Pasrah - @Graizonuru

114 20 0
                                    

Judul lagu: iiya iiya iiya (whatever whatever whatever) - Kagamine Twins

Pencipta: Neru





*


Ku hanya bisa menatap mereka di depanku dengan sebuah senyum palsu. Mengucapkan selamat kepada mereka yang telah mendahuluiku. Tentu, tentu saja aku menyimpan iri pada mereka. Namun ku bisa apa. Ku telah salah langkah. Telah terlalu jauh melangkah di jalan yang salah sehingga begitu ku menyadarinya semuanya telah terlambat. Ku tak bisa mengejar mereka.

Seharusnya sekarang ku bersama mereka berdiri di tempat yang sama. Mengenakan seragam hitam yang sama dengan muka penuh rasa puas dan bebas. Namun kenyataannya belum. Ku belum punya kesempatan untuk itu.

Ah lebih tepatnya ku berjalan seperti siput diantara mereka sehingga ku tertinggal jauh. Rasanya menyebalkan sekali.

"Haah... udah duluan saja mereka" kataku memutuskan kembali ke kamar sempitku. Menatap layar ponselku berusaha menghibur diri. Menatap 'Si Buku Wajah' mencari hal-hal lucu yang indah.

Dan sekali lagi ku merasa seperti terdului lagi. Ah, kenapa mereka cepat sekali melangkah. Enaknya, mereka masih muda punya waktu banyak. Bisa berlari secepat itu menggapai apa yang mereka sukai. Mungkin ku tak cocok berlari bersama mereka.

Tapi mungkin ku masih bisa berlari setara di tempat lain.

Dan sekali lagi ku serasa seperti terbanting. Di tempat lain pun rasanya sama saja. Ku serasa berjalan seperti siput. Tertinggal lagi.

Kenapa ku selalu tertinggal seperti ini. Padahal ku mulai diwaktu yang sama dengan mereka, dan sekarang bahkan yang masih baru telah mendahuluiku. Ah, tidak. sebenarnya ku telah tahu jawabannya kenapa ku selalu tertinggal.

Hara batterya suunen poshatta kono taida ga nikui ga (aku benci kemalasan yang ada di dalam diriku yang telah membuang waktuku selama bertahun-tahun)

mada koushite beddo de mata nekusatte iru (namun aku masih saja berbaring di tempat tidurku)

koko saikin choushi wa warui ga iya honki wa mada mada (aku memang sedang gagal sekarang. tetapi sebenarnya pasti berhasil jika serius)

sou itta no wa kore de nandome no serifu daro (entah sudah berapa kali aku mengatakan ini)

Aah... ku benar-benar benci kehidupanku ini. Kehidupan yang serasa hampa yang telah kehilangan mimpi ini. Setiap berusaha ku selalu tertinggal. Namun lucunya bukannya ku mencoba mengejar mereka, ku tetap tak bergerak. Stagnan di atas kasur. Sangat sadar diri ku harus melakukan sesuatu, namun tetap tak melakukan apapun.

Seperti kehilangan arah ditengah jalan. Membuatku selalu mengunjungi ruang kosong pikiranku itu.

Bertemu dengannya.

"Kau boleh mentertawakanku sekarang" kataku kepada makhluk itu. Makhluk yang hanya ada di fantasi pikiran kosongku yang tengah menatapku dengan datarnya.

"Ku malah ingin menangis sekarang" katanya kalem. Mengelap sudut matanya yang sama sekali tak mengeluarkan air mata. Boro-boro mengeluarkan air mata, malah matanya seolah tengah mengejekku dengan ekspresi datarnya.

Tapi ku sudah tak peduli.

Sou itta no wa kore de nandome no serifu daro ( Tolong menangislah dan terima kasih atas air matanya)

bokura, yuutousei ja nai sa (kami sama sekali tidak terhormat)

dakara shuushinkei de i~ya (sehingga divonis seumur hidup pun juga tak apa)

"Padahal kau tak seharusnya memanggilku terus-terusan" katanya duduk disebelahku. "Itu hanya membuatmu menderita" katanya lagi.

