Belajar mencintai

1.7K 77 0
                                    

YOUNG WIFE
Part 12
By: R. Ana

Untuk satu minggu kedepan kegiatan sekolah formal libur dikarenakan baru selesai ujian UAS, tapi untuk kegiantan pesantren tetap berjalan sebagaimana mestinya, bahkan sering di setiap tanggal merah kegiatan pesantren tak pernah libur kecuali perayaan islam, seperti tahun baru islam, maulid nabi, hari raya idul adha dan libur besarnya adalah hari raya idul fitri. Itu pun tidak bisa di katakan libur karena di setiap perayaan para santri dan segenap pengurus pesantren mengadakan program kepesantrenan seperti acara pentas seni dan pengajian Akbar atau konser sholawatan yang di isi oleh grub santri pesantren itu sendiri. Jadi tak pernah ada libur kecuali libur ramadhan.

Sehabis sholat isya' Azkam memerintahkan salah satu santrinya memanggil Adam untuk menemuinya di ruang tamu ndalem yang terletak terpisah dengan rumah utama, ruang tamu terpisah dengan rumah yang di tempati Azkam, ruang sebentuk aula yang biasa juga di fungsikan sebagai penginapan untuk wali santri yang beralamatkan cukup jauh. Letaknya cukup jauh dari rumah Azkam sekitar 30 meter. Alasan ia memilih tempat yang jauh adalah agar Zalila atau Pak Kiyai dan Bu Nyai tidak tahu dengan masalah yang akan ia bahas bersama Adam, karena memang mereka tidak perlu tahu segala tentangnya.

Sebelum Adam tiba di ruang tamu, Azkam telah lebih dulu di sana, menunggu. Dua cangkir kopi mengeluarkan uap bergoyang-goyang di udara dan setoples cemilan menemani, tepat berada di depannya.

"Assalamualaikum!" Sapa seseorang dari luar.

"Waalaikum salam!" jawab Azkam, ia tahu bahwa itu adalah Adam, orang yang memang ia tunggu dari tadi.

Adam berjalan sedikit menunduk, lalu duduk di hadapan Azkam.

"Bagaimana kabarmu Ustadz Adam?" tanya Azkam basa-basi.

"Alhamdulillah Gus!"

"Ada kesulitan dalam mengajar atau keluhan yang lain?"

"Alhamdulillah sampai sekarang masih bisa di lewati dengan baik Gus."

"Alhamdulillah, ada lagi yang ingin aku tanyakan padamu Ustadz!"

"Silahkan Gus"

"Tidakkah kamu ingin beristri?" tanya Azkam tanpa ancang-ancang.

Adam kaget. Ia mendongak menatap wajah Azkam lalu kembali tertunduk, menyembunyikan keterkejutannya.

"Jawab Ustadz Adam, apakah kamu ingin beristri?" tanya Azkam sekali lagi.

"Tentu Gus, suatu hari nanti akan tiba saat itu."

"Apa kau menunggu seseorang?" Selidik Azkam.

Adam mengangguk. "Tapi saya masih belum yakin atas penantian ini," ujarnya kemudian.

"Siapa dia?" Azkam mulai menyangka-nyangka, siapa gadis itu, tapi filingnya mengatakan bahwa gadis itu adalah Zalila. Istrinya. Azkam mulai kesal tapi berusaha ia tahan.

"Seseorang yang sejak pertama kali menginjakkan kaki di sini, telah saya sukai dan saya menunggu saat yang tepat untuk memilikinya."

"Sampai kapan kau akan menunggu yang tidak pasti?" Azkam merasa dadanya bergemuruh.

"Tidak Tahu Gus"

"Bagaimana jika aku akan coba mencarikanmu calon istri?" Tanya Azkam berusaha meredakan gemuruh di dadanya.

"Terima kasih, dengan senang hati tapi saya tidak tahu nanti apakah bisa mencintainya jika ia bukan pilihan hati saya Gus."

"Cinta itu bisa tumbuh Ustad Adam, jangan menebang pohon sebelum besar atau sebelum tumbuh, itu sia-sia untuk hidupmu, terutama hatimu," ujarnya bijak. "Kata seseorang, terkadang cinta tidak harus memiliki, kita mencintai untuk dia bahagia, aku tahu kau mencintai Zalila Ustad Adam." Kalimat terkahir cukup membuat Adam terkejut.

young wifeDonde viven las historias. Descúbrelo ahora