#1

37 26 16
                                    

"shh ahh sakit ih Gita.." suara rengekan Tasya yang seperti anak kecil menggelegar di ruang UKS yang sepi. Tasya menyipitkan mata kearah gadis chubby yang tengah mengobati luka di dahinya, Gita.

"Hiiiihh sabar dong, itu benjol kamu tuh gede banget tau ga." ujar Gita sambil menekan-nekan luka di dahi Tasya dengan gemas.

"Lagian sih kamu tuh cari mati mulu di pelajarannya dokter Hendra." lanjut Gita sambil menatap heran temannya yang selalu saja tidur di tengah pelajaran.

Tasya hanya cemberut sembari kedua tangannya bersilang di dada. "Bukan salah mahasiswa kalau ada yang tertidur di tengah mata kuliah sedangkan dosennya sendiri yang menyita semua waktu istirahat." Ucap Tasya berusaha membela diri.

Gita menghembuskan nafas sebelum memulai berbicara.

"Emang sih yang salah itu dosen tapi kita bisa apa? Dimata dosen mah mahasiswa yang selalu salah" ucap gadis yang sedari tadi memainkan polsennya, Vanny.

Gita yang saat itu mau mulai berbicara, mengatup bibirnya rapat dan memutar bola matanya menatap Vanny yang berdiri di belakangnya. Vanny hanya mengangkat sebelah alisnya sebagai isyarat menanyakan 'apa?.'

"iya ya, kita mah apa atuh salah mulu, lalu apakah suka sama dosen adalah salah mahasiswa juga?" ucap Tasya sambil mengedipkan mata ke arah Gita.

"Maksud?" tanya Vanny yang belum terlalu nyambung dengan arah pembicaraan Tasya.

"iya ya, siapa tuh ... yang katanya bilang suka sama dokter Hendra" ujar Gita sambil melirik ke arah Vanny yang tiba-tiba telinganya memerah.

"heh?! kalian tuh rese banget ya!" ucap Vanny yang mengambil bantal dan hendak melempar ke arah kedua gadis yang kini sedang terkekeh geli.

"siapa?" tanya seorang lelaki yang tiba-tiba muncul dari balik tirai putih, mengagetkan ketiga gadis itu..

Pak Hendra.

"ehh ada bapa toh..." Ujar Vanny yang tampak gugup melihat Pak Hendra ada di ruang yang sama dengannya. Hati Vanny bertanya-tanya apakah pria itu mendengar semuanya atau tidak.

"Saya ke kantin dulu deh, permisi ya pak." Bohong Vanny berusaha untuk mencari alasan agar segera pergi dari ruangan ini.

"tunggu..." titah Hendra sembari menatap gadis yang hendak melewatinya itu. Vanny menghentikan langkahnya dan berusaha menatap mata lelaki blasteran tampan di hadapannya kini.

"i-iya pak?" tanya Vanny berusaha sebaik mungkin menyembunyikan kegugupannya. Mata milik lelaki itu menatapnya lama dalam diam dan makin membuat Vanny gugup. "Hmm kenapa... kamu bawa bantal kalau mau ke kantin?" tanya Hendra sambil menatap bantal yang di peluk erat oleh Vanny.

"ehh?..." Vanny membelalakan mata dan segera menaruh bantal itu ke kursi. "s-saya permisi paaakkk." ujar Vanny dengan cepat sambil berjalan menunduk dengan langkah tergesa-gesa.

"lah ngapa?" gumam Hendra yang bingung menatap kepergian Vanny, sementara Gita dan Tasya sekuat tenaga menahan tawa melihat tingkah sahabatnya tadi.

***

Tasya tersenyum masam menatap tumpukan kertas di mejanya.

"anjaaay... dah kayak mahasiswa semester akhir aja kertasnya banyak banget." ujar Willy yang menatap takjub tumpukan kertas dan Tasya secara bergantian.

"diem lu." Ucap Tasya ketus seraya duduk bersila di kursi perputakaan dan mengeluarkan ponselnya.

"yahila alay bet sampe dipotoin."

"bawel lu, siapa yang mau potoin elah, gue mau main game." Sungut Tasya dengan sebal karena Willy terus mengganggunya membuat mood Tasya semakin buruk.

"heh, kerjain dulu itu tugas ntar numpuk gimane."

"iya ish... tapi nanti gue mau dinginin nih kuping gue yang pengang gegara tuh omel om-om." Keluh Tasya mengingat dirinya yang diceramahi lebih dari sejam oleh Pak Hendra. Tasya tak mau ambil pusing, ia pun mulai memasang earphone di telinganya dan mulai membuka aplikasi game di handphone-nya.

Welcome user

Lets Play!

Willy hanya menghembuskan nafas seraya menatap sahabat masa kecilnya yang kini sedang memainkan gamenya. Kalau diperhatikan, Tasya yang dulu sangat jauh berbeda dari yang sekarang, entah kenapa Tasya seakan mulai menjaga jarak dengan Willy. Padahal dahulu mereka sangat dekat.

"Uhm... lo ingat gak saat kita di TK dulu?" Tanya Willy sambil memperhatikan Tasya yang sibuk main game.

Tasya hanya memperhatikan Willy sekilas, "ya, aku ingat." Ujar Tasya enteng sambil mengangkat bahu dan melanjutkan permainannya.

"terus kenapa kok lu sekarang beda gitu?"

Tasya mem-pause game yang dimainkannya dan kini matanya menatap Willy dengan seksama, "beda gimana?"

Kayak lu udah lebih jauh dari gua. Gumam Willy dalam hati sembari menatap Tasya dengan pandangan teduh.

"oi, ditanya malah diem aja." Ucap Tasya sambil menepuk bahu sahabatnya yang tengah melamun. "lo ngapa si kok aneh gitu? Sakit?" tanya Tasya seraya mendekat ke arah Willy dan menaruh telapak tangannya di dahi lelaki itu.

Willy menahan nafas, kini wajah mereka cukup dekat. Degup jantung lelaki itu nampak lebih cepat dari biasanya.

Plok..

Tangan Willy kini menutupi hampir seluruh wajah Tasya dan dengan cepat mendorong pelan wajah Tasya agar menambah jarak diantara keduanya.

"Jauh-jauh... muka lu tuh banyak belek, tau!" bohong Willy seraya berusaha menetralkan degup jantungnya.

"etda si anj-" ucap Tasya sambil membelalakkan matanya dan mulai mengambil nafas untuk menceramahi Willy tapi dipotong oleh lelaki itu dengan cepat.

"gue balik dulu, dah~" lanjut Willy yang langsung pamit pergi diiringi seruan Tasya yang memanggil namanya.

"William Lucas Keizaro!!"

###
H-hai piu!!
Kini Saia update lageeh •<•)~~
Maaf kelamaan :'D

Enjoy...
Jangan lupa vomment ya

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 17, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

you are my rainbowWhere stories live. Discover now