Kegagalan Atas Segalanya

416 37 2
                                    

  Pagi hari di kediaman presiden termuda Korea Selatan hari itu tidak menggambarkan suasana yang nyaman, aman, dan ceria.

  Kyuhyun dan Yuri, yang memiliki schedule untuk mendatangi acara amal di siang hari sama sekali tak berbicara dan justru renggang. Hal ini disebabkan karena keributan semalam yang untuk pertama kalinya melibatkan fisik di rumah tangga mereka. Yuri bahkan tidak bisa tidur semalam dan kini takut untuk dekat dengan Kyuhyun.

  Seperti biasa, akting diperlukan untuk menutupi keretakan hubungan mereka di depan publik dan keduanya sudah tahu bahwa nanti siang harus bertingkah sangat mesra dan romantis seperti tidak memiliki masalah apapun di depan semua orang. Kyuhyun menhabiskan waktu paginya di ruang kerja sedangkan Yuri di kamar tidurnya yang sudah menjadi saksi bisu kejadian semalam.

  Hatinya terasa seperti diiris pisau yang paling tajam. Belum lagi nyeri yang dirasakan di pipi dan pundak, serta punggungnya akibat didorong keras ke arah sofa. Muntahan karena dirinya sebenarnya belum pulih dari keracunan makanan yang dideritanya membuatnya semakin tersiksa. Tubuh Yuri sudah bergetar kecil sejak pagi, menggigil. Wajahnya sudah pucat pasi karena perutnya yang terasa tidak enak.

  Ketika jam menunjukkan pukul sebelas siang, keduanya, pasangan suami istri tersebut bertemu untuk pertama kalinya di dalam mobil yang segera melaju ke destinasi. Tak ada yang membuka suara dan menoleh, melirik satu sama lain. Keheningan yang sangat tidak nyaman membuat supir mobil tersebut tak berani membuat lelucon bagi pasangan yang sebenarnya humoris itu dan selalu tertawa riang bersama itu.

  Di acara amal, keduanya bergandengan tangan ketika keluar dari mobil dan bahkan menyapa satu persatu warga sekitar yang membutuhkan bantuan. Yuri dan Kyuhyun memang tidak sering berbicara bersama namun keduanya beberapa kali berinteraksi hanya untuk sebuah image yang baik di depan masyarakat.

  "Silakan mengambil kuah karinya di suamiku, iya." ucap Yuri lembut ke seorang nenek yang baru saja nampannya Yuri tuangkan nasi. Nenek itu mengangguk. Di samping Yuri, ada Kyuhyun yang sibuk dengan panci besar berisi kari yang dituangkan ke mangkuk masyarakat yang mengantri.

  "Presiden Cho, tolong... awasi istri anda. Beliau benar-benar terlihat tidak sehat hari ini. Menurut Bibi Yeon, beliau terus memuntahkan makanan selama tiga hari terakhir karena keracunan kimchi itu."

  Seohyun memberi saran sehalus mungkin kepada atasannya melalui walkie-talkie di salah satu telinga pria itu. Kyuhyun mencuri kesempatan untuk memperhatikan sang istri di sampingnya yang sibuk menuangkan makanan ke piring orang-orang yang sudah mengantri di bawah teriknya sinar matahari. Yuri memang sedikit bergetar dan wajahnya memang sudah pucat pasi. Seakan-akan nyawanya akan dicabut sebentar lagi.

  Ia ingin bertanya kepada sang istri, namun rasa ego dan gengsinya yang tinggi membuatnya mundur. Ia juga sejujurnya masih kesal dengan tingkah Yuri yang belakangan ini, menurut Kyuhyun sendiri, memancing emosi. Padahal jika dilihat, tidak ada yang aneh dari tingkah Yuri dan semua itu hanya karena Kyuhyun parno jika Yuri akan direbut orang lain juga faktor usia dan permasalahan pekerjaan yang membuatnya stress sehingga melampiaskannya ke orang yang tidak benar.

  "Presiden Cho, apakah wajah istri anda memang seperti orang yang sakit parah seperti itu? Wajahnya pucat pasi dan ia bergetar terus menerus." tanya seorang ibu-ibu yang menunggu Kyuhyun menuangkan kari ke mangkuknya. "Ah, istri saya memang sedikit tidak enak badan." jawab Kyuhyun canggung.

  Ia menolehkan kepalanya ke Yuri lagi secara diam-diam. Wanita itu justru terlihat semakin parah dari sebelumnya. Setelah melayani semua orang, Yuri, Kyuhyun, dan ketua penyelenggara berdiri memperhatikan semua yang sedang menyantap makanan mereka lahap walau di bawah terik matahari.

  "Mrs. Cho, Presiden, terima kasih sudah datang."

  Keduanya mengangguk dan tersenyum ramah. Kyuhyun kembali melirik Yuri dan melihat darah menetes dari hidungnya tanpa wanita itu sadari. "Yuri, pakai sapu tanganku. Darahnya banyak sekali." ucap Kyuhyun cepat sambil membantu Yuri memegang sapu tangan itu ke hidungnya. Yuri menoleh ke Kyuhyun kaget dengan dirinya sendiri. "Oh, aku tidak menyadarinya." kata Yuri cepat.

  "Mrs. Cho, apakah tidak sebaiknya anda duduk mencari tempat yang teduh? Bertistirahat sebentar? Saya akan carikan kursi." ucap ketua penyelenggara acara tersebut sebelum pergi mencari kursi dan tempat teduh.

  Kyuhyun masih memegangi sapu tangan di depan lubang hidung Yuri. Kyuhyun tidak tahu, Yuri sudah tidak kuat menahan dirinya sendiri sejak tadi menyajikan makanan. Wanita itu menahan mati-matian agar dirinya tidak mempermalukan Kyuhyun di depan banyak orang dengan kondisi fisiknya yang jatuh begitu saja.

  "Kita duduk di bawah pohon dulu sebentar, Yuri." ucap pria itu cepat. Kyuhyun melangkahkan kakinya beberapa langkah ke depan, memastikan bahwa di bawah pohon itu tidak ada semut atau hewan kecil lainnya. Yuri merintih kecil di belakang, masih berdiri pada posisinya yang tadi, tak bergeser sama sekali.

  Ia memegangi perutnya karena nyeri. Kyuhyun membalikkan tubuhnya lalu menghampiri Yuri. "Kau terlihat sangat buruk, Yuri." Kyuhyun memegang punggung Yuri, bermaksud menuntunnya ke bawah pohon. Namun, rintihan sebelum Kyuhyun menghampiri Yuri itu terdengar di walkie-talkie Hyerin. Dimana Hyerin langsung meminta Seohyun mengabari Kyuhyun.

  "Presiden Cho, Mrs. Cho merintih kesakitan. Kami akan segera memanggil ambulans."

  Kyuhyun menatap Yuri lekat. Wajahnya sudah seperti mayat hidup. Kyuhyun merapatkan tubuhnya ke Yuri. "Kau yakin bisa melangkah ke bawah pohon itu?" tanya Kyuhyun ke Yuri cemas. Yuri mengangguk. Kyuhyun kembali melangkah ke depan, memastikan bawah pohon belum diduduki siapa-siapa. Ia kembali menoleh ke belakang dan menemukan darah mengalir di kaki jenjang Yuri.

  "Yuri!" seru Kyuhyun cepat.

  Pria itu langsung berlari ke arah Yuri yang merintih kesakitan memegangi perutnya dan menopang punggungnya lagi. "Pegang tanganku.. atau pundakku." ucap Kyuhyun panik. Yuri tidak menjawab. Ia langsung jatuh tak sadarkan diri ke arah belakang, tepat dimana Kyuhyun menopang tubuh Yuri.

  Keadaan ramai, terutama masyarakat yang tadinya sedang makan siang dengan santai. Kyuhyun berjongkok dan membiarkan istrinya agak berbaring di jalanan paving itu. Bunyi ambulans sudah terdengar dari kejauhan. Diantara kepanikan mengenai sang istri, hanya satu kalimat dari seorang warga yang masuk ke telinganya.

  "Astaga! Apakah Mrs. Cho keguguran? Darah yang mengalir di kakinya banyak sekali. Dia pasti mengalami pendarahan hebat. Aku yakin kehamilannya pasti masih sangat muda dan rawan karena ia tidak terlihat seperti orang hamil sama sekali."

  Kyuhyun terdiam.

  Pria itu langsung menepuk pipi Yuri yang dingin. "Yuri, bangun! Kau harus bangun, Yuri. Lakukan semampumu untuk melawan semua rasa nyeri dan sakit pada tubuhmu!"

to be continued.

First LadyHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin