Ketakutan Berbuah Penyesalan

422 36 3
                                    

Ketika ambulans datang dan menjemput Yuri dan Kyuhyun, pria itu hanya bisa menahan tangisnya. Lagi, untuk kedua kalinya ia melanggar semua janji-janjinya terhadap Yuri dan wanita itu menerimanya. Ingatan mengenai malam sebelumnya terlintas di kepala Kyuhyun, mengingat bahwa ia baru saja melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap istrinya sendiri.

Kyuhyun tak ingat, dengan emosinya yang semakin labil dan memuncak belakangan ini, Yuri yang selalu memikirkan semua berlarut-larut tidak memiliki fisik yang baik untuk melawan semuanya dan sehat. Terakhir saja, wanita itu nyaris meninggal dunia karena ia mengundurkan diri dari jabatan sebagai perdana menteri.

Selama perjalanan ke rumah sakit, Kyuhyun menggenggam tangan Yuri erat. Ia menangis. Merasa bodoh karena ketakutannya yang tidak berdasar kini berbuah penyesalan. "Apakah benar dia sedang hamil?" tanya Kyuhyun takut ke seorang paramedis. "Melihat darah di kakinya, kemungkinan besar seperti itu, Presiden Cho." jawab sang petugas.

Ia lalu memprediksi, apakah benar hadiah yang Yuri katakan ingin diberikan keapdanya kemarin malam adalah kabar mengenai kehamilannya? "Istriku mengatakan dia mengalami keracunan makan sejak tiga hari yang lalu dan terus muntah-muntah di rumah." Kyuhyun menjelaskan. "Kami akan melakukan pemeriksaan menyeluruh setelah sampai di rumah sakit." kata staf itu.

Begitu ambulans berhenti di depan pintu rumah sakit dan Yuri dibawa masuk oleh para staf, Kyuhyun seperti tidak punya wajah lagi untuk menghadapi Yuri nanti saat sudah sadar. Apa yang harus ia lakukan untuk menebus semua kesalahannya?

###

"Presiden Cho."

Seorang dokter memanggil Kyuhyun setelah keluar dari ruang operasi dan memintanya untuk mengikutinya menuju ruangannya. "Bagaimana kabar dan keadaan istri saya, Dokter Song? Dia baik-baik saja, kan? Lalu, apakah benar ia sedang mengandung? Bayinya selamat, bukan?" tanya Kyuhyun cepat.

"Presiden Cho, istri anda mengalami stress berat sehingga kehamilannya yang baru enam minggu gagal. Mungkin anda pernah mendengar bahwa fisik istri anda lemah, sehingga di kehamilan apapun, mungkin kehamilan pertama, potensi untuk gagalnya cukup tinggi." kata dokter itu pelan. "Beliau keliru mengenai kehamilan dengan keracunan makanan selama ini." sambung Dokter Song, membuat Kyuhyun terdiam.

Kyuhyun menundukkan kepala. "Saya sarankan beliau untuk istirahat penuh selama kurang lebih satu hingga dua bulan. Ini untuk menjaga kestabilan psikis dan fisiknya agar tidak terguncang." saran sang dokter. Kyuhyun mengangguk paham dan mencatat semuanya secara spesifik, hingga bagaimana ia bisa membantu Yuri.

Sebuah telepon dari Bibi Yeon masuk ke ponsel Kyuhyun setelah sang dokter menjelaskan secara spesifik kondisi Yuri saat ini.

"Presiden Cho, apakah kau membuat kado pemberian Mrs. Cho? Ada sebuah test pack sebagai hadiah untuk kepulangan anda dari Mrs. Cho. Beliau terus memuntahkan makanannya sejak tiga hari ya-"

Kyuhyun mematikan sambungan telepon itu dan mematikan ponselnya. Ia tidak ingin ditemui siapa-siapa saat ini dan hanya ingin berada di samping sang istri yang selalu menjadi korban pelampiasan emosi sesaatnya. Apakah kali ini Yuri akan memaafkannya seperti dulu? Kyuhyun tidak yakin dengan hal yang satu ini.

  Pria itu berjalan gontai memasuki ruang rawat inap sang istri.

  "Aku kehilangannya, kan?"

  Pertanyaan itu membuat Kyuhyun tak dapat mengatakan apapun. Ia memberanikan diri menatap Yuri dari kejauhan, menaikkan kepalanya sedikit setelah terus menerus menunduk. "Aku bisa jelaskan." jawab Kyuhyun yang membuat Yuri marah.

  "IYA ATAU TIDAK?" teriaknya.

  Kyuhyun mengangguk pelan. Yuri yanng awalnya berbaring di atas kasur itu langsung berdiri dan berusaha melepaskan infusnya. Kyuhyun langsung berlari melihat hal itu dan mencegah Yuri melakukannya. "Tenangkah dirimu, Yuri. Jangan lakukan ini, kumohon. Semua ini salahku jadi tolong jangan seperti ini." pinta Kyuhyun dengan sungguh-sungguh, menahan tangan istrinya.

  "A-ah..." rintih Yuri lalu terjatuh ke lantai begitu saja. Merintih kesakitan pasca keguguran. Pria itu membantu Yuri berbaring kembali di atas kasur. "Aku tidak mau hidup dengan pria yang menghancurkan harga diriku semalam ketika aku akan mengumumkan kehamilanku." kata Yuri sakit hati.

  Kyuhyun menangis di samping Yuri, meminta maaf bahkan menciumi pipi wanita itu tanpa henti namun Yuri justru ikut menangis dengan alasan yang berbeda.

  "Mianhae, Yuri. Aku salah..." bisik Kyuhyun penuh penyesalan. Bagaimana ini? Kesalahanku fatal sekali hingga membunuh cabang bayiku sendiri. Yuri, dosaku besar sekali kepadamu hingga aku tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapi dan menatapmu. Semua ini terasa menyesakkan bagiku, batin Kyuhyun.

###

  "Presiden Cho, ada yang bisa saya bantu?"

  Pertanyaan itu menyambut kedatangan Kyuhyun di ruangan Hyerin dan Seohyun di kediaman resmi presiden negara tersebut. Pria itu langsung duduk di salah satu sofa dan meminta Hyerin duduk di depannya dengan gestur tangan.

  "Hyerin, katakan kepadaku apa yang kau ketahui selama saya berada di Jepang." pintanya tegas. Ia ingin tahu kejelasan dan mengonfirmasi ketakutan tidak berdasarnya selama ini. Senyum di wajah Yuri yang menghilang dan berubah menjadi tangis serta rasa benci terhadap Kyuhyun, ia tidak bisa meliatnya.

  "Mrs. Cho berpikir ia menderita keracunan makanan setelah mengonsumsi kimchi di acara amal kemarin." ucap Hyerin. "Ia terus menerus memuntahkan makanannya belakangan ini. Sewaktu anda memarahi beliau karena telat di perpustakaan, Mrs. Cho berlari ke dalam karena ingin memuntahkan isi perutnya dan ia tidak mampu menahannya lagi." sambung Hyerin pelan.

  "Saya pikir beliau memang keracunan dan ternyata beliau mengetahui dirinya mengandung di hari saat anda kembali dari Jepang. Mrs. Cho sangat tersiksa selama anda tidak ada di sampingnya dan bahkan menghabiskan waktu hampir dua puluh empat jam setiap harinya di atas kasur berbaring. Setelah mengetahui kehamilannya tadi, barulah saya menyadari beliau tersiksa karena trimester pertama." kata Hyerin canggung.

  Kyuhyun nyaris tak bisa berkata-kata sama sekali. "Apakah benar kotak hadiah itu memang diberikan kepada saya sebagai hadiah?" tanyanya. Hyerin mengangguk. "Namun, menurut Mrs. Cho dan Bibi Yeon, anda justru melemparnya dengan itu." sambung Hyerin.

  Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Kyuhyun meninggalkan ruangan kedua sekretaris keluarganya. Hatinya rasanya perih dan ngilu. Yuri bahkan tak ingin ditemui Kyuhyun lagi di rumah sakit namun Kyuhyun memaksa, masih ingin menemani sang istri yang kondisinya buruk.  

  Ia kembali ke kamar tidur itu. Mengunci diri dan menangis di atas kasur, meringkuk. Apa yang harus ia lakukan setelah ini? Kyuhyun sudah mendengar Yuri mengucapkan kata 'cerai' kedua kalinya dalam pernikahan mereka, sebelumnya saat Yuri mengungkapkan perasaannya kepada Kyuhyun.

  "Aku tidak bisa, Yuri."

to be continued.

First LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang