Rafa Azkamy

1.8K 75 2
                                    

Young Wife
Part 4
By: R. Ana

Dua hari yang lalu putra Pak Kiyai datang dari Mesir, kabarnya ia sudah menyelesaikan program study S1-nya di sana. Gus Azkam anak satu-satunya Pak Kiyai, ia pemuda tampan, dengan kulit putih bersih, tubuh tinggi atletis dengan jenggot tipis menghiasi dagunya serta sorban biru yang tak pernah lepas dari bahunya, kabarnya sorban itu adalah pemberian dari kakek buyutnya terdahulu yang di wariskan secara turun temurun.

Gus Azkam terkenal dengan sifat ramahnya dan tak kalah berwibawanya dengan sang Abah, serta lengkung pelangi yang tak pernah lepas dari wajahnya menambah pesona yang dimiliki semakin terpancar. Siapa yang tidak terpana ketika memandang, Satu lagi yang menjadi ciri khasnya, yaitu gelang tasbih yang tak pernah apsen di jemari kanan serta bibir yang selalu basah oleh Kalimatullah.

"Ya Tuhan seandainya Gus Azkam jodohku, aku tidak akan membiarkan dia pergi dari sisiku." Khayal Leha salah satu teman sekamar Zalila yang paling suka makan, suka bicara alias cerewet dan suka ngayal ketinggian. Anak ini meski sering makan herannya, tubuhnya tidak pernah tambah besar ke samping atau pun ke atas.

"Idih! Pengen muntah gue ngeliat lho ngayal kek gitu," celutuk Naya tidak suka. Merasa muak.

"Biarin!" Balasnya singkat, tidak perduli.

"Eh, Neng...! Ngaca dong, emang punya modal apa buat dapetin suami kayak Gus Azkam?"

"Terserah aku dong, kenapa kamu jadi sewot hah...!"

"Ya iyalah! Otak cuma seupil, wajah apa lagi? Nggak ada pantas-pantasnya jadi mantu Pak Kiyai," ujar Naya semakin sengit.

"Ah...! Kalian ini, ribut saja kerjanya denger ya... Memaksakan keinginan yang sudah kamu tahu tidak dapat kamu miliki itu rasanya sakit jika itu tidak terkabul, seperti diangkat tinggi-tinggi lalu di lempar kebawah sekeras-kerasnya" Ujar Diah menengahi adik-adik kelasnya dengan senyum usil berniat menjahili. "Denger! Aku ingatkan sekali lagi jangan meributkan sesuatu yang tidak penting, dan jangan melakukan hal yang sia-sia! Allah menciptakan otak bagi kita agar kita bisa berpikir, mana yang salah mana yang benar, supaya dapat berhati-hati dalam bertindak dan berbicara." Diah kembali mengingatkan.

"Baik Mbak," ujar mereka berbarengan.

"Kalian seharusnya senang, masih bisa sekolah, bisa menikmati hidup sesuai tahapannya." Zalila memberi jeda sejenak atas kata-katanya. "Jangan memikirkan hal-hal yang masih di luar jangkauan perjalanan kehidupan kalian dan jangan melangkahi tahapan yang sudah tersusun rapi dan sesuai," imbuh Zalila meneruskan.

"Wah....! Sejak kapan kamu bisa sebijak ini Lil?" tanya Leha heran.

"Meski masih muda, cara berpikir kamu cukup hebat Lila" puji Naya bertepuk tangan pelan. "Ngak seperti nih anak!" lanjut Naya menekan pipi Leha dengan jari telunjuknya.

"Ah... kalian," ujarnya tersenyum tipis sambil menutup wajahnya malu.
"Yes! Akhirnya kita berhasil kembalikan senyummu Lila, kita semua rindu tawa ceriamu, selama beberapa hari kita seperti berteman dengan mayat hidup," ujar Naya lagi.

"Maaf menyusahkan kalian, aku tidak bermaksud seperti ini," ujar Zalila menyesal telah merepotkan teman-temannya.

"Jangan khawatir, kami tidak akan meninggalkanmu, hanya saja, bersikaplah seperti biasa, bersikap seperti Zalila yang selalu ceria dan ramah pada semua penghuni pesantren, itu saja Lila pinta kami," ujar Diah memohon, dan berusaha menghibur Zalila.

***

Mereka hampir menyelesaikan acara makan malam, sedang Pak Kiyai sudah mencuci tangan dan hendak pergi dari tempatnya.
Beberapa detik kemudian Bu Nyai melakukan hal yang sama begitu di ikuti Azkam, tapi ia belum beranjak dari kursinya, Azkam berdiri lalu meraih piring yang jauh dari jangkauannya hendak membereskan meja makan.

young wifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang