O6

3.3K 588 21
                                    

“Felix, ada berita besar untukmu! Kemarilah!” seru Jisung setelah mengetahui Felix sudah berada di ambang pintu kelas mereka.

Felix berjalan dengan malas ke arah Jisung. “Apa lagi sekarang?”

Jisung tidak menjawabnya, ia lebih memilih untuk menarik Felix agar duduk di kursi sebelahnya. “Lihatlah gambar ini! Bukankah dia mirip dengan Hwang Hyunjin?” tanya Jisung sembari menunjukan layar ponselnya pada Felix. Di layar ponsel Jisung terdapat foto seseorang pria yang mirip sekali dengan Hyunjin.

Felix hanya mengangguk. “Katanya, pria ini sudah hidup selama lima abad yang lalu! Keren bukan?” tanya Jisung dengan antusias.

“Lalu apa hubungannya denganku, Han Jisung?” tanya Felix dengan malas. Mendengar pertanyaan Felix membuat Jisung berdecih. “Cari tahu siapa Hwang Hyunjin sebenarnya!”

Felix mengerutkan dahinya. “Aku? Kenapa? Kapan? Di mana? Jam berapa? Malas sekali!”

“Kau ‘kan pacarnya Hwang Hyunjin!” pekik Jisung sembari menunjuk Felix tepat di wajahnya.

Felix membekap mulut Jisung yang sangat berisik itu, “Bodoh! Jaga bicaramu!” seru Felix lalu melepaskan tangannya dari bekapan mulut Jisung setelah ia rasa Jisung mulai kehabisan napas.

“Sepertinya kau juga harus menjaga bicaramu, manis.”

Suara itu membuat bulu kuduk Felix merinding. Bagaimana tidak, pelaku tersebut berbicara tepat di telinga Felix.

“Jisung, apa kau mendengar suara? Tetapi tidak ada wujudnya. Seram sekali,” celetuk Felix lalu beranjak dari tempat duduk yang ia duduki tadi.

“Ada Hyunjin di belakangmu,” jawab Jisung sembari menunjuk Hyunjin. Sebenarnua Jisung tahu jika Felix hanya melontarkan candaan garingnya.

Felix akhirnya melihat ke arah yang ditunjuk oleh Jisung. “Tidak ada apa-apa di sini. Jisung kau jangan mengarang cerita!”

“Terserah kau sajalah, aku capek meladeni orang bodoh sepertimu,” jawab Jisung pasrah lalu ia mengendikkan bahunya.

Jisung kini mengalihkan padangannya pada Hyunjin yang masih setia berdiri di belakang Felix dengan raut wajah yang gembira. “Hyunjin, kemarilah!” panggil Jisung sembari menepuk kursi yang berada di sebelah Jisung.

Hyunjin mendatangi Jisung lalu duduk di sebelahnya. “Ada apa?” tanya Hyunjin penasaran.

Sama seperti tadi, Jisung menunjukkan layar ponselnya pada Hyunjin.

“Kenapa pria ini bisa mirip sekali denganku?” Hyunjin masih menatap layar ponsel Jisung. Rupanya Jisung menunjukkan foto pria dari 5 abad yang lalu pada Hyunjin.

“Ini kau ‘kan? Wah! Tak kusangka, Hyunjin,” ucap Jisung dengan kagum lalu menepuk bahu Hyunjin dengan antusias.

Dengan cepat Hyunjin menggelengkan kepalanya. “Itu bukan aku!”

“Ah, jangan bohong. Aku bisa tahu mana yang bo—”

“Jisung, kau sok tahu sekali. Aku capek mendengarnya,” potong Felix. Dari foto yang ditunjukkan oleh Jisung tersebut dapat Felix simpulkan bahwa itu adalah foto seorang vampir yang sudah hidup berabad-abad yang lalu.

Senyuman mulai mengembang di wajah Hyunjin. “Felix, kau membelaku ‘kan?”

“Tidak.”



“Bagaimana jika kita culik saja Hwang Hyunjin?”

“Terserah. Aku setuju-setuju saja. Bagaimana denganmu, Nakko?”

“Sama seperti kalian, aku juga setuju.”

Hyunjin menatap sekitarnya, ia merasa seperti ada yang sedang membicarkannya. Lalu ia mencoba untuk menatap sekitarnya, tetapi tidak ada yang aneh dan mencurigakan.

“Kau kenapa?” tanya Felix yang sedari tadi memperhatikan Hyunjin.

Hyunjin menggeleng, “Khawatir padaku?"

“Sayangnya hanya mimpi!”

Saat ini Hyunjin dan Felix berada di kantin milik sekolah. Awalnya Felix menolak, namun Hyunjin terus saja merengek agar Felix menemaninya makan siang di kantin. Felix sebenarnya malas jika ia harus bersebelahan dengan Hyunjin, karena orang-orang itu— selalu saja menatap Felix. Ia tidak suka menjadi pusat perhatian.

Hening.

Tumben sekali Hyunjin tidak banyak berbicara. Biasanya dia sangat berisik, batin Felix.

“Aku sedang memikirkan sesuatu. Makanya aku tidak banyak bicara,” celetuk Hyunjin. Setelah mendengar perkataan Hyunjin pun Felix mengerutkan dahinya, bagaimana Hyunjin bisa tahu isi hatinya?

Hm, aku belum pernah cerita padamu, ya. Kekuatanku itu bisa hidup layaknya manusia, membaca isi hati seseorang, dan juga tampan.”

Setelah mendengar penjelasan Hyunjin, Felix segera membereskan makanannya lalu beranjak berdiri dari duduknya.

“Mwo ko mono?” tanya Hyunjin yang masih mengunyah makanannya.

Felix menghela napasnya, “Tolong berbicara selayaknya manusia, Hyunjin. Kau bilang kau bisa hidup selayaknya manusia ‘kan?”

Hyunjin segera menelan makanannya. “Mau ke mana?”

“Aku ingin bertemu dengan pacarku,” jawab Felix singkat.

Hyunjin hanya menatap Felix lekat-lekat, Felix yang merasa risih karena ditatap terlalu lama hanya bergumam tidak jelas.

“Felix, kau sedang berbohong padaku, ya?” tanya Hyunjin yang masih menatap Felix.

Dengan cepat Felix menggeleng, "Tidak kok!" Felix sedikit salah tingkah akibat pertanyaan dari Hyunjin.

“Aku tahu kau sedang berbohong. Tadi aku baru saja mengatakan kalau aku bisa membaca isi hati orang,” jelas Hyunjin lalu tersenyum dengan lebar.

Felix mengumpat, karena ia tidak bisa berbohong lagi di depan Hyunjin.

“Berarti kita cocok ‘kan?” kedua bola mata Hyunjin mulai berbinar.

“Tidak.”

“Mengapa tidak?” Hyunjin mengerucutkan bibirnya, Felix rasa ia sudah kehilangan akal. Ia merasa kalau Hyunjin itu tidak tampan, tetapi imut.

“Ya, aku memang tampan,” celetuk Hyunjin lalu tersenyum lagi.

“Tidak.”

“Felix, kita cocok ‘kan?”

“Ya, kita memang cocok, Hyunjin.”



tbc.

clair de lune | hyunlixWhere stories live. Discover now