A Kiss on The Train - @Atikribo

78 14 0
                                    

Judul lagu: One Evening -Feist 


*

GARIS LAMPU bergerak cepat, bergantian, melewati jendela seiring dengan laju kereta malam. Pandangan sang gadis tak kunjung lepas dari gelapnya lanskap, tak berani memandang teman dekat laki-laki yang duduk di sampingnya. Pemuda itu mengalihkan pandangan dan mereka tak lagi bergandengan tangan. Keheningan di antara mereka diisi oleh derit rel yang bergejolak. Jantung sang  gadis berdegup hebat. Ia pun mengerjapkan matanya berkali-kali dan di kepalanya terus berulang kata-kata, harapan, bahkan doa bahwa apa yang terjadi tidaklah nyata.

Bahwa kecupan singkat di bibirnya itu tidaklah nyata.

The state of our hearts

There's no time to take

Ia tidak siap.

Pertandanya begitu jelas dan sang gadis tahu betul apa yang sahabatnya ini rasakan; perasaannya terhadap sang gadis. Afeksi fisik yang ia berikan dan sentuhan-sentuhan kecilnya. Sang gadis tahu dan mungkin sahabatnya juga tahu. Namun, bibir mereka selalu terkatup rapat, tidak mau membicarakan perasaan membelenggu dan membiarkan mereka membuncah ke luar tanpa arah.

Saat itu Ibukota sedang terik-teriknya; di pertengahan tahun kala musim kemarau panjang menyambut nusantara. Udara lembab membekap. Setelah kegiatan mereka masing-masing yang dilakukan di bawah matahari, keduanya berjanji bertemu di stasiun sebelum matahari terbenam. Tawa dilontarkan kala makan malam; begitu pula dengan obrolan dan juga guyonan. Memberikan kabar terbaru mengenai pekerjaan dan juga kehidupan kala sudah lama tak bersua.

Interkom berbunyi, memberitakan bahwa kereta ke Kota Kembang telah datang dari arah selatan. Mereka bersiap, melewati petugas setelah memeriksa kartu identitas. Sang gadis mengira hari itu akan sama dengan hari-hari yang telah berlalu.

Namun tidak.

When we started

Both broken hearted

Mata sang gadis terpejam, terlelap dengan kedekatan di antara keduanya. Ia dapat merasakan hangatnya jemari yang saling bertaut dan aroma tubuh si pemuda kala sang gadis bersandar di bahunya. Sang gadis yang tidak bisa tertidur jika ada cahaya lampu mengenakan tudung jaketnya. Separuh nyawa sang gadis berpijak di alam mimpi ketika sahabatnya itu menangkup pipinya, mendaratkan kecupan di ujung bibir.

Kecupan itu tidak lama maupun lembut. Sang gadis bersungut, mengambil jarak, dan pura-pura memejamkan mata. Kepala sang gadis setengah tertunduk, tangan yang bertautan terlepas. Wajah sang  gadis terasa hangat dan ia sama sekali tidak memercayai apa yang telah terjadi.

And believing

It could begin and end in one evening

Dua jam yang tersisa terasa sangat lama. Mereka tak lagi berkata-kata. Semuanya terasa jauh dari biasa; rikuh dibuatnya. Tak ada lagi sentuhan, tak ada lagi obrolan. Sunyi disambut kembali oleh laju kereta. Pendingin ruangan yang dipasang dalam gerbong pun tak lagi terasa ramah. Sang gadis tidak tahu apa yang ada di dalam pikiran sahabatnya, apa anggapannya mengenai kejadian itu atau apakah ia menganggapnya sebagai angin lalu.

Interkom dalam kereta berbunyi kembali, mengatakan bahwa kereta sudah tiba pada tujuan akhir. Sang gadis mengambil tas ransel yang ia kenakan, membawanya ke luar. Jarak di antara mereka semakin lebar.

"Jemputanku sudah datang," ucap sang gadis tanpa menatap mata sahabatnya.

When we parted

Moving on

"Ya, hati-hati."

And believing

It could begin and end in one evening

Melodi Akhir 2018Where stories live. Discover now