Sendiri - @Yuecha

130 20 0
                                    

 Judul lagu: Lost in Thought Alone  -  Fire Emblem Fates


*

Dia seorang, yang akan mati dalam balutan air asin malam ini. Terikat tak berdaya yang semakin lama juga membuatnya menyerah untuk mempertahankan matanya terjaga.

Di sisa-sisa pertahanannya yang terakhir, bocah itu melihat bulan purnama dari dalam laut, sembari berimajinasi seseorang meraih dirinya, seseorang yang kemudian memeluknya lembut dan menghangatkan dirinya. Jika ini adalah mimpi menjelang kematiannya. Ia cukup bersyukur, setidaknya mimpi itu masih memedulikannya. Tidak seperti kehidupan yang selama ini ia jalani. Tidak ada yang peduli padanya, termasuk orangtuanya.

Kilas balik memenuhi ingatannya. Ayahnya yang membenci dirinya, menatapnya hina bak sampah menjijikkan. Ibunya yang selalu menangis ketika menatapnya pun tidak mengajak dirinya lari bersama saat pembantai itu menyerang. Kakak tirinya yang lari bersama ibu, tidak sekali pun menoleh padanya. Bocah itu menyaksikan kepergian mereka yang kemudian langsung ditebas dengan pedang milik pembantai itu.

Hanya bocah itu yang tidak ditebas. Hanya ia.

...

Samar-samar, bocah itu mulai terbangun. Ia menatap langit-langit sebuah rumah, tak percaya yang dilihatnya langit rumah, bocah itu melonjak dari ranjang.

"Kau sudah bangun, nak?"

Bocah itu menoleh lalu mengangguk, ternyata ada seorang kakek di sampingnya, ia tersenyum. Kakek itu kemudian memberitahu kalau ia diselamatkan seorang lady semalam, dan lady itu juga membuatkan teh untuknya. Lady itu pergi saat pagi buta.

Bocah itu memiringkan alisnya. Lady? Membuatkan teh? Apakah dari kasta Baroness? Nampan yang berisi teh itu ada di meja samping ranjangnya. Lekas saja bocah itu mengambil dan menyeruputnya. Ini teh untuk kalangan atas. Mungkin dia pelayan tingkat atas. Siapa dia?

Di nampan itu juga ada sebuah surat. Bocah kecil itu langsung membuka dan membacanya.

"Untuk Yang mulia Revi. Perkenalkan, saya adalah sahabat Ibunda Anda. Malam sebelum penyerangan rumah Anda. Saya mendengar yang Mulia Raja memerintahkan untuk menghabisi keluarga Anda. Dan khusus untuk Anda, Yang mulia menginginkan Anda sedikit lebih tersiksa daripada yang lain. Saya berniat membantu keluarga Anda dengan memperingatkan. Namun, rupanya raja mengawasi saya lekat-lekat karena tahu saya dekat dengan Ibunda Anda. Saya pun menjadi tidak berani berkutik.

"Untungnya, semalam, Yang Mulia Permaisuri menginginkan Yang Mulia Raja. Akhirnya saya berhasil mengendap-endap keluar dari Istana. Saya ingin menyelamatkan kalian. Namun, apa daya saya. Saya hanya sanggup menyelamatkan Anda yang tenggelam. Sekarang, bagaimana pun, mereka akan menganggap Anda telah tiada. Jasad Anda yang tidak ditemukan mereka, pastinya akan dianggap sudah dimakan hewan laut. Sekarang hiduplah dengan baik. Jangan pernah mendekati Istana. Hanya ini yang dapat saya lakukan sebagai sahabat baik Ibunda Anda."

Tak terasa air mata mulai meleleh, bocah itu menangis. Ibunya saja, tak berani menatapnya apalagi memeluknya. Entah apa karena darah yang Mulia Raja, Ayahnya. Yang jelas, Revi sangat berterimakasih pada sahabat Ibunya itu, dia memeluknya. Ia tahu, semalam itu bukanlah mimpi.

Dirinya yang merupakan anak haram dari seorang Baroness dengan Raja sebelum dirinya duduk di singgasana, hanya sanggup menyalahkan takdir. Keluarga dan dirinya ditiadakan demi martabat Raja. Namun, alasan apa Raja memerintahkan membuat kematian Revi lebih menyakitkan dari yang lain. Apa salah dari seorang anak yang terpaksa lahir di dunia.

Sing with me a song

Of birthrights and love

The light scatters to the sky above

Melodi Akhir 2018Where stories live. Discover now