Trapped Bad Boy - 28 - Api Cemburu yang Terbakar

Bắt đầu từ đầu
                                    

Aria mengangguk sekali lagi sebelum mengikutinya menuju parkiran. Dia selalu merasa aman berada di samping Ji Wook. Berbeda dengan berada di samping Axel. Jantungnya selalu berdetak kencang hingga dia sulit berkonsentrasi.

"Omong-omong," Ji Wook menyalakan mesin mobilnya sementara Aria menggunakan sabuk pengaman, "apa kau sudah dengar tentang kabar jadian Axel dan Sophia?"

Aria mendengkus tajam. "Yeah, itu menjadi obrolan terheboh pagi ini di kelas. Rasanya satu sekolah membahas hal yang sama."

Ji Wook menahan tawanya melihat wajah Aria yang kesal setengah mati. "Bagaimana perasaanmu?"

"Apa peduliku?" balas Aria cepat, berusaha mengabaikan rasa sakit yang entah mengapa muncul di dada. Mungkin kejadian-kejadian yang terjadi akhir-akhir ini menimbulkan stress sampai-sampai jantungnya terpengaruh.

Rasa lega langsung memenuhi dada Ji Wook. Aria masih tidak peduli pada Axel. Sebenarnya dia khawatir bila Aria terpesona oleh Axel. Dia tidak ingin Aria menjadi milik orang lain selagi dia berusaha untuk memenangkan hati gadis luar biasa itu.

"Aku hanya khawatir kalau Sophia akan mengerjaimu bila terlalu dekat dengan Axel," ucap Ji Wook menambahkan satu lagi lapisan untuk menutupi maksudnya.

Aria berdecak. "Lain kali akan kujambak rambut pirang Sophia biar dia tahu rasa."

Mobil hitam tersebut bergabung dalam lalu lintas padat New York di awal pekan. Ji Wook menyetir sambil mengulum senyum mendengar ucapan Aria. "Kau sendiri bagaimana? Apa berminat untuk berpacaran selama sekolah?"

Ji Wook berusaha menanyakan itu seringan mungkin walau tangannya yang memegang setir mulai berkeringat. Dia sudah melontarkan pertanyaan yang berbahaya dan respon dari Aria akan menentukan bagaimana langkah selanjutnya untuk mendekati gadis itu.

"Tidak," jawab Aria lugas dan jelas sambil terus memandang ke luar, berusaha menghindari tatapan Ji Wook. Dia tidak ingin Ji Wook mengetahui bahwa dia berpikir lain dengan pertanyaan sederhana itu. "Aku masih ingin fokus pada belajar, mempertahankan beasiswa dan lulus dengan nilai terbaik. Lagipula, aku tidak yakin ada laki-laki yang naksir padaku," tambahnya tertawa.

"Kau terlalu memandang rendah dirimu, Aria," ucap Ji Wook diam-diam lega. Dengan begini Axel juga tidak memiliki kesempatan dan dia hanya perlu berada di samping Aria hingga gadis itu lulus. "Kau adalah gadis paling berani, paling manis dan paling pintar yang kukenal."

Aria mengintip ke arah Ji Wook sebelum semakin intens memandang mobil-mobil di sekitar mereka seakan salah satunya terbuat dari berlian. Wajahnya memerah dan tidak berani menunjukkannya pada Ji Wook.

"T-thanks," gumamnya pelan.

Yang tidak Aria sadari adalah bahwa wajah Ji Wook juga semerah kepiting rebus. Kedua orang itu melanjutkan perjalanannya dalam diam sambil membiarkan kepala mereka diisi oleh berbagai macam hal yang tidak bisa diungkapkan.

 Kedua orang itu melanjutkan perjalanannya dalam diam sambil membiarkan kepala mereka diisi oleh berbagai macam hal yang tidak bisa diungkapkan

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

"Aku tahu kau sengaja, Sophia," ucap Axel tajam seusai menyeret gadis itu ke salah satu sudut klub malam paling happening di kota New York. Di sana hanya ada mereka berdua. Tembok kaca yang membatasi mereka memberikan sedikit privasi di tengah dentam lagu EDM yang mengentak lantai dansa, sekaligus meredam suara-suara musik dan celotehan orang-orang.

"Ada apa, Axel Sayang?" balas Sophia tetap tenang sambil mengalungkan kedua tangannya di leher Axel, yang langsung dibalas dengan sebuah dorongan agar menjauh.

"Kau yang sengaja mengajakku ke tempat di mana ada teman-teman dari sekolah kita!" desis Axel, mengabaikan gaun berbelahan rendah milik Sophia.

"Memang. Karena memang itu tujuanku untuk berkencan denganmu, Tampan. Kau pikir aku akan membiarkanmu hidup dalam bayangan? Seluruh sekolah harus tahu bahwa kau sudah takluk kepadaku."

Axel mengumpat kasar, walau dia tahu neneknya tidak akan suka mendengarnya. Namun kelakuan Sophia layak diganjar dengan kata-kata kotor.

"Kau boleh mengumpat sesukamu, Axel tapi ingat perjanjian kita, atau Aria kecilmu akan mendapatkan akibatnya." Sophia membelai garis rahang Axel dengan mengancam. Dia memang berharap Axel benar-benar jatuh hati kepadanya tapi menghadapi hewan liar jauh lebih menantang daripada membelai kucing rumahan. "Ikuti permainanku. Toh aku masih menghormati kesepakatan kita. Tidak ada kata official dalam hubungan ini."

Axel menggeram memandang mata biru Sophia. Pria-pria lain tentu akan terpesona dengan kilau biru elektrik mata tersebut tapi yang Axel lihat hanyalah tipu daya. Sayangnya, Axel tidak memiliki banyak pilihan. Dia hanya bisa menurut.

Hanya tiga bulan. Axel mengingatkan dalam hati. Setelah itu dia akan terbebas dari Sophia.

Celakanya, ketika Axel sibuk untuk menahan emosi, Sophia sudah mengangkat ponselnya dan menempelkan bibirnya ke pipi Axel. Kilatan blits membuat Axel sadar bahwa Sophia sudah mengambil foto mereka dalam posisi yang cukup mesra. Sekejap pemuda itu merampas ponsel Sophia hanya untuk mendapati bahwa foto itu sudah terunggah di sosial media. Tidak butuh waktu lama sampai banjir like dan komentar memenuhi notifikasi.

Sial! Sudah terlambat untuk menariknya.

Axel tidak bisa membayangkan bila esok harinya Aria melihat foto itu.

 Axel tidak bisa membayangkan bila esok harinya Aria melihat foto itu

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

6 Desember 2018

Cuma mau kasih tahu DEADLINE lomba review Fight [with] Me dimajukan.  Jadi, buat yang mau ikutan, silakan ya. 4 hari lagi. ^^

END Posessive Bad Boy and My Nerd Fangirl x Dunia Remaja Tanpa BatasanNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