", soitte warau.

Kimi o mada kitai shi terukara.

Itsumo sukitoru hodo massugu ni.

Ashita e kogi dasu kimi ga iru.

Mabushikute kireide kurushiku naru.

"Ini tidak nyata," ucap Yuki sambil tertawa dengan mata menyipit. "Kau pasti tahu itu, Hika-kun."

Hikari berharap itulah yang Yuki katakan. Dan ia akan mengatakan, "Aku tahu." Namun, kenyataan tidak semanis apa yang ia bayangkan.

Siluet Yuki berdiri di depannya dengan tawa renyah. Seakan itulah caranya Yuki memandang dunia. Tidak peduli apa yang akan terjadi ia akan selalu tersenyum. Sama seperti peristiwa empat tahun lalu.

Hikari masih mengingatnya. Suara tangis yang tedengar pilu. Memohonnya untuk tetap tinggal. Seandainya ia tetap tinggal, mungkinkah peristiwa itu tidak akan terjadi?

Kuragari de sai teru himawari.

Arashi ga satta ato no hidamari.

Son'na kimi ni boku wa koishi teta.

Penyesalan selalu datang di akhir.

Sosok Yuki seperti bunga yang mekar di kegelapan. Hangat, menyilaukan, dan indah. Namun, di sisi lain juga menyedihkan.

"Jika kau masih menginginkan diriku, tetaplah di sini," ucap Yuki. Sesekali ia mengusap air mata, berusaha kuat. "Aku mohon, Hika-kun."

"Maaf, Yuki," balasnya. "Aku harus kembali ke Jepang. Orang tuaku telah membuat janji pernikahan dengan orang lain."

Hikari tersenyum kecut. Yuki adalah cinta pertamanya. Gadis yang berhasil membuatnya jatuh hati. Tapi, takdir berkata lain.

Omoide no kakuzatou O.

Namida ga tokashi chawanu yo ni.

Boku no inochi to tomoni tsukiru yo ni.

Chotto zutsu namete ikirukara.

Dakedo nazedarou kowaimonomitasa de.

Ai ni samayou boku mo iru.

Kimi no inai sekai tte don'na-iro o shi tetarou?

Titik-titik air mulai berjatuhan. Hikari merapatkan mantelnya, berharap bahwa kain itu dapat melindunginya dari sengatan hawa dingin. Namun, suhu dingin setelah hujan tak berenti dari pagi hari telah membuat suhu udara menurun dari derajat normal.

Kenangan manis dan pahit saling berebut masuk ke dalam pikirannya. Membuat hujan menyamarkan air mata yang menetes tiada henti. Hikari sadar kesedihannya hanya sia-sia. Ia memejamkan mata. Menghapus sedikit demi sedikit kesedihannya.

Ketika kembali ke Jepang dari Indonesia, Hikari tak bisa melupakan Yuki. Cinta pertamanya. Ia mencoba menjalani kehidupan dengan sang tunangan. Belajar mencintai. Di dunia tanpa sang gadis pujaan.

Warna-warna oranye tidak lagi memenuhi atmosfer. Tergantikan oleh warna hitam yang bergelayut mesra.

"Hei, Yuki. Aku ingin tahu pendapatmu," ucap Hikari lirih. "Apa aku sudah melakukan hal yang benar?"

Angin berembus, seolah menjawab pertanyaannya. Hikari memejamkan mata. Kemudian perlahan ia membuka kelopak matanya. Menatap pusara dingin gadis itu.

Akirameru koto, dakyou suru koto.

Dareka ni awasete ikiru koto.

Kangae teru kaze de.

Ite jitsuwa son'nani.

Fukaku kangaete iyashinai koto.

Omoi o nomikomu bigaku to.

Jibun o iikurumete.

Jissai wa mendoukusai koto kara.

Nigeru you ni shite yokoshima ni tada ikite iru.

Hikari sudah menyerah dan berkorban. Hidup seperti yang orang lain inginkan.

Ia berpura-pura bahagia. Melakukan hal-hal yang dibencinya. Semua orang menganggap ia telah hidup bahagia, tanpa melihat masa lalu. Namun nyatanya, ia hanya melarikan diri.

Tenggelam dalam kegelapan.

"Yuki, aku lelah." Hikari memejamkan mata sejenak.

Dakara, sukitouru hodo massugu ni.

Ashita e kogi dasu kimi o mite.

Mabushikute kireide kurushiku naru.

Kuragari de sai teru himawari.

Arashi ga satta ato no hidamari.

Son'na kimi ni boku wa koishi teta.

Son'na kimi o boku wa zutto..

Yuki selalu melihat masa depan dengan senyuman, membuat Hikari sedikit merasa iri. Bersinar, indah, dan menyesakkan. Laksana bunga ynag mekar di kegelapan dan cahaya mentari yang bersinar usai badai.

Itulah sosok Yuki yang ia kenal. Sosok yang membuatnya jatuh hati.

"Jika perpisahan akan menyisakan kesedihan yang mendalam, maka lebih baik kita tidak pernah bertemu,"  ucapnya lirih. "Aku benar 'kan, Yuki?"

Hujan turun semakin deras. Menangisi daratan bumi. Hikari membungkukkan badan sebelum pergi dari tempat yang membuatnya terasa sesak.

Melodi Akhir 2018Where stories live. Discover now