"Aku tau... tentu saja aku tahu. Tapi bagaimana?" bentakku frustasi. Oh, tolonglah, ku telah sampai di titik nadirku. Capek dengan semua tuntutan disekitarku. Akademis, cita-cita dan jalan yang mereka tunjukan.

Saking lelahnya menghadapi semua itu, ku bahkan telah kehilangan rasa ketika ku melakukan apapun yang tengah kusukai. Satu-satunya hal yang kusukai yang bisa kulakukan dengan sepenuh hati hanya tergeletak dikasur.

Sungguh benar-benar menyedihkan. Siapapun yang melihatku boleh tertawa sekarang. Ku sudah tak peduli.

Tapi separuh hatiku masih berusaha memaksaku untuk bergerak. Tentu saja aku menginginkan hal itu. Pikiranku anehnya masih sangat sadar untuk menginginkan hal itu. Tapi bagaimana caranya. Separuh hatiku yang telah pesimis lebih mendominasi.

"Ya kau hanya perlu bergerak" kata makhluk itu.

"Kau tak memberiku solusi" sungutku kesal.

"Sudah kok" katanya datar. "Kaulah yang terlalu menuruti grafitasi kasur dan hapemu itu" tambahnya sinis. Ku hanya mendengus tak peduli.

makeinu hoeru inai mo douzen (Pecundang yang hanya pandai mengeluh tanpa melakukan apa-apa)

nigeashi dake ga tokui no gei (menghindari pekerjaannya adalah satu-satunya yang ia bisa)

esa o matsu nomi kuchi dake tassha, emono ni wa sokuza haisou (hanya menunggu saja, mengharapkan makanan masuk sendiri ke mulut)

"Kau kebanyakan mengeluh, Nona" katanya akhirnya. "Disaat seperti ini kau hanya perlu melakukan satu hal"

"Apa?" tanyaku malas.

Ia melempariku dengan bantal. "Sholat sana. Ngaji. Ngadu sama yang diatas. Jangan ngadu sama aku yang fantasi tak jelasmu itu" katanya menyeretku ke kamar mandi.

"Daripada kau terus-terusan meratap di kasur tanpa melakukan apa-apa. Bisa-bisa kau kesambet setan dan membusuk beneran jadi mayat secara tidak hormat. Masuk berita" katanya menekankan bagian akhir itu.

Ku tak punya pilihan selain menuruti katanya. Toh ku masih sangat sadar kalau kata-katanya benar. Lagipula ku masih belum ingin mati. Tapi ntahlah kalau ku terus seperti ini.

Ah tidak tidak tidak... ku takkan melakukan itu, sefrustasi apapun diriku menghadapi kenyataan ini.

*******

Aku memang sedang gagal sekarang. tetapi sebenarnya pasti berhasil jika serius...

Ya, ku hanya salah disitu saja. Ku masih bisa mengejar mereka. Akademisku memang rendah, tapi ku belum di DO. Ku tertinggal di semua hal yang kusukai, memangnya kenapa, ku masih bisa mengejar mereka. Ku hanya perlu ekstra kerja keras untuk menyamai teman-temanku.

Sekarang ku depan laptopku, menatap 'garam' di semua sosmedku dengan nafas berat. Ku masih iri, tentu saja. Siapa yang tak iri dengan keberhasilan. Apalagi jika mereka memulainya di waktu yang sama denganmu. Tapi sekarang ku sudah tak apa-apa.

Ku putuskan untuk kembali melanjutkan aktivitas yang tertunda karena motivasiku yang sesaat menguap. Ku harus bisa menjadikan 'garam' disekitarku sebagai motivasi, bukan sebagai penghancur diriku perlahan-lahan.

Ku masih bisa. Ya... ku masih bisa menghadapi kenyataan yang harus kujalani.

Ku belum boleh pasrah dengan nasib. Kalaupun pasrah, ku hanya boleh pasrah pada-Nya. Ku belum ingin berakhir seperti lagu yang tengah kuputar sekarang.

Melodi Akhir 2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang