17. Tanya Tanpa Jawab

Mulai dari awal
                                    

Tapi kalaupun seandainya Nata bisa lebih berani mengungkapkan perasaannya secara langsung pada Naya, apa mungkin keadaannya akan berubah? Apa mungkin ia bisa bersatu dengan Naya? Apa mungkin ia bisa memiliki Naya seutuhnya? Tidak mungkin juga, kan? Semuanya akan tetap menyakitkan baginya. Malah bisa jadi lebih menyakitkan dari yang ia rasakan saat ini.

"Kenapa gue harus jatuh cinta, di saat cinta cuma bisa menyakiti perasaan gue?!" maki Nata pada dirinya sendiri. Bertanya tanpa menemukan jawabannya.

🌺

Nael melempar tasnya asal. Saat membuka lemari untuk mengambil pakaian ganti, Nael dikejutkan oleh keberadaan Farah yang meringkuk memeluk lututnya yang tertekuk, di dalam lemarinya.

"Farah, kamu ngapain di lemari Mas?"

"Farah takut, Mas. Tadi Om itu maksa mau peluk Farah. Jadi Farah lari ke kamar Mas El, dan sembunyi di sini," cerita bocah cilik itu dengan segala kepolosannya. "Nggak apa-apa kan, Mas?"

Kalau kenyataan pahitnya seperti ini, bagaimana mungkin Nael tega menyetujui tabiat mamanya dengan pacarnya itu? Mendengarnya saja sudah sukses besar membuat perasaan Nael seperti disayat-sayat. Tidak ada sakit, namun perih.

Tanpa berkata Nael mengangkat tubuh mungil Farah keluar dari dalam lemarinya. Kemudian menurunkannya di atas lantai. Gadis cilik itu berdiri, sementara Nael setengah berjongkok menyejajarkan. Diusapnya puncak kepala Farah dengan sebelah tangannya. Sampai tak lama Nael memeluk tubuh adiknya erat-erat. Nael sungguh sudah tidak kuat lagi menahan semuanya. Nael tidak kuat jika harus terus-terusan melihat adik kecilnya seperti ini.

Rasa sesak yang terkurung dalam benaknya membuat air mata yang mengembang di ujung mata Nael akhirnya lolos begitu saja dan mengalir tanpa bisa Nael cegah lagi. Tanpa isak terdengar sedikit pun, Nael menangis. Dalam hati Nael juga tidak berhenti memohon maaf pada gadis kecil yang berada dalam pelukannya kini. Maaf akan takdir yang terlalu kejam pada Farah, di saat usianya belum layak untuk menerima semua ini.

Hidup Nael sudah benar-benar berubah drastis semenjak ia terbangun dari koma panjangnya. Sebelumnya, yang Nael tahu, ia memiliki keluarga yang harmonis. Sampai Nael berpikir, mungkin tidak ada keluarga lain di luar sana, yang lebih manis dari hubungan keluarganya. Akan tetapi semua berakhir dengan cepat ketika Nael terbangun dari komanya. Nael merasa seolah-olah takdir seperti telah berhasil menjungkirkan segalanya.

Namun seperti sebuah kejutan yang memang sengaja dihadirkan untuknya, sehari setelah Nael sadar dari koma, ketika ia bertanya mengenai ketidakberadaan papanya saat itu, mamanya menjawab bahwa mereka telah bercerai, tanpa memberitahu apa alasannya. Dan hak asuh anak sepenuhnya jatuh ke tangan Nita. Bisa bayangkan seberapa terguncangnya jiwa Nael saat itu?

Mungkin jika saja Nael tahu seperti itu jadinya, Nael akan lebih baik memilih untuk tidak pernah bangun lagi, daripada harus menghadapi kenyataan yang menyakitkan seperti ini, yang sampai kapan pun tidak akan pernah bisa ia terima dengan lapang dada.

🌺

Pukul 19.10 WIB, Naya sudah siap dengan gaun putih selutut yang menunjukkan sebelah bahunya, ditambah polesan make up yang baru-baru ini ia pelajari dari beauty vloggers negeri gingseng di youtube, yang membuat wajahnya merona cantik. Rambut panjang Naya yang biasa diikat kuda, khusus untuk malam ini tergerai indah dengan dihiasi jepit rambut sederhana di salah satu sisinya. Khusus malam ini juga, Naya memutuskan untuk melepas kacamatanya, menggantinya dengan lensa minus berwarna hitam pekat.

Kini kakinya yang terbalut heels setinggi lima senti, dengan warna yang sepadan dengan gaunnya, berjalan keluar menghampiri Nael yang telah menunggunya di luar dengan langkah canggung. Sejujurnya Naya malu, atau lebih tepatnya tidak terbiasa dengan tampilan seperti ini. Tapi sebisa mungkin Naya berusaha untuk menyamankan diri dalam berpenampilan seperti ini, lagi-lagi hanya khusus untuk malam ini.

Di sisi lain, Nael dengan setelan jasnya, berdiri terpaku tanpa segaris ekspresi selama memandangi gadisnya sendiri. "Lo cantik." Hanya dua kata itu yang berhasil meloloskan diri dari mulut Nael.

Naya mengusap tengkuknya seraya tersenyum memalingkan wajahnya. Entah, hal tersebut malah membuatnya semakin canggung dan malu. Menyadari tingkah Naya, Nael tersenyum. Tak lama kaki jenjangnya melangkah maju, merangkul bahu Naya, menuntun gadis itu masuk ke dalam mobil.

🌺

"Kakak kenapa liatin aku terus? Aku aneh, ya?" tebak Naya, ketika untuk yang kesekian kalinya ia mendapati Nael menengok ke arahnya, di saat cowok itu seharusnya cukup saja fokus pada ruas jalan di depannya.

"Lo terlalu cantik. Mata gue jadi mata gue nggak bisa berpaling," terang Nael, ketika lampu merah.

Tidak bisa dielakkan lagi oleh Nael, malam ini ia sungguh betah memandangi gadis cantik, namun tidak menyadari kecantikannya, yang duduk dengan anggun di sebelahnya itu.

Naya tertawa. Lantas Nael bertanya, "Kok ketawa?"

"Omongan Kakak tuh udah kayak nasi yang didiemin lima hari, tau nggak."

"Kenapa?"

"Basi!" Naya tertawa lagi. Untunglah tetap cantik.

Sementara itu, Nael hanya tersenyum menanggapinya, seraya kembali melajukan mobilnya, karena lampu lalu lintas sudah hijau.

===

To be continue...

jangan lupa vote dan komentar yeorobunn😊

Lost MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang