O8

3.1K 530 35
                                    

Muntah paku? Yang benar saja. Memang vampir bisa muntah paku? Atau mungkin Hyunjin terkena santet? Itulah yang ada dipikiran Felix saat ini.

Awalnya Felix tidak percaya pada tulisan yang ada di sticky note. Namun perasaan itu— lama-lama membuatnya khawatir.

Apa Hyunjin baik-baik saja?

Tanpa sadar Felix beranjak dari tempat duduknya, dan ia meminta izin untuk ke toilet pada guru Matematika yang bernama Ha Sungwoon itu. Ia setengah berlari agar dapat— menyelamatkan Hyunjin.

“Wow, lelaki berambut pirang itu ternyata adalah seorang tsundere. Lelaki idamanku.”

“Yeon, ingat kalau dia adalah seorang manusia, bukan vampir.”

“Tetapi Hyunjin menyukainya. Aku bisa melihat dari gerak-gerik Hyunjin.”

Felix merasa sedikit bersalah pada guru Matematika yang sedang mengajar. Ia rela berbohong padanya karena hanya ingin melihat keadaan Hyunjin yang 'katanya' muntah paku.

Benar saja, Felix melihat Hyunjin yang—sepertinya—pingsan tepat di depan unit kesehatan sekolah. Felix melirik sekitarnya, apa tidak ada seorang pun yang tahu jika Hyunjin pingsan?

Felix menuntun Hyunjin untuk berjalan menuju ke dalam unit kesehatan sekolah. Felix tidak tahu penyebab Hyunjin sakit seperti ini karena apa, tetapi dahi Hyunjin memang panas, wajahnya terlihat pucat daripada biasanya.

Tetapi anehnya— Felix tidak melihat satu pun paku. Felix merasa seperti ada yang aneh, namun ia juga tidak tahu apa yang aneh. Mungkin auranya?

Lagi-lagi terdapat sticky note yang tertempel di dahi Felix. Felix hanya menghela napasnya lalu menarik sticky note tersebut dari dahinya.

Sepertinya ini hari terakhirmu bersama Hyunjin.

Kalaupun memang takdir, Felix harus berbuat apa lagi?



Hyunjin akhirnya siuman. Ia mengerjap-ngerjapkan kedua matanya, sesekali menggerutu karena kepalanya sangat sakit. Ibaratkan kepalanya baru saja tertiban oleh 100 buah batu bata.

Hyunjin melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Dan ternyata sudah jam 7 malam; tandanya kelas sudah selesai dari tadi.

Hyunjin berjalan dengan perasaan lelah, dan dibuat kaget saat ada sosok penjaga unit kesehatan sekolah— yang bernama Kim Chungha di depannya.

“Oh, Hyunjin sudah bangun. Tadi Felix menunggumu, baru saja dia pulang,” ucap Chungha sembari membereskan kertas-kertas yang berserakan di atas mejanya.

“Felix siapa?” tanya Hyunjin dengan raut wajah kebingungan.

Raut wajah Chungha terlihat terkejut, “Apa kamu tidak mengenal Felix? Saya sering lihat kamu berduaan sama dia padahal,” jelas Chungha dengan raut wajah yang ikut bingung.

Hyunjin mengerutkan dahinya, “Felix—murid baru?”

Siapa Felix?

“Bukan, Hyunjin. Lebih baik kamu pulang sekarang dan beristirahatlah, sepertinya kamu sedang tidak bisa berpikir dengan jernih saat inj,” usir Chungha secara halus.

“Lalu kenapa Ibu masih berada di sini?”

“Selama saya cuti kemarin, saya merasa jika UKS ini menjadi sedikit aneh. Banyak darah yang sudah kering di lantai. Ini saya baru saja selesai membersihkannya dan ini saya mau pulang.”

Hyunjin mengangguk, lalu pamit untuk pulang terlebih dahulu pada Chungha.

Lagi-lagi Hyunjin bergumam,

Siapa Felix?



