" Adit itu yang kuliah teknik pertambangan bukan Cha? "

" Iya Tante. Kok Tante tahu. "

" Iyan yang cerita

"Aku dengar gosip dari teman-temannya mas Ardi itu kebanyakan mereka digaji dollar ya? " Tanya mbak Mia.

" Aku nggak tahu banyak sih, tapi mungkin begitu, Mbak. Soalnya dia pernah cerita sama mama dan tentenya saat wisuda tiga minggu yang lalu. Tapi Icha sendiri nggak seberapa jelas nominalnya. Kayaknya kok risih nanya-nanya. "

" Oh iya, Mbak baru ingat berita di koran kalau tiga minggu yang lalu ada tiga mahasiswa ITB yang wisuda diantar helikopter itu salah satunya si Adit itu ya ?"

" Ehm, Ya begitu lah Mbak. Setelah wisuda langsung balik lagi ke Perancis. Katanya sih dia lagi ambil lisensi keahlian internasional disana. Nah, pendidikannya baru selesai tiga hari yang lalu langsung pulang ke Jakarta"

" MasyaAlloh. Sudah ngebet minta dikawinin rupanya dia, Cha." Tante Iin ikut menanggapi. Tarissa cuma bisa senyum samar saja.

"Kalau Icha boleh memilih, sudah tentu ingin selesai kuliah dulu, wisuda, kerja lalu menikah. Tapi ternyata harus menempuh takdir seperti ini, Tante. " Tarissa menampilkan raut wajah muram. Tante Iin langsung memeluk dan mencium keningnya. Mia menggenggam tangan adik sepupunya itu dengan erat seolah hendak memberi kekuatan. Ardi menepuk bahu kirinya.

" Jika kau sudah sholat istikharah dan menjadi yakin karenanya, maka jalani dengan ikhlas, Dek. Jadikan ini sebagai ladang amalmu." Suara Ardi akhirnya keluar karena sejak tadi dia hanya memposisikan dirinya sebagai pengamat saja.

Aditya yang merupakan kekasih hati Tarissa sejak empat tahun yang lalu sudah tidak mau menunggu lebih lama lagi. Tarissa sungguh tidak menyangka kalau cinta monyetnya berubah menjadi sangat serius. Dia tadinya berpikir kalau Aditya begitu serius pacaran dengan dirinya. Alasan Tarissa menerima cinta Adit karena hubungan mereka yang LDR ( Long Distance Relationship) karena masih takut ditentang orangtua karena pacaran, dan ia masih mempunyai ruang gerak bebas untuk berinteraksi dengan teman-temannya saat remaja. Tarissa butuh Adit yang sangat membantu dia dalam belajar dan mengerjakan tugas sekolahnya meskipun mereka jauh. Setiap malam minggu pasti Adit akan menelepon dan Tarissa bisa bebas bertanya padanya. Banyak ide dan inspirasi yang Adit berikan dan topang untuk Tarissa dalam berkarya. Walau banyak yang suka menggodanya kalau Adit bisa selingkuh saat di Badung, tapi Tarissa tak pernah menghiraukannya.

Selama penerbangan, Tarissa hanya menghabiskan waktunya dengan istirahat. Dia butuh energi untuk menghadapi peristiwa penting dalam hidupnya. Pekerjaan Adit di perusahaan tambang internasional yang kemarin lokasinya di Rusia itu sangat berat, lelaki itu butuh pendamping untuk menentramkan hatinya.

Meskipun Tarissa bukan yang pertama di hati Adit, tapi hanya gadis cantik yang imut itu yang memenuhi benak dan pikirannya. Meski mereka berjauhan, Dengan menikah maka Adit berpikir dapat tenang bekerja karena yakin Tarissa nggak akan direbut orang.

"Assalamu 'alaikum Tante Iin. Apa kabar ?" Seseorang perwira pertama TNI-AU berpakaian penerbang mendekati kami dan mencium punