Bab 11

2.4K 197 38
                                    

Hai para reader yang aku sayangi, kembali lagi dengan saya Wen Ning dan Seme Yan Wushi. Eh. Hahahaha maaf khilaf.

Jangan lupa Vote dan Komennya ya guys... Lebih baik terlambat Vote dan Komen dari pada tidak sama sekali...

🌹🌹🌹🌹


Sesampainya Yan Wushi dan Wen Ning di perpustakaan, mereka langsung mengerjakan tugas. Namun Han Zen datang sambil membawa gulungan.

"Yang mulia, maaf mengganggu waktu anda sebentar, saya membawa sebuah pengumuman dari distrik YinLing yang di tempelkan di balai kota YunMeng." ujar Han Zen. Namun wajah Yan Wushi tampak datar dan agak sedikit malas ketika mendengar kata YinLing.

"Ya kau menggangguku, ada apa? Dan apa isi dari penguman itu? Berikan padaku!" ujar Yan Wushi, Malas.

"Kak A-Shi tidak boleh seperti itu. Maafkan beliau Han Zen, serahkan gulungan itu padaku." ujar Wen Ning.

"Maafkan hamba yang mulia, hamba tidak bermaksud seperti itu." ujar Han Zen sedikit ketakutan.

"Hmmmmp. Tidak apa-apa, aku hanya malas ketika mendengar kata-kata YinLing. Apa mau mereka? Belum cukup penderitaan yang dia buat selama ini terhadap rakyatku setelah aku tidak ada?" ujar Yan Wushi.

"Kak A-Shi, lebih baik baca dulu apa isi dari pengumuman itu. Jangan seperti ini." ujar Wen Ning.

"Baiklah sayangku, cintaku, permaisuriku. Aku akan membacanya." ujar Yan Wushi.

Han Zen menyerahkan gulungan itu kepada Yan Wushi. Yan Wushi membuka dan membaca gulungan itu, Wajahnya berubah dan tampak mengeras.

"Ciiiiiih, Beraninya dia!!!" ujar Yan Wushi sambil membuang gulungan itu.

Wen Ning yang melihatnya nampak bingung, dia mengambil gulungan itu dan segera membacanya. Ekspresi wajah Wen Ning tetap tenang, matanya dingin sedingin es. Ibaratkan gunung es yang tenang menjulang tinggi bercahaya berkilauan. Namun siapa sangka di balik ketenangannya itu menyimpan luka dan dendam. Seperti itulah ekspresi Wen Ning saat ini.

"Kak A-Shi, Jangan khawatir. Tenangkan dirimu, aku akan selalu bersamamu." ujar Wen Ning menenangkan Yan Wushi.

Yan Wushi kembali tenang, disaat amarah Yan Wushi terpancar dari wajahnya, Wen Ning lah yang selalu menenangkannya. Bahkan Yan Wushi mampu mengontrol emosinya sekarang.

"Permaisuriku, aku...." ujar Yan Wushi tidak tau harus berkata apa lagi. Wen Ning mendekat dan memeluk Yan Wushi.

"Kak A-Shi, tidak apa-apa. Temui saja pertemuan antar Kaisar dan kerajaan itu. Kita ikuti saja alurnya, Aku akan ikut bersamamu!" ujar Wen Ning sambil memeluk Yan Wushi.

"Permaisuriku, aku tidak akan mampu berdiri sampai detik ini kalau tidak ada kamu. Kamu membuatku semangat, kamu membuat hidupku jadi lebih berwarna dan berbunga-bunga. Aku tidak tau harus berbuat apa kalau tidak ada kamu!" ujar Yan Wushi yang benar-benar tulus dari lubuk hatinya.

"Kak A-Shi, aku juga bertahan sampai detik ini, itu semua karena kak A-Shi yang mengasihiku, mencintaiku, dan menyangiku seperti ini. Ikuti saja pertemuan itu, aku akan selalu mendukung kak A-Shi!" ujar Wen Ning.

"Baiklah, aku akan pergi kepertemuan itu. Aku akan membawamu bersamaku," ujar Yan Wushi.

"Baiklah aku akan ikut bersamamu," ujar Wen Ning.

"Han Zen, pergilah ke distrik YunMeng, aku ingin kau memantau perkembangan kota. Dan sampaikan pesan ini kepada perdana mentri. Dan bilang kepadanya aku tidak bisa kebalai kota karena ada urusan." ujar Yan Wushi.

"Baiklah yang mulia, saya undur diri dulu." ujar Han Zen. Han Zen pun pergi meninggalkan Yan Wushi dan Wen Ning.

"Kak A-Shi, ayo kita lanjutkan tugas ini, biar cepat selesai." ujar Wen Ning.

Yan Wushi mengangguk dan mencium kening Wen Ning. Mereka pun melanjutkan tugas yang belum mereka selesaikan. Wen Ning dan Yan Wushi menyelesaikan tugas sambil bercanda dan bersenda gurau. Yan Wushi paling tidak betah melihat wajah permaisurinya yang begitu serius. Sesekali Yan Wushi menjahili Wen Ning, menoel hidungnya, mencubit pipinya, dan mencolek pinggangnya bahkan memeluknya.

"Kak A-Shiiiiiiiiii, gimana mau selesai dari tadi ganggu terus!" ujar Wen Ning sambil memonyongkan bibirnya.

"Ahhahahahhaha, aku lebih suka melihatmu seperti ini ketimbang wajah sok seriusmu itu," ujar Yan Wushi sambil tertawa.

"Kak, serius dong. Biar cepet selesai dan setelah ini bebas mau gangguin aku. Tapi.... Aku mau latihan bela diri saja!" ujar Wen Ning.

"Baiklah-baiklah. Ya sudah ayo kita selesaikan." ujar Yan Wushi. Mereka pun kembali mengerjakan tugas, membaca satu persatu tumpukan buku tua itu.

"Sayang, Wen Ning, Wen, A-Ning...." ujar Yan Wushi, namun Wen Ning tidak menyahut.

"Sayang, aku punya sesuatu untukmu." ujar Yan Wushi.

"Hmmmp, apa itu kak? Ah maaf kan aku tidak mendengarmu tadi." ujar Wen Ning sambil nyengir.

"Ini untukmu, mendekatlah sayang," ujar Yan Wushi sambil mengarahkan genggaman tangannya kearah Wen Ning.

"Lebih dekat lagi sayang...." ujar Yan Wushi.

Wen Ning pun mendekat dan menuruti kata-kata Yan Wushi. Wen Ning terus mendekat lebih dekat dan ciuman mendarat ke bibir Wen Ning. Yan Wushi terus melumat bibir Wen Ning, mata Wen Ning terbelalak lebar karena ciuman yang mendadak itu.

"Kak A-Shi. Udah kak, kerjain dulu tugasnya.!" ujar Wen Ning.

"Hmmmp aku bosan mengerjakannya sayang, aku ingin berduaan saja bersamamu." ujar Yan Wushi.

"Katanya mau berubah jadi kaisar yang baik? Katanya mau distrik ini berkembang dan lebih maju dari distrik lain, tapi kamu malas-malasan!" ujar Wen Ning penuh penekanan dan tagas.

"Iya yang mulia permaisuri, hamba akan mengerjakannya dengan baik dan menyelesaikannya dengan segera." ujar Yan Wushi sambil mencium punggung tangan Wen Ning.

Ingin sekali rasanya Wen Ning memukul kepala Yan Wushi, tapi dia menahannya karena itu kurang sopan. Wen Ning dan Yan Wushi pun selesai dengan tugas yang menumpuk itu, mereka pun menuju keruang latihan bertarung dan menguji kekuatan magis yang ada pada Wen Ning...


Bersambung......


Hai maaf gaje ceritanya hahahahhahaha



Jaaaaaaaaaaaaa

Jaaaaaaaaaaaaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[BL]- RED HOODED MEN & WOLF (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang