[0.0] Ribuan Kali

149 21 23
                                    

Catatan Penulis:

Cerita yang akan kalian baca adalah sebuah satu kesatuan cerita yang sedikit rumit dan kompleks. Oleh karena itu, saya sarankan untuk meluangkan waktu khusus sebelum membaca cerita ini, sambil memperhatikan detail-detail kecil selama membaca agar lebih memahami intinya.

Tambahan:

Tidak disarankan untuk para pembaca santai dan tak banyak berpikir ketika membaca. Tanpa bermaksud menyinggung, saya yakin setiap orang punya jenis cerita kesukaannya masing-masing :)

Oh ya, mohon dimaklum bila ada kesalahan dalam bentuk apapun di cerita ini, dan saya akan sangat senang bila kalian mau menyempatkan diri memberikan penilaian tentang karya kecil ini.

Terimakasih.

Selamat membaca!

-------------------------------------------------------------

Entah sudah berapa kali hari ini terjadi.

Benar, ketika aku baru saja pindah ke sekolah baruku. Itu adalah awal mula perulangan mengerikan ini terjadi.

Aku sudah lupa alasannya kenapa aku pindah sekolah, dan tidak peduli. Siapapun akan merasa tidak nyaman, atau bahkan menjadi gila kalau disuruh mengulang kejadian yang sama ratusan atau mungkin ribuan kali. Termasuk aku.

Pagi hari, aku bangun tidur seperti biasa. Sarapan, berbincang sebentar dengan ibu, lalu berangkat sekolah dengan berjalan kaki. Aku sudah mencoba untuk tidak pergi ke sekolah atau pergi ke tempat lain, tapi tiap aku melakukan itu maka hari ini akan di-restart. Karenanya, aku sudah menyerah mencari cara di situ.

Kemudian di jalan menuju sekolah, aku akan disapa oleh 'calon' wali kelasku, Pak Gema. Dia akan bertanya, "Kamu Lintang, ya? Murid pindahan di kelas saya? "

Untuk menjawabnya, aku sudah mencoba banyak cara. Menjawab biasa saja, berteriak, mengangguk, atau guling-guling sambil ngangguk-ngangguk. Karena sudah lelah mencoba banyak hal, aku hanya mengangguk. Kemudian, aku akan dibawa ke ruang guru untuk memeriksa data pribadiku.

Tepat pukul 7:30, Pak Gema memasuki kelas. Pertama ia akan menyapa para murid, lalu berkata, "Hari ini kita kedatangan teman baru di kelas ini." Kemudian ia menyuruhku masuk, dan memintaku memperkenalkan diri. Soal perkenalan diri ini juga aku sudah mencoba banyak hal. Dari yang panjang dengan membahas hobiku atau membahas pendapatku mengenai bentuk bumi, sampai yang paling pendek dengan hanya menyebutkan nama. Karena sudah lelah, aku hanya berkata,

"Lintang. 16 tahun. "

Aku melihat para siswa di kelas ini yang menunjukan reaksi aneh terhadap perkenalan singkatku.

Jumlah mereka tinggal 3 orang.

Yah, sekolah ini sudah kosong. Sekarang cuma ada 5 orang termasuk aku di sekolah ini. Guru dan murid lain sudah 'dihapus'.

Aku duduk di depan ujung sebelah kiri. Aku bisa saja duduk di tempat lain, aku merasa tempat ini saja yang cocok untukku.

Kemudian, Pak Gema akan memaparkan materi yang sudah aku hafal.

"Kalau begitu mari kita mulai pembelajarannya. "

Ah, sudah dimulai.

Aku mengubur wajah di kedua tangan yang kusimpan di atas meja.

...bosan.

