CHAPTER 10 - The Revealed

3 0 0
                                    

Hari di mana para murid mulai menjalankan pra-tes sebelum ujian tengah semester berlangsung. Ujian tersebut diberikan oleh setiap guru wali kelas. Untuk kelas Haruna, yang memberikan soal adalah Ibu Miyoko. Semua murid mengerjakan dengan sangat serius. Ibu Miyoko mengawasi mereka dengan duduk santai di samping meja guru.

*teng-tong*

"Yak, ujian selesai. Letakan alat tulis kalian dan silakan kumpulkan kertas ke baris paling depan."

Semua kertas disalurkan mulai dari baris paling belakang sampai ke paling depan. Ibu Miyoko tinggal mengambilnya dari paling depan.

"Dengan begini kalian dapat mengikuti pelajaran selanjutnya. Hasil akan diumumkan minggu depan dan akan ditempel di depan papan tulis ini. Satu hal lagi, Kana-san...."

"Ya?"

"Sewaktu istirahat tolong temui Ibu di ruang guru, ya?"

"Ya, Bu."

"Baiklah. Cukup sekian dan terima kasih atas kerjasama kalian."

"Ya...."

Semua murid menanggap. Dan guru yang lain sudah siap untuk mengajar.

Ekspresi Haruna saat itu, cukup bingung. Dia berpikir kenapa Ibu Miyoko hendak menemuinya. Dengan begitu, dia juga cukup penasaran dengan pembahasan yang akan dibahas sewaktu istirahat nanti.

*teng-tong*

Bel istirahat pun berbunyi. Haruna langsung menuju ruang guru menemui Ibu Miyoko di mejanya.

"Permisi."

Haruna sudah berdiri di belakang Ibu Miyoko yang masih sibuk memeriksa seusatu pada kertas yang dia pegang. Kemudian Ibu Miyoko berbalik ke arah Haruna.

"Kana-san... baguslah kau sudah datang...."

"Ada perlu apa, Bu?"

"Ada yang mau aku bahas, ini sangat penting. Tapi bukan di sini tempatnya." "Ayo, akan Ibu ajak ke tempat lain."

Ibu Miyoko sambil berdiri mengajak Haruna mengikutinya.

"Oh, baik, Bu."

Di suatu tempat, di pinggir teras koridor luar. Di situ ada sebuah pohon kecil yang cukup untuk memberi kesegaran udara di pagi hari. Mereka duduk di lantai dekat pohon itu, sambil membawa minuman kaleng pada masing-masing dari mereka.

"Kita ngobrol-ngobrol di sini?"

"Iya, tidak apa-apa. Lagian kamu tidak ingin makan, kan?"

"Bukannya tidak ingin, Bu, tapi waktu jam istirahat kedua saja."

"Ya, maksud Ibu itu." "Ada hal yang sangat penting yang harus Ibu katakan padamu secepat mungkin. Sebelumnya Ibu mau bertanya karena dia berhubungan dengan pembicaraan ini. Apa kamu tahu adik dari Saya Shimabara?"

"Ummh... sepertinya aku pernah mendengarnya. Memangnya kenapa?"

"Selain Ibu mengajar di SMP, Ibu juga mengajar di SD sebagai guru seni keterampilan. Adiknya berada di kelas 6 SD, bernama Kougen Shimabara, kerap kali dipanggil Shiba oleh teman-teman sekelasnya. Begitu juga Ibu memanggilnya. Ketika Ibu sedang mengajarinya membuat keterampilan, selalu saja dia menolaknya dengan alasan dia bisa membuatnya sendiri. Ibu pikir dia tidak suka dengan cara mengajarku, tetapi memang dia membuktikan jika dia bisa membuatnya sendiri. Dan memang nilai keterampilannya selalu berada di atas rata-rata. Semua murid yang lain tidak pernah bisa menyamainya. Hingga suatu saat, Ibu melihat dirinya sedang menyembunyikan sesuatu di dalam pasir di taman SD. Kemudian setelah itu, dia masuk ke kelas lain di mana tak ada satupun orang di dalam. Dia membuka salah satu tas dari murid lain dan memasukkan suatu benda di dalamnya. Lalu dia keluar lagi, dan Ibu sembunyi dari situ. Ibu tetap terus memperhatikannya sampai dia berjalan menuju kantin. Tapi rasa penasaran tak berhenti sampai di situ. Ibu coba membongkar pasir yang ada di taman SD. Ternyata yang dia sembunyikan adalah foto teman-teman perempuan satu kelasnya saat sedang mengadakan acara kemah. Tapi Ibu memutuskan untuk mengembalikan foto itu ke dalam pasir kembali. Ibu tidak pernah menyita baik foto maupun benda yang sudah dimasukkan ke dalam tas salah satu anak di kelas lain. Dari situlah Ibu terus mengawasi perbuatan Shiba. Tak hanya sekali, tetapi sudah empat kali dia melakukan hal yang sama. Ibu tidak pernah memanggilnya ke ruang Ibu. Justru kejadian itu Ibu laporkan kepada Saya-san. Ketika dia mendengar penjelasanku, Saya-san sama sekali tak terkejut. Karena memang sejak dia kecil, dia sudah suka menyembunyikan sesuatu dan melakukan perbuatan-perbuatan aneh. Tapi intinya bukan itu sebetulnya, kata Saya-san. Shiba adalah anak yang sangat cerdas. Dia mampu mengamati tingkah laku seseorang dan mampu menganalisis kemampuan seseorang. Dan uniknya, dia sangat tertarik dengan anak perempuan. Entah itu lebih muda darinya, sama usia, maupun lebih tua darinya. Bahkan kakaknya sendiri sering dibuat bahan 'percobaan' oleh adiknya. Dari situlah Ibu berpikiran jika Shiba adalah anak yang cerdas namun memiliki perilaku yang aneh. Yah... tapi Ibu tidak boleh memandang seseorang aneh.... Karena semua orang memanglah 'aneh', bukan?"

unwanted「不要な」Where stories live. Discover now