• 2 •

180 99 24
                                    

Rahel yang emosinya sedang meledak ledak kala itu tidak sadar kalau ia menarik Friska seperti seekor kambing.

Yang ditarik pun hanya pasrah sebab ia tau kalau temannya itu sedang dalam suasana hati yang tidak baik.

"Hel?" panggil Friska hati-hati saat sudah didepan kelas.

"Beli roti di koperasi aja yuk."

Ajak Rahel dengan senyum yang mengembang seperti baru selesai melihat pertunjukan komedi.

Friska hanya mengangguk sebagai jawaban, ia bingung dengan perubahan sikap Rahel yang tiba-tiba.

🍃🍃🍃

"Rahel, mana Rahel?" panggil seorang siswi yang muncul didepan pintu dengan nafas yang memburu.

Ia mengedarkan pandangannya kesetiap sudut ruang kelas, mencari keberadaan teman sekelasnya yang tadi sempat membuat gempar seisi kantin.

"Bisa minggir nggak?"

Dina menoleh kearah luar, dimana suara orang yang ia cari berada. Rahel yang baru kembali dari koperasi segera menuju mejanya, diikuti Friska dibelakang.

Dina juga ikut mengekori Rahel, Ia menempati kursi kosong yang berada didepan meja Rahel, Rahel yang bingung dengan sikap Dina itu pun bertanya.

"Napa lo, abis maraton antar jamban?" tanya Rahel yang sontak membuat Friska tersedak minumannya.

"Lawak mulu kerjaan lo, nggak inget masalah lo dikantin barusan?" ucap Dina to the point.

Rahel mengerutkan dahi, baru juga rasa kesalnya menghilang, entah kenapa temannya itu kembali mengingatkannya dengan insiden barusan, seneng banget bikin selera makan ilang.

"Alah, bodmat Din. Gue mau makan, ganggu aja kerjaan lo." ucap Rahel yang meniru gaya bicara Dina sembari mencomot roti coklatnya.

Dina menghela nafas gusar, padahal teman sekelasnya ini yang menimbulkan masalah, tapi kenapa ia yang merasa kawatir?

"Lo tadi mikir nggak siapa orang yang lo teriaki dan injak kakinya?"

Ucapan Dina sukses membuat Rahel tertawa keras hingga menarik perhatian beberapa anak yang berada didalam kelas.

Friska membulatkan matanya saat melihat sahabatnya itu tertawa hingga terbahak bahak, ia dan Dina saling bertatapan dan disambut Dina yang mengangkat bahu tanda tak tau.

"Lo liat nggak tadi pas gue injek kakinya dia langsung kesakitan gitu? jadi cowok kok lemah banget sih."

Rahel kembali keaktifitasnya semula.

"Lah, lo nggak tau dia siapa?"

"Nggak, dan gue gak peduli."

Dina mengusap wajahnya, menghadapi Rahel emang mesti extra sabar ya? Kena azabnya ind*siar baru tau rasa lu. Pikir Dina dalam batin.

"Pernah gak sih lo denger gosip tentang geng yang namanya Triple R? Terus ada salah satu anak yang namanya Rafa, dan sebutan dia itu Black Prince?"

"Maaf, gue ini anti dengan kegiatan gosip nggak berfaedah. Tadi lo bilang apa? Prince? Gak salah lo?"

"Gue dikantin barusan abis diintrogasi sama tuh kakak kelas, dia nanya lo ke gue, mau nggak mau ya gue bilang aja nama dan kelas lo."

Rahel pun melotot dan menatap Dina, "kenapa malah lo kasi tau elah, gimana sih."

"Gue takut Hel, serem banget mukanya tadi pas lagi nanya soal lo. Coba lo yang ada di posisi gue barusan, pasti udah kejang-kejang. Apalagi sampe berurusan sama anak pemilik yayasan." cerocos Dina panjang lebar.

Seketika Rahel terdiam, memikirkan tiga kata terakhir yang Dina ucapkan.

'Anak pemilik yayasan?' batin Rahel bertanya.

BRAK!!

Suara gebrakan pintu yang keras sontak membuat para murid yang berada didalam dan di selasar kelas melihat kearah dimana bunyi itu berasal.

Rahel yang terkesiap dari lamunannya itu tiba-tiba jantungnya berpacu tak karuan, ia tidak dapat berpikir jernih tatkala melihat seseorang yang tidak asing baginya.

Terlihat seorang anak laki-laki yang tadi ia temui dikantin tengah berdiri didepan pintu kelasnya, menatap nyalak kedalam ruangan kelas dengan sebelah alis yang dinaikkan dan tangan kanan yang dimasukkan kedalam saku celana.

Dua temannya ikut menyusul dibelakang, mereka menatap awas kearah temannya itu, takut jika ia melakukan hal yang tidak diinginkan terjadi lagi.

Anak laki-laki itu mengunci pandangannya pada Rahel yang tengah duduk dua baris didepan meja guru, ia melangkahkan kaki menuju tempat dimana Rahel berada.

Seketika suasana kelas terasa mencekam saat laki-laki itu sudah berdiri menopang tubuhnya dimeja dengan satu tangan yang leluasa.

Ia sedikit menunduk, memperhatikan Rahel yang juga tengah meliriknya dengan nafas yang sedikit tercekat.

Anak laki-laki itupun membuka pembicaraan terlebih dahulu. "Lo, yang tadi dikantin kan?"

Ucap Rafa menunjuk Dina yang duduk didepan Rahel.

Dina yang bingung harus menjawab seperti apa hanya mengangguk beberapa kali sambil menunduk.

Rafa berdecih melihat Rahel yang meliriknya,  "Lo punya nyali juga ya, cewek cebol."

Ia melirik nama yang tertera dibaju sebelah kanan cewek yang tengah duduk di depannya itu.

"Rahelsa Kirana." Ucap Rafa dengan penuh penekanan disetiap katanya, ia kembali melirik Rahel.

"Gue kasih lo peringatan. Sekali lagi lo cari masalah dengan gue, siap-siap aja lo nyari sekolah baru. Dan gue jamin, hidup lo di sekolah baru nggak akan bisa tenang."

Ancam Rafa sembari tersenyum dan mengacak rambut Rahel yang terdapat maksud seperti ingin mengatakan 'gue serius'.

Sebelum melangkah keluar, Rafa sempat menepuk pipi Rahel dua kali.

Ia berjalan membelah kerumunan para murid yang entah dari kapan telah memenuhi depan kelas. Diikuti kedua teman kembarnya yang sedari tadi hanya duduk dan menonton dari meja guru tanpa berniat menghentikannya.

Suasana diantara mereka saling hening, tidak ada yang berniat mengangangkat topik pembicaraan terlebih dahulu.

Friska yang bingung dengan posisinya kala itu hanya terdiam menatap Rahel sambil menyuapkan potongan roti kedalam mulutnya, ia bingung harus bereaksi seperti apa ketika melihat temannya itu hanya diam mengerucutkan bibir.

🍃🍃🍃

Tbc~

Jangan lupa voment dan sarannya. ^^

MY BAD(BOY)FRIENDWhere stories live. Discover now