Setelah ini, istirahat pertama. Yang mana seorang siswa hiperaktif bernama Vidan akan menyapa dan meminta menjadi temanku. Lalu saat istirahat kedua, makan siang, akan ada gadis aktif bernama Nadya yang menanyakan menu bekal yang aku bawa, dan akhirnya memintaku menjadi temannya juga. Aku pernah bertanya tentang hari kemarin pada mereka, tapi tiap-tiap dari mereka memberikan reaksi aneh seperti, "Hmm, kemarin, ya? Aku gak begitu ingat tapi seperti biasa, kok. "

Yah, kelihatannya yang berada di sini tak ingat tentang hari kemarin.

Kemudian setelah jam pelajaran terakhir selesai, aku akan diminta membawa dokumen milik Pak Gema ke ruangannya di lantai atas. Setelah menyimpan dokumen, ketika aku melihat ke arah lapang, selalu ada yang mati di sana. Entah lompat dari lantai atas, berkelahi sampai ada yang mati, bunuh diri menggunakan gunting, atau apapun caranya selalu ada yang mati. Dan sampai aku melihat ada yang mati, aku tidak bisa bergerak.

Setelah mayat seseorang itu berhenti bergerak, hari Senin tanggal 28 Februari ini akan di-restart. Dan di perulangan selanjutnya, orang yang menjadi mayat itu tidak akan ada lagi. Aku lebih suka menyebutnya 'dihapus'.

Pasti kali ini juga akan sama.

Itukah yang kamu pikirkan?

Sejenak, aku tidak tahu apa yang terjadi. Tiba-tiba ada suara dari sesuatu yang bergema di kepalaku. Aku mengangkat kepala, dan melihat bahwa waktu terhenti...? Semua orang di hadapanku berhenti bergerak.

...berbicara tentang hari yang terus menerus diulang, aku sudah tidak merasa aneh dengan waktu yang dihentikan.

greb

Seseorang mengenggam kedua bahuku.

'Siapa' adalah pertanyaan yang cocok di saat seperti ini, iya, kan?

Suaranya lembut tapi juga lantang. Suaranya menenangkan tapi juga menakutkan.

Tubuhku tak bisa bergerak.

Yang kurasakan hanyalah rasa takut dan rasa ngeri yang tidak bisa dibandingkan dengan melihat kematian orang-orang ratusan bahkan ribuan kali.

Aku punya nama, dan kamu akan segera tahu. Tapi tidak sekarang. Sampai saat itu panggil aku Retro. Aku suka panggilan itu.

Retro?

Sejujurnya, aku tidak ingin melakukan ini. Tapi, yah, karena kurasa ini akan lebih menyenangkan, aku akan melakukannya.

Apa maksudnya?

ctek

Aku mendengar seseorang menjentikan jari lalu bidang pandangku menghilang.

Aku yakin kamu sudah menyerah mencaritahu apa yang sedang terjadi di sini. Akibatnya, kamu memutuskan untuk menunggu semua orang mati dan berharap perulangan ini selesai.

Aku tidak bisa membalasnya. Malah, aku tidak bisa berbicara.

Tadinya aku berniat membiarkanmu, tapi itu tidak akan menarik. Karena itu, biar kuberitahu kamu...

Biasanya, adegan seperti ini takkan mengarah pada hal yang baik.

...ketika 4 orang yang tersisa mati, itu adalah giliranmu yang selanjutnya. Dan setelah kamu mati di sini, kamu benar-benar akan mati.

Butuh beberapa detik bagiku untuk memproses hal ini.

...mati?

Kalau kamu ingin menghentikan perulangan ini, cari tahu kenapa perulangan ini terjadi sebelum kamu mati di sini. Nah, agar memudahkanmu, aku akan memulihkan serpihan-serpihan ingatanmu sebelum perulangan ini dimulai.

Sesuatu menyentuh dahiku.

Yang kusadari selanjutnya adalah kesadaranku yang memudar dan kata-kata terakhir dari makhluk itu...

Selamat berjuang.

-

tulip_kuning
Bandung, 27 Juli 2019
#Revisi1: 29 Maret 2020

won't regret.Where stories live. Discover now