Chapter 3 - Is it my reality?

97 3 2
                                    

Hari ini adalah hari pertamaku mengikuti kelas tatarias profesional. Setelah sekian lama aku memimpikan hal ini, akhirnya keinginanku tercapai. Tak sabar hatiku untuk bertemu orang-orang yang sejiwa denganku. Dengan semangat aku melangkahkan kakiku menghadiri kelas pertamaku.

Aku memasuki ruang kelas dengan pencahayaan yang sangat terang. Delapan meja rias dan delapan troli untuk meletakan peralatan dan kosmetik berbaris rapi seperti membentuk sebuah formasi.

Tatapan asing aku dapati dari ketujuh murid yang menghadiri kelas tersebut. Aku pun duduk di paling belakang, hanya tersisa satu meja kosong yang memang untukku.

"Kembali lagi dengan saya, Ma'am Corry. Kita kedatangan 2 murid baru. Coba kalian yang baru masuk perkenalkan diri terlebih dahulu." Seorang guru berpakaian serba hitam seusia ibuku mempersilahkan kami untuk memperkenalkan diri.

"Nama saya Queency. Saya alumni dari kelas International Bridal yang sekarang melanjutkan di kelas Fashion and Photograpic Makeup tingkat Advance. Salam kenal." Kata seorang murid yang duduk di meja ke dua dari depan. Ku perkirakan usianya sebaya dengan keponakanku, Vira.

"Nama saya Karmini. Saya saat ini bekerja sebagai freelance makeup artist. Saya ingin mengasah kemampuan saya di kelas Fashion and Photograpic tingkat Advance. Terima kasih dan salam kenal." Murid-murid masih memandangi kami seperti orang asing tanpa bicara satu kata pun.

Wanita paruh baya tersebut menatapku seperti orang penasaran. "Karmini, apa sebelumnya kamu pernah mengikuti kursus kecantikan di lembaga pendidikan seperti kami?"

"Maaf, belum pernah, Ma'am" Jawabku. "Saya belajar secara autodidak sebelumnya. Saya mengikuti tes masuk untuk lompat ke kelas tingkat Advance."

Aku memang tidak mengambil kelas dari tingkat Basic karena akan memakan lebih banyak waktu dan biaya yang lebih besar. Kalau dihitung-hitung lumayan hemat dengan bedanya yang puluhan juta. Lagipula sertifikat internasional yang didapat akan sama saja.

"Baiklah, Karmini. Saya harap kamu mengikuti apa yang diajarkan di kelas ini. Lupakan ilmu-ilmu dari internet yang tidak ada lembaga penanggung jawabnya. Karena memang semua murid wajib mengikuti standar internasional yang sudah ada."

"Iya, baik, Ma'am." Aku mengangguk.

"Sekarang kamu dan Queency turun ke bawah untuk photocopy modul, ya." Kata Ma'am Corry sambil memberikan modulnya kepada Queency yang jaraknya lebih dekat dengannya.

Aku dan Queency turun ke bawah menuju tempat photocopy yang berada di samping sekolah. Queency berusaha menutupi wajahnya dari teriknya matahari.

"Hai, ngomong-ngomong kamu aslinya dari mana?" Tanyaku basa-basi sambil menunggu modul yang sedang di-photocopy.

"Aku dari Medan. Kosanku tepat di samping sekolah. Kapan-kapan boleh main ke kosanku." Jawab Queency yang ternyata cukup ramah denganku.

"Kamu di Jakarta sendirian, Queen?"

"Ya, sendirian, namanya juga merantau."

"Kapan-kapan kita ngopi di luar, yah."

"Boleh." Balasnya. "Ngomong-ngomong semua locker udah penuh, nanti kamu bareng aku aja.."

Kami kembali ke ruang kelas setelah selesai dari tempat photocopy. Namun semua barang-barang Queency yang tadinya berada di depan menjadi pindah ke belakang, persis di sebelahku.

"Queen, ini siapa yang pindahin?" Tanyaku heran sambil menatap wajahnya yang terlihat tidak nyaman.

"Ah, gak apa-apa. Biarin aja." Jawabnya dengan singkat.

My Roller Coaster JourneyWhere stories live. Discover now