Oi, Hyunjin, kenapa seminggu ini kau tidak pernah menemui lelaki yang berembut pirang itu— ah, siapa sih namanya,” celetuk Jinyoung sembari menepuk-nepuk kepalanya pelan. Agar ia dapat mengingat siapa nama lelaki yang berambut pirang yang seringkali bersama Hyunjin.

“Memang aku pernah mempunyai teman yang berambut pirang?” tanya Hyunjin yang masih sibuk memainkan ponselnya.

Jinyoung berdecih saat mendengar respon dari Hyunjin. “Sanha! Siapa nama lelaki yang berambut pirang yang dekat dengan Hyunjin itu?” tanya Jinyoung pada Sanha yang berada di depannya.

“Lee Felix!”

Lagi-lagi Felix, siapa dia?

“Siapa Felix? Kenapa dari kemarin orang-orang terus membicarakannya di depanku?” raut wajah Hyunjin terlihat penasaran.

“Jangan pura-pura lupa! Semua orang juga tahu kalau kau adalah budak cintanya Felix!” pekik Sanha sembari menunjuk Hyunjin tepat di wajahnya.

“Tapi aku tidak kenal dengan Felix!” seru Hyunjin yang masih menatap Sanha dengan kesal.

“Bagaimana bisa kau melupakannya?”

“Karena aku tidak kenal dengannya!” Hyunjin lalu beranjak dari tempat duduknya dan keluar dari kelas.

“Wow, aku sangat terkesan dengan kekuatanmu, Nakko. Nah, begini dong, sekali-kali bisa diandalkan.”

“Sialan! Lalu setelah Hyunjin melupakannya, kita harus apa lagi?”

“Kita lihat saja nanti.”


Entah kenapa sekarang Hyunjin lebih sering datang ke unit kesehatan sekolah. Kalian pasti akan mengira kalau Hyunjin menaruh perasaannya pada Chungha. Tidak, Hyunjin tidak menaruh perasaan pada Chungha. Hanya saja Hyunjin sedang butuh seseorang untuk mendengarkan ceritanya dan Hyunjin rasa Chungha sangat bisa diandalkan.

Sesekali Chungha meng-gossip tentang kejadian guru-guru di sekolah Hyunjin. Sesekali wanita itu juga membahas tentang murid-murid yang berada di sekolah. Dari yang paling nakal dan yang paling baik. Sebenarnya Hyunjin bukan tipe yang suka mendengar gossip.

“Eh, Jin. Kamu tahu tidak? Denger-denger Pak Bangchan saat ini dekat dengan Lee Felix,” ujar Chungha.
 
“Pak Bangchan guru baru yang mengajar pelajaran Bahasa Inggris itu, Bu?” tanya Hyunjin. Chungha pun mengangguk sebagai jawaban. “Waktu itu— saya mergokin Pak Bangchan lagi ngelus-ngelus rambutnya Felix gitu.”

“Padahal Felix dan Pak Bangchan tidak ada hubungan spesial apa-apa. Saya jadi curiga,” ucap Chungha, raut wajahnya berubah menjadi serius.

Hyunjin menghela napasnya, “Felix lagi Felix lagi. Apa dia memang seterkenal itu, Bu?”

Seketika raut wajah Chungha berubah menjadi heran, “Kamu benar-benar lupa dengan Felix?”

Hyunjin menganggukkan kepalanya karena memang ia tidak mengenali Felix.

“Padahal kamu sama Felix pernah sampe heboh. Kamu pura-pura lupa ya?” Chungha kini meyakinkan.

Hyunjin menggeleng lagi. “Ya sudah, kamu kenalan saja lagi sama dia. Lalu perbaiki hubungan kalian.”

“Oh iya. Gerak cepat ya, Jin,” lanjut Chungha.

“Felix dari kelas mana, Bu?” Walaupun enggan, Hyunjin tetap saja menanyainya. Rasa penasaran itu terus saja menghantuinya.

“Saya nggak tahu tentang itu. Saya bukan guru.”



tbc.

clair de lune | hyunlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang