[5.2] Penyesalan

39 8 10
                                    

Semuanya gelap untuk sesaat.

Pandangan, pendengaran, pernapasan, peraba, rasanya aku tak bisa merasakan satu pun panca indraku. Untuk beberapa saat, ini terus berlangsung.

Sampai aku merasakannya, perasaan hampa dan kosong, serta ketakutan yang memeluk tubuhku.

Cuma ada satu hal yang terbesit di kepalaku.

"Ah, aku sudah mati. "

ctek

Mendengar suara pulpen yang ditekan itu, aku kembali merasakan tubuhku. Rasanya seperti tenggelam dalam laut sampai kesadaranmu hampir menghilang, lalu laut itu dihilangkan begitu saja.

Bagaimana?

Suara yang samar dan absurd menyadarkanku.

Aku kembali ke dunia perulangan.

Melihat sekeliling, aku masih di kelas redup cahaya. Tempat aku bertemu Zelan. Tempat aku dikhianati Nadya dan ditusuk mati oleh Vidan.

Vidan dan Nadya tidak ada. Juga orang ketiga yang tak jelas itu. Retro pun tidak ada.

Hm? Ada apa?

"Fuuuhhhh... Haaahhh... "

Aku mengatur nafas.

Aku sudah mati? Atau belum? Nampaknya jatuh dari lantai dua bangunan tak begitu saja langsung membunuhku. Kalau begitu, aku sedang dalam keadaan koma, lalu aku memasuki dunia tak masuk akal ini.

...atau justru aku sudah mati? Lalu ini dunia setelah kematian?

Jangan berpikir hal yang tidak perlu. Datanglah ke lapangan. Kamu ingat apa yang harus kamu lakukan untuk menghentikan semua ini, kan?

Huft... Baiklah.

Aku melangkahkan kaki ke lapangan. Perlahan, tapi pasti. Mencoba sebisa mungkin mengosongkan pikiranku.

Jadi, bagaimana?

Aku berdiri di pinggir lapangan.

Seorang pria/wanita(?) yang mengenakan topeng hitam berdiri di tengah lapang.

Ah, sinar matahari memantulkan cahaya dari topengnya.

"Bagaimana... Apanya? "

Haruskah kujelaskan lagi?

Retro melempar sesuatu yang berwarna hitam ke arahku.

tuk

Tapi aku tak terpancing. Mataku tetap fokus padanya.

Hmm, tingkat konsentrasi yang luar biasa. Apa kamu takut aku melakukan sesuatu? Jangan-jangan kamu pikir aku akan menghilang kalau kamu mengalihkan perhatian dariku walau sedetik saja?

Aku diam. Mataku hanya terkunci pada sesuatu yang berdiri di depanku.

Sayang sekali, pemikiranmu masih samar.

won't regret.Where stories live. Discover now