Adik kelas

56.8K 2.7K 113
                                    

Ada yang sengaja dibiarkan datang, singgah dan juga menetap.
Agar dapat menemani keseharian pilu melalui jalan cerita berbeda.
Tak bisa ditebak, ketika tahu bahwa tanpa sadar mereka sudah terjebak. Tidak hati-hati bahwa tentang mereka sudah masuk terlalu dalam, tanpa pernah menyadari bisa jadi itu sebuah bencana.

***

     Suara Aska pada pagi hari itu menggelegar seisi kelas.  Membuat beberapa anak yang didalam-nya berlonjak dan mengomel oleh tingkah bocah tengik yang satu itu. Sudah hampir setengah jam bel berbunyi, dan salah satu pembuat onar itu baru saja tiba.

    "Aska, lo apa-apa sih! Norak banget tau gak?!" Teriak Cindy gusar.

    "Tau tuh! Bikin budeg orang aja!!" Gia ikut menyambung keki.

     "Sana lo kegudang! Biasa juga gak pernah masuk kelas!" Zidni nimbrung ikut-ikutan.

Aska hanya geleng-geleng kepala, sambil mengelus dadanya lelaki itu menatap sedih protesan tiga gadis dikelas-nya itu.

     "Yatuhan, kenapa gue diusir dari kelas sendiri? Apa dosa yang gue lakuin dimasa lalu, sehingga orang-orang membenci gue," ujarnya bersedih.

Cindy, Gia dan juga Zidni mengerutkan dahi. Bingung sendiri atas tingkah bocah tengik itu. Tidak lagi banyak bicara karena mereka malas meladeni Aska.

Mereka bisa tenang karena pelajaran kali ini terkenal oleh gurunya yang selalu telat masuk kelas. Sebab beliau merupakan salah satu guru paling ngaret di Alaska.

Setelah bercek-cok ria bersama ketiga teman sekelasnya tadi, Aska menghampiri Karin yang hanya tertawa disana. Dia harus menghardik gadis itu dengan banyak pertanyaan yang berusaha di analisis-nya semalam.

      "Ketawa lo atas penyiksaan gue?" katanya kepada Karin.

    "Seru, lo emang cocok diamukin kayak tadi," jawab Karin bergurau.

Aska kemudian bertanya untuk rasa penasaran-nya sejak tadi, "Kenapa lo sama si Andre?" tanyanya kepo.

Kemudian setelah menghela nafas berat, Karin mulai menceritakan semuanya. Tidak ada yang terlewatkan. Bahkan ketika adik kelasnya tersebut memakinya kasar.

"Raka semalam udah nyamperin Andre ketempat dia biasa ngumpul. Tapi tu bocah gak ada." jelas Aska.

Perkataan Aska itu sukses membuat Karin menatapnya tidak percaya. Memperhatikan sang biang kerok yang satu itu dengan serius, memastikan bahwa pernyataannya barusan benar atau sekedar candaan semata.

"Ngapain dia?" tanya Karin bodoh.

"Gaktau, gue nemanin doang."

     "Lo serius?" tanya Karin tidak percaya.

    "Rin, muka gue emang kayak orang tukang cabul ya?" kata Aska bergurau.

Membuat Karin bingung oleh perkataan bocah tengik itu. "Hah? Apaan sih? Aneh banget lo!" Gerutu Karin disana.

Aska terkekeh geli, "Salah, maksud gue apa muka gue keliatan kayak orang ngibull??" Katanya memperjelas.

   "Ya siapa tau aja, lo kan ahli ngebohongi guru," singgung Karin kemudian.

     "Serius anjir, gue nemanin Raka semalan." Katanya memastikan lagi.

"Yang penting gue tetap mau nyamperin itu anak!" desis Karin antusias.

"Iya neng. Jadi galak ya lo kalau begini."

"Gue sakit hati keluarga gue dibawa-bawa," keluh Karin marah.

ALARIX ( SUDAH TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang