1O

2.7K 415 38
                                    

Hyunjin berjalan dengan gontai menuju ke arah kelasnya. Entah kenapa pagi ini Hyunjin merasa sangat pusing dan lelah. Ia yakin ini karena kekuatan memanipulasi ingatan dari Nakyung perlahan mulai memudar.

Setelah memasuki kelasnya, tidak lupa Hyunjin meminum darah sapi yang sudah dicampur dengan susu stroberi. Namun tiba-tiba seseorang menganggu aktivitas Hyunjin dengan cara tertawa di depannya.

“Jin, sepertinya susumu enak. Aku jadi ingin mencobanya,” celetuk Haechan sembari tertawa usil. Memang Haechan sedari dulu selalu penasaran dengan rasa susu stroberi yang sering diminum oleh Hyunjin.

Hyunjin mengangkat susu stroberi yang sempat ia minum tadi, “Maksudmu ini?”

Mendengar pertanyaan Hyunjin membuat Haechan mengangguk dengan antusias.

“Ini ada racunnya,” jawab Hyunjin singkat. Namun ia tetap meminum susu stroberi itu. Dan dengan bodohnya Haechan percaya dengan perkataan yang dilontarkan olej Hyunjin.

“Selamat pagi anak-anak,” sapa seorang pria dengan surai berwarna kemerahnya. Pria itu adalah wali kelas dari kelas Hyunjin, namanya adalah Ha Sungwoon.

Dan tiba-tiba seorang gadis ikut masuk ke dalam kelas dan berdiri tepat di tengah-tengah kelas (lebih tepatnya di sebelah Sungwoon).

“Kita kedatangan murid baru,” lanjut Sungwoon. Lalu ia menoleh ke arah gadis yang berada di sebelahnya. Raut wajah Sungwoon terlihat senang ketika memperkenalkan murid baru itu pada seisi kelas miliknya.

Gadis yang berada di sebelah Sungwoon pun mengangguk lalu mengalihkan perhatiannya ke depan kelas sembari tersenyum.

Kini berbagai pasang mata menatap ke arah gadis tersebut, mereka hanya penasaran dengan gadis yang berada di hadapan mereka sekarang. Bahkan beberapa dari mereka ada yang membicarakan tentang si-gadis-murid-baru itu.

Tampilannya sangat mencolok. Rambut yang diwarnai, well— rambut diwarnai bukanlah hal tabu si sekolah ini. Namun si-gadis-murid-baru itu terlihat sangat mencolok karena warna rambut yang berbeda kiri dan kanan.

“Namaku Lee Nakyung. Senang bertemu dengan kalian!” seru Nakyung masih dengan senyuman yang mengembang di wajahnya (yang tentunya itu adalah senyuman palsu).

“Nah, Nakyung, kamu boleh duduk di—”

“Pak, saya mau duduk di sana saja,” potong Nakyung sembari menunjuk ke arah tempat duduk Hyunjin.

Sungwoon pun mengangguk. Ia mengiyakan perkataan Nakyung. “Haechan, kamu tidak keberatan ‘kan?” tanya Hyojin dengan ragu-ragu.

Haechan menggeleng. “Sama sekali tidak kalau untuk gadis sepertinya.”

Saat ini suasana kelas menjadi ricuh, ada yang mengomel pada Haechan, ada juga yang menyindir tentang Nakyung karena mereka iri padanya.

Setelah Nakyung duduk di sebelah Hyunjin, tiba-tiba raut wajah Nakyung berubah menjadi dingin. “Aku bisa gila di sini!” seru Nakyung dengan nada pelan.

Hyunjin tersenyum simpul, “Sabar. Kita bahkan belum memulainya.”

Sedangkan Nakyung hanya mendengus kesal karena ia tidak betah berada di lingkungan manusia. Ia —sedikit— menyesali keputusan yang sudah ia lakukan sebelumnya.

“Di mana Jeno dan Seoyeon?” tanya Hyunjin tanpa menatap Nakyung. Maniknya fokus menatap salah satu murid kelasnya yang bernama Hwall.

Nakyung terlihat sedang memikirkan sesuatu. “Sepertinya mereka berada di kelas yang sama dengan pujaan hatimu, Hyunjin.”

Hyunjin membelalakkan matanya. “Jangan berbohong, Nakyung. Itu sama sekali tidak lucu.”

“Aku tidak berbohong Hyunjin! Aku serius!” seru Nakyung.

“Aku tidak percaya,” sahut Hyunjin.

“Ya sudah kalau tidak percaya!” Nakyung menatap Hyunjin dengan sinis. Rasanya ia ingin mencekik temannya ini, tetapi ia masih ingat jika Hyunjin adalah salah satu teman baiknya di masa lalu.



“Hyunjin, sepertinya Felix-mu itu sudah memiliki kekasih,” celetuk Seoyeon sembari meminum susu stroberi yang diberi oleh Hyunjin.

Raut wajah Hyunjin terlihat berubah menjadi lebih datar daripada biasanya. “Siapa si brengsek yang berani mendekati Felix-ku?” tanya Hyunjin dengan tidak terima.

Seoyeon mengendikkan bahunya, “Saat aku hendak ke kamar mandi. Aku lihat seorang pria sedang mengusap pipi Felix— dengan mesra, mungkin?”

Hyunjin terlihat geram ketika mendengar perkataan yang dilontarkan oleh Seoyeon. “Seperti apa ciri-cirinya?”

“Dia guru Bahasa Inggris. Namanya Bangchan,” timpa Jeno yang sedari tadi hanya diam mendengarkan.

“Sialan! Gara-gara kalian semua aku tidak bisa memantau Felix selama dua minggu kemarin!” seru Hyunjin lalu beranjak meninggalkan Jeno, Seoyeon, dan Nakyung di kantin. Mereka yakin sekali Hyunjin akan mengemis kata maaf pada Felix.

Hyunjin dengan tergesa-gesa berjalan menuju ke kelas Felix. Mata Hyunjin menangkap sosok Jisung yang hendak memasuki kelasnya. Tanpa ragu Hyunjin bertanya padanya.

“Di mana Felix?”

“Bukan urusanmu,” jawab Jisung acuh pada Hyunjin. Bahkan menatap matanya pun Jisung juga enggan.

“Tolong beri tahu di mana letak Felix saat ini, Jisung.”

Entah sudah berapa kali Jisung menghela napasnya ketika berhadapan dengan Hyunjin. “Dia demam. Saat ini dia sedang berada di UKS.”

Tanpa mengucapkan terima kasih, Hyunjin pergi meninggalkan Jisung yang masih terdiam di tempatnya.

Cepat juga larinya.

Tanpa ada keraguan, Hyunjin membuka knop pintu unit kesehatan sekolah dengan kasar.

“Kasar banget sih. Kaget saya,” ucap Chungha sedikit basa-basi sembari menggunakan ekspresi terkejut yang dibuat-buat. “Oh, iya kalau kamu cari Felix. Telat, dia sudah pergi bersama dengan Pak Bangchan,” lanjut Chungha yang sepertinya mengetahui kalau Hyunjin sedang mencari Felix.

Raut wajah Hyunjin berubah menjadi kecewa. “Apakah baru-baru ini? Kalau iya, saya ingin mencari mereka lalu saya pukul wajah si bangka tua itu.”

“Lima menit sebelum kamu ke sini, mereka sudah keluar terlebih dahulu,” jelas Chungha.

Hyunjin mengangguk. Tidak lupa sebelum ia pergi dari unit kesehatan sekolah, ia berterimakasih pada si penjaga unit kesehatan.

Sudah 2 kali Hyunjin memutari penjuru sekolah, namun ia tidak menemukan keberadaan Felix. Kenapa saat ini indera penciumannya tidak berfungsi?

“Hei, budak cinta! Sini!” panggil Nakyung dari kejauhan. Hyunjin tahu kalau Nakyunglah yang memanggilnya, ia pun berlari kecil ke arah Nakyung.

“Apa?” tanya Hyunjin dengan malas.

“Lihatlah Felix-mu itu. Lagi-lagi dia bersama pria lain, memang kalian tidak ditakdirkan untuk bersama,” celetuk Nakyung. Tangannya menunjuk Felix bersama dengan seseorang— yang tidak Hyunjin kenali namanya.

Hyunjin melirik Nakyung dengan malas. “Mungkin saja itu temannya,” jawabnya singkat.

Nakyung menggeleng pelan, “No. Menurut feeling-ku dia adalah kekasih Felix.”

“Dan namanya adalah Seo Changbin.”  


tbc.












a/n:

met tahun baru moi readers. doain ya semoga di tahun 2019 aku tidak malas update, dan gak gampang stuck otaknya. dan aku harap kalian sehat dan bahagia selalu! ^ ^

clair de lune | hyunlixWhere stories live. Discover now