30 ; The Talk.

2.2K 402 130
                                    

🏡🏡🏡

Kenyataan emang kadang suka ngelucu sama kita.

Ketika kita gak percaya sama yang namanya cinta, tiba-tiba kenytaan menghadirkan sebuah cinta yang sejatinya selama ini kita cari.

Sayang, seakan ngasih prank, kenyataan tertawa setelah kita terlanjur jatuh dan mulai mempercayai cinta tersebut.

"Dasar bego, mana bisa lu sama dia. Udah tau beda, masih aja ngarep!" — Kenyataan.

Somi masih terlalu muda untuk ngerasain ini, sakit yang terlalu dalam karena ulah kenyataan.

Tapi sebentar, sebenernya disini siapa yang harus disalahin? Kata orang-orang kan barangsiapa suka nyalah-nyalahin kenyataan sesungguhnya dia pengecut.

Salah Somi?

Ya let's say ini salah Somi. Lalu kapan dunia mau memaafkan Somi dan ngebalikin senyum Somi yang dulu? Senyum Somi setiap manjat pager sekolah sama Haechan dan Chenle. Senyum yang ada tiap anak itu berhasil ngerjain orang bersama kedua sahabatnya. Senyum yang selalu hadir setiap Somi bertiga sama kedua sahabatnya.

Sekarang Somi cuma bisa main sama Chenle.

Sebagai anak yang cenderung bandel dan susah diatur, juga gak begitu suka make up dan antek-anteknya, Somi agak susah nyambung sama cewek-cewek di kelasnya. Tapi si bungsu perempuan di keluarga Wijaya itu berteman sama semua orang kok, cuma sahabatnya sedikit. Karena untuk Somi, sahabat itu orang yang mau nerima Somi bahkan ketika Somi lagi dalam keadaan ancur-ancurnya. Cuma Lele dan Ecan yang lolos dalam kualifikasi tersebut.

"Bukan tentang siapa yang jatuh duluan, ini soal siapa yang berani jatuh tapi takut untuk bangkit." Kata salah seorang kakak Somi.

Kalau disebut namanya pasti pada heran. Iya, itu terlontar dari mulut Jihoon.

'Si Mlehoy' menemukan adiknya dengan mata sembap di rumah pohon. Waktu itu Mom panik karena Somi belum pulang sementara udah maghrib.

Gak peduli apa agamamu, kalau udah waktu Maghrib semua anak perawan pasti udah harus dikerangkeng di dalem rumah.

"TOLONG SEMUA CARI ADEKMU YANG SUKANYA BLUSUKAN ITU YA TUHAN PUSING KEPALA MOMMY. ITU ANAK SMA APA JOKOWI SIH?!" Jerit Mommy waktu ngabsen anak-anaknya dan kurang satu.

Semua kakak-kakak Somi udah tau Somi dimana, jam blusukan Somi ke perkampungan buat main sama anak-anak sana gak mungkin semalem ini.

Akhirnya mereka hompimpa dan Jihoon yang kalah.

"Wahai puan, mengapa engkau merenung dibawah sinar redup sang rembulan?" Tanya Jihoon seraya melerai rambut Somi yang acak-acakan.

"Aduh sok indie banget sih lu empal gentong." Balas Somi ketus. Wajahnya masih bengkak akibat nangis sedari tadi.

"Santai aja dong badut mampang! Mau jadi sastrawan nih gue." Seru Jihoon, menempatkan duduknya disamping sang adik.

Somi terkekeh, "Mau jadi engineer katanya?"

"Tompi aja bisa jadi dokter bedah plastik sekaligus penyanyi, masa gue gak bisa jadi engineer sekaligus sastrawan?"

"Ya tompi emang pinter, nah elu?"

"Pinter juga!"

"Pinter ngibul!"

Memang diantara keempat kakaknya, Jihoon adalah pilihan terakhir Somi untuk diajak main. Keduanya adalah dua pribadi yang sangat berbeda.

Ketika Somi sukanya ngobok-ngobok kolam ikan pas masih kecil, Jihoon memilih untuk duduk manis sambil bantuin Nana merajut di ruang tengah.

Ketika Somi baca komik naruto, Jihoon lebih memilih untuk baca fiksi atau novel teen-lit.

Townhouse ( mianhaeng × k. idols)Where stories live. Discover now