Hari ke 3 part 2

112 8 2
                                    

"Gue butuh ruang buat bernapas. Gue ga mau terlalu deket sama dia, dan malah bikin berpikiran aneh-aneh. Gue gamau hubungan ini rusak."

Setelah dari Ueno park kita langsung pergi ke asakusa temple. Kuil ini termasuk kuil yang besar dan banyak dikunjungi terutama oleh turis.

Sebelum ke kuil kita harus ngelewatin toko-toko semacam pasar gitu. Mulai dari makanan, sampe pernak-pernik dijual disana.

"Ber, nanti mau beli oleh-oleh disini ga?" Tanya Luna yang sekarang lagi gandeng tangan gue.

"Ayo aja." Jawab gue, sambil menyamakan langkah dengan Luna. Kebetulan sebelah gue sekarang Luna, soalnya body guard gue lagi jalan duluan. Entah kenapa semenjak dari Ueno park itu, dia jadi sedikit menghindar.

"Bodo ah." umpat gue.

"Kenapa ber?" Tanya Luna heran.

"Engga hehe." Jawab gue sambil cengengesan.

Setelah melewati jalan yang cukup rame, akhirnya sampai di temple nya. tau dong ya lampion yang besar itu, gue dan Luna akhirnya memutuskan untuk foto-foto dulu sebelum belanja.
Oh ya, ini acara bebas dan sekitar 1 jam kita harus kumpul ga jauh dari temple ini.

Setelah puas foto-foto daerah situ. Gue berniat ngajakin mas Henry belanja bareng. Bukan maksud apa-apa, gue cuma takut dia ilang kayak waktu di awal itu. Tapi, gue ga nemu dia ada dimana.

Akhirnya gue memutuskan belanja berdua bareng Luna. Gue ga beli
banyak barang, cuma buat temen deket sama keluarga aja itupun barang kecil. Beda sama Luna yang belanjaannya kayak buat se-RT.

Satu jam berlalu, dan gue sama Luna udah di tempat kumpul. Namun, naas lagi-lagi kita kurang satu orang. Iya, siapa lagi kalau bukan mas Henry.

"Lo sih ber, ga bareng dia." Mas Donghae tiba-tiba kesebelah gue dan teriak kayak gitu.

"Lah, kan mas pacarnya gimana sih."

"Pacarmu juga, gue masih normal." Mas Donghae ngomel sambil getok pala gue.

Akhirnya karena belum muncul juga, mas Yunho keliling, buat nyari.Sekitar dua puluh menit, akhirnya makhluk satu itu ketemu.

"Akhirnyaaaa." Ucap semua anak di rombongan.

"Ayo!" Ucap mas Yunho untuk ngelanjutin perjalanan ke Skytree.

Gue jalan paling belakang ditemenin oleh body guard gue yang sempet ilang.

"Ber, lo kemana sih tadi? Dicariin gaada."

"Lah situ yang gaada. Tadinya mau gue ajak bareng."

"Sumpah ya ibu gue ribet banget nitip kimono sampe 3 biji."

"Banyak amat."

"Padahal tadinya gue mau minta lo pilihin."

"Makanya gausah so so sendirian, kalo ilang ribet kan." Gue ceramahin dia, habis nya kebiasaan kalau sendiri ya kalau ga belanjaannya banyak, ya ilang. Dan sekarang keduanya.

Sepanjang perjalanan ke skytree, kita ngobrol banyak. Ya, mulai dari keadaan sekitar, sampe hal ga penting tentang diri kita.

"Mau gue bantuin ga bawa belanjaannya?"

Dia ngangguk.

"Gue malu kayak cewe bawa banyak belanjaan." Dia melas banget sambil kasihin satu kantong kertas ke gue.

"Ternyata punya rasa malu juga ya, haha." Ejek gue.

Sampai di skytree gue bersama rombongan langsung antri buat ke puncak. Sumpah antriannya aja panjang banget. Belum lagi ini laki sebelah gue rempong banget, belanjaan banyak, tas berat, bawa kamera, dan mengeluh pegel kaki.

"Parah kaki gue berasa nginjek duri."
keluh mas Henry sambil goyang-goyang kakinya.

"Iya emang, kita ngapain sih kesini. Ganti tempat aja gitu, ngantri banget."

"Belanjaan gue banyak lagi, duh."

"Sini mas gue pijitin deh kasian amat." Gue pijit tuh pundaknya, padahal gue juga pegel banget ini badan.

Sekitar dua jam, akhirnya sampai juga di tempat tiket dan ga lama dari itu kita bisa naik eskalator untuk sampai ke puncak.

Gue kira bakal agak sepi, taunya penuh banget. Tanpa sadar lagi-lagi gue ga nemu temen yang lain, cuma ada mas Henry sebelah gue. Kita langsung saling pandang.

"Yaudah kita kesana ber." Mas Henry ajak gue ge deket kaca, biar bisa liat pemandangan Tokyo dari atas. Sayangnya, cuma ada satu space disitu dan akhirnya gue yang masuk situ. Kanan, kiri gue semuanya pasangan. Bahkan sebelah kanan gue juga pasangan lagi rangkulan, ceweknya di depan dan cowonya dibelakang dia sambil ngerangkul di pundaknya. Sebelah kiri gue lagi gandengan sebelahan. hmm.

"Ber." Gue langsung nengok ke belakang.

*Cekrek.

"Nah bagus, coba sekali lagi." Ucap mas Henry sambil arahin kameranya lagi.

*cekrek

Setelah liat kamera gue balik lagi untuk liat pemandangan, sekitar beberapa detik mas Henry manggil gue.

"Ber, fotoin gue dong." Dengan reflek gue balik badan dan ternyata-

Kurang dari dua jengkal tangan jarak dia sama gue. Masalahnya tinggi kita ga beda jauh, jadi gue bisa liat wajah dia tepatnya mata dia.

"ehm, sini kameranya mas." Gue langsung ambil kameranya dan jalan menjauh.

"Satu, dua.."

*ckrek

"Coba liat. hmmm, bagus. sekali lagi ya."

*cekrek

Gue menghampiri dia, dan gue kasih liat foto yang tadi.

"Bagus, makasih ya." Gue langsung kasih kameranya ke dia, tanpa pikir panjang gue langsung pergi menjauh.

"Gila, gila. Sadar ber yaampun." Gue ngucek muka gue sambil jalan nunduk. Berharap menjauh dari dia, tapi usaha gue nihil.

"Mau kemana? ayo bareng kesana bagus tuh." Gue merasakan dia narik lengan gue, dan minta untuk ikutin dia.

Lo berhasil bikin gue gila. Sebenernya mau lo apa sih mas?

Let's not fall in love ✔️ Henber FfWhere stories live. Discover now