Benci mengekang

1.5K 66 3
                                    

YOUNG WIFE
Part 13
By: R. Ana

Adam kembali ke kamarnya, membuang benda apapun yang terlihat di depan matanya, ia marah merasa kalah telak oleh Azkam.

"Sial!" umpat Adam dalam kamar. "Jika saja dia bukan putra Pak Kiyai, akan aku rebut Zalila darinya, sok bijak ketika ia berani memberiku nasehat padahal sebenarnya hanya ingin posisinya aman saja. munafik," ujarnya marah.

Salah satu santri menghampirinya ketika mendengar benda jatuh.

"Ada apa Ustadz?" tanya santri itu.

"Tidak ada apa-apa, sana kembali tidur!" Elaknya dan mengusir.

"Baik Ustadz," ujar santri itu, lalu setengah berlari kembali ke kamarnya, takut malah terjadi sesuatu pada dirinya, ia tidak mau terkena hukuman atau sangsi dari ustadznya itu.

"Sebentar lagi acara wisuda santri akan di mulai," gumamnya sendiri. "Setelah itu aku akan pergi dari pesantren ini, aku tidak sanggub tinggal lebih lama lagi di sini, tinggal di sini saja halnya menggali kuburan sendiri, tak ada yang bisa diharapkan lagi, smua sudah berakhir," lanjutnya frustasi sambil memegangi kepalang dan sedikit menarik-menarik rambutnya.

Tidak terasa airmatanya mengembun karena sakit yang benar-benar mencekam hatinya, meski seumur hidupnya tak pernah ia menangis bahkan dulu saat perempuan terkasihnya pergi untuk selamanya. Ibu Adam telah meninggal sejak dua tahun lalu sebelum Adam di tugaskan di pesantren ini. Tapi keadaannya saat ini benar-benar menyedihkan dan benar-benar menoreh luka sangat dalam dalam hatinya.

"Tuhan.... mengapa kau hadirkan cinta di hati hati ini jika kau tak mengizinkan diri ini untuk memilikinya!" Teriaknya tidak terlalu kencang, ia masih sadar kalau sekarang adalah waktu jam tidur santri. "Mengapa Tuhan?" Tanyanya pada keheningan malam yang hanya mendapat sahutan dari derik dedunan yang terbawa angin.

***

Acara wisuda santri di selenggarakan siang hari dengan di hadiri seluruh wali santri beserta kerabat membuat suasana semakin sesak juga ramai sekali. Siang yang cukup melelahkan.

Adam kembali ke kamar melepas jasnya lalu merebahkan tubuh penantnya sejenak, ia melirik koper yang sudah siap di pojokan kamar, kebimbangan mulai menelusup masuk dalam dadanya. Melihat senyum bahagia Zalila tadi waktu acara, sejenak membuat ia lupa akan masalah yang menimpa, bisakah ia pergi?

"Assalamualaikum Ustadz." Sebuah suara santri putri memanggilnya.

"Walaikum salam," jawab Adam malas, dengan terpaksa ia bangun dan menghampiri orang yang memanggilnya.

"Oh...! Diah, ada apa?" tanya Adam.

"Antum di panggil Pak Kiyai," jawab Diah sopan.

"Ada apa lagi ini?" gumamnya pelan.

"Saya izin pamit Ustadz"

"Baiklah"

Diah pergi meninggalkan tempatnya, kembali ke asrama putri. Tadi ia kebetulan berpapasan dwngan Pak Kiyai di teras dhalem ketika ia hendak masuk ke asrama putri, Pak Kiyai menyuruhnya memanggil Adam di kamarnya.
Kamar yang di tempati Adam bukanlah seperti rumah yang lengkap dengan beberapa ruangannya, tapi kamarnya adalah salah satu asrama putra yang berada di paling ujung deretan Asrama putra, ruangan itu memang di khususkan untuk guru tugas dari pesantren lain.

Adam bersiap-siap. Mengganti baju dan celananya, menggunakan baju koko dan sarung, terakhir meletakkan songkok hitamnya dengan rapi di atas kepalanya.

Hatinya terus bertanya-tanya, ada apa gerangan yang terjadi hingga ia di panggil Pak Kiyai, apakah masalah itu telah sampai pada beliau, Adam bingung.

young wifeWhere stories live. Discover now