Hari ke 7 part 2

56 10 8
                                    

Shibuya, adalah tempat terakhir sebelum kita menuju bandara. Tempat ini pula dimana gue dan mas Henry awal dekat.

Entah kenapa selain gue sedih bakal ninggalin negara yang menjadi favorit gue, gue juga takut kalau kenyamanan gue sama mas Henry harus berakhir.

Di Shibuya awalnya gue jalan bareng mas Henry, mas Donghae dan Kai. Sampai tibalah kita di toko barang second, ini adalah tempat dimana Kai ingin beli sesuatu.

Kai bisa jadi emak rempong ketika masuk toko barang second terutama ke bagian komputer dan segala perintilannya.

Tiba-tiba ada yang narik narik lengan gue.
"Pergi yok keluar bentar. Dari pada keburu otw bandara repot." Ucap mas Henry.

"Yaudah gih bilang sama Kai." Pinta gue. Tapi dia menggeleng cepat.

"Lo aja, kan lo lebih deket ama dia."

"Yaudah. Kai, gue ama mas Henry keluar dulu ya kita mau nyari sesuatu." Dia ngangguk tapi matanya masih aja anteng liat sparepart komputer yang berkilau dimatanya.

Gue akhirnya jalan sama mas Henry dan dia memutuskan untuk belanja ke supermarket untuk oleh-oleh. Padahal percayalah, dia udah belanja  3x lebih banyak daripada gue. Tapi gue iyain aja, dari pada kita jalan gajelas, karena emang hari ini rame banget.

Dia minta bantuin gue buat milih baju, makanan, scraft, masker, sampai makeup titipan kakaknya. Kakak nya minta dibeliin eyeliner tapi dia malah ngambil pensil alis. Ok, emang agak mirip sih. Gue maklumi.

Dia belanja hampir dua keranjang, dan satunya gue pegang. Sampailah kita disalah satu tempat sepatu. Dia tertarik dengan salah satu sepatu, dan dia lepas sepatu yang dia pake untuk nyoba sepatu yang dijual. Saat gue liat, kaos kaki nya sama, sama gue cuman beda warna.

Oh ya waktu itu kita beli bareng di Harajuku. Saat itu gue memang butuh kaos kaki, dan gue pilih motif kucing warna hitam. Kebetulan dia disebelah gue dan dia ambil yang wana abu dengan motif sama. Padahal sebelumnya dia udah ngambil yang motif garis, tapi dia simpen lagi dan ambil yang motif nya sama, sama gue.

Untungnya dia ga beli sepatunya. Kebayang mau bawa semua barang ini gimana.

Akhirnya dia selesia belanja dan gue bantu dia bawain belanjaannya. Ini cowo bener bener gila belanja. Ya walaupun dibilang buat oleh-oleh katanya.

"Ber!" Seseorang manggil gue, dan ternyata itu Kai.

"Iya?"

"Gue sama lo disuruh kumpul sama dosen, katanya bakal ada senior."

"Sekarang banget?"

"Iya. Cepet ayo!"

"Mas ikut aja yuk." Ajak gue, masa iya mas Henry mau ditinggal disini sendirian.

"Hmmm, kayaknya engga sih. Gue mau keliling lagi kayaknya."

"Oh gitu, yaudah keresek ini aku bawain aja ya."

"Engga usah, kasian lo berat berat bawain. Sama gue aja." Dia nyoba ngambil keresek yang ada digenggaman gue.

"Benernih? Yaudah." Gue kasih kresek satunya sama dia.

"Yuk ber, udah ditunggu." Ajak Kai. Sebenarnya gue ga tega ninggalin mas Henry disini, tapi mau gimana lagi. Diajak juga dia gamau.

"Iya ber, gue jalan juga ya. Sampai ketemu." Dia berbalik badan dan jalan menjauh. Akhirnya gue juga jalan sama Kai buat ketemu dosen dan senior.

Ternyata gue dan Kai diajak makan ke restoran sushi, memang disana dosen dan senior udah nungguin kita.

Memang makanannya enak, tapi pikiran gue bener-bener khawatir sama mas Henry. Dia tukang nyasar, sendirian lagi mana bawa belanjaan banyak banget.

Untungnya gak terasa waktu cepat berlalu. Sambil makan kita sedikit ngobrol dan rencana untuk datang kesini lagi lain kali. Dan waktu kumpul untuk ke bandara pun udah sekitar 30 menit lagi.

Akhirnya kami pamitan, karena gue, Kai dan dosen kami akan berangkat. Sementara senior gue memang kerja dan tinggal disini, jadi dia bakal pulang ke apartemennya.

Sambil jalan gue sama Kai sedikit ngobrol. Mungkin ga sedikit, agak banyak. Kai dan gue emang berteman cukup dekat, kadang kita suka saling curhat. Iya tapi ini teman yang bener teman, bukan teman yang saling menyimpan rasa.

"Ber, hubungan lo sama mas Henry lebih dari teman kan?"

"Sok tau ah lo. Mana ada."

"Chemistry itu ga bisa dibohongi ber. Mana sekarang dia kayaknya nempel terus sama lo."

"Jujur ya Kai gue emang mulai suka sama dia, nyaman dan nyambung juga. Tapi apa boleh di kata, malam ini juga kita pulang kan."

"Belum tentu juga udah pulang kalian bakal pisah. "

"Gue gamau berharap. Iya sukur sukur kayak gitu, kalau engga nanti gue sakit sendiri."

"Jalani aja dulu ber "

"Sebenernya gue menghindari kata-kata itu. Jalani yang ga pasti itu malah gaenak "

"Yaudah liat aja dulu kan ber, kalau dia memang jauh nanti. Ya berarti hubungan dekat lo ama dia cuman sampai sini. Kalau engga ya udah bagus."

"Terus gue harus gimana ya Kai?"

"Lebih baik, selama masih disini masih ada waktu. Habisin gih sama dia. Nikmatin aja dulu waktu lo ama dia. Kalaupun ini terakhir seengganya lo udah maksimalin."

"Iya juga ya. Yaudah gue harus segera ketemu dia."  Gue langsung lari ke minibus yang sudah mulai tampak di pinggir jalan di depan.

"Woy, tunggu." Teriak Kai yang akhirnya juga ikut lari sama gue.

Gue melangkah masuk ke minibus, dan gue liat mas Henry yang menatap gue sambil nyapa, tentunya dia ngajak gue duduk disebelahnya.

"Eh ber, anter ke toko itu yuk. Gue liat ada tas lucu."

"Yaudah ayok." Gue yang baru menyentuh kursi akhirnya harus rela angkat pantat demi si mas ini.

Seperti biasa jiwa ke emak emak annya muncul dan ia mulai bingung karena harganya cukup mahal dia memutuskan untuk beli satu item aja.

Ga lama, mbak tour guide manggil kita dan disuruh cepet naik ke minibus karena akan berangkat.

Sepanjang jalan, gue sama dia liat lampu lampu yang begitu terang terutama Tokyo yang memang banyak gedung tinggi. Sambil menikmati jalanan, gue sama mas Henry saling bercerita tentang pengalaman disini, semacam flashback seminggu ini.

Jujur aja sih, ingin rasanya gue nangis. Alasannya entah emang jarena mau ninggalin negara ini atau yang lain, gue gatau. Intinya perasaan gue tiba-tiba mellow.

Sesampainya di Bandara kita langsung masuk sambil bawa barang-barang. Disitu gue masih bareng mas Henry dan selalu bareng.

Tapi... waktu kita bertukar pandang nomor seat di pesawat, ternyata nomor dan row nya berbeda cukup jauh. Dan akhirnya gue harus menerima kenyataan, sepertinya gue harus siap pisah sama mas Henry. Padahal kalau sebelahan setidaknya waktu bersama kita lebih maksimal.

Dengan berat langkah gue memasuki pesawat dan mulai cari seat gue, gue liat mas Henry yang jalan ke berbeda baris sama gue. Gue disuruh jalan ke lurus lalu ke kiri, dan mas Henry ke arah berlawanan.

Setelah melewati orang-orang yang mulai hectic akhirnya gue duduk di tempat gue. Sebelah kanan gue ada orang Jepang, begitu juga sebelah kanan gue lagi. Semuanya cowok lagi.  Tersisa satu kursi lagi sebelah kiri gue.

"Amber?"

"Mas Henry??"

Di pesawat kita ngobrol banyak, dan ga kerasa gue tidur di pundak dia, dan dia tidur menyandar di kepala gue. Bangkunya memang sempit, sampai tangan kita beradu dan tanpa sadar saling menggenggam.....

FIN

YUHU AKHIRNYA BERES.
Kemungkinan bakal lanjut tapi ke part 2 ya.
Terimakasih telah membaca sampai sini, ditunggu mampir ke part 2 guys, see you and love you 😘

Let's not fall in love ✔️ Henber FfWhere stories live. Discover now