[3.1] Serpihan Ketiga

43 12 9
                                    

Huft...

Setelah perkenalan, aku duduk di depan sebelah kiri, tempat biasa.

Ya ampun, kepalaku rasanya mau pecah.

...ini, terlalu berat.

Kejadian bertubi-tubi dan kembalinya serpihan-serpihan ingatanku membuat isi kepalaku penuh dan terasa berat. Serius ini masih akan berlanjut?

Entah aku yang gila duluan atau bunuh diri duluan, kira-kira yang mana yang akan terjadi?

Waduh, kalau salah satu dari itu terjadi, sih, bisa merusak rencanaku.

Huh, jadi ini semua memang rencanamu, ya?

Retro.

Suaranya lembut tapi juga lantang. Suaranya menenangkan tapi juga menakutkan.

Udah berapa kali aku bilang begitu?

Ayolah, bukankah setengah jalan juga belum?

Mana kutahu sudah setengah jalan atau belum.

Sial, ini keterlaluan... Gak, ini gak masuk akal.

Gak ada jalan pintas, kah, agar semua ini cepat selesai?

Lho, kamu gak menyadarinya, ya?

Hah? Apa?

Semua ini akan berakhir ketika orang-orang di sini mati. Yang berarti...

...kau ingin mengatakan bahwa aku harus membunuh Vidan dan Nadya?

Wah wah, aku gak bilang 'harus', lho. Siapa yang pertama meminta jalan pintas?

...

Apa-apaan? Hal semacam itu...

Ahaha, aku tak pernah memberi petunjuk khusus tentang apa yang harus kamu lakukan, kan? Jadi bagaimana bisa kamu tak sadar kalau akhir dari semuanya adalah kematian?

Aku...

Ah, ayo kita segera menapaki jejak yang dulu kamu lalui lagi.

Sebelum bisa berkomentar lagi, si Retro menyela dan...

...yah, pastinya aku sudah tahu.

Kesadaranku menjauh... Aku mulai terbiasa dengan sensasi ini. Sensasi seolah jiwaku ditarik keluar dan memasuki tubuhku di masa lalu... Atau mungkin memang itulah yang terjadi?

Sesaat selanjutnya, tubuhku...

...tidak berubah?

Yang berarti aku kembali ke masa yang tak terlalu jauh dengan saat dimulainya looping event, ya...

Ah, tidak. Kurasa tubuhku sedikit lebih gemuk? Dan lagipula aku sedang memakai seragam SMP.

Tanggalnya muncul.

Rabu, 18 Juli 2015.

briiiiing

...itu, suara bel sekolah?

Entah kenapa, hatiku tak merasa nyaman mendengar suara itu.

Ah, aku sedang berada di sebuah kelas. Jadi ini jam pulang? Kulihat sosok-sosok murid keluar kelas.

Tapi, ada beberapa figur yang justru menghampiri mejaku.

"Aahh, hari ini bikin bete. "
"Iya, kan? Ngebosenin gila. "

Mereka mengeluh lalu mengelilingi mejaku.

"Hey~ Lintang~ "

Kurasa ingatanku tak bekerja dengan baik, jadi wajah mereka dihalangi semacam mozaik, atau harus kubilang tak diperlihatkan.

won't regret.Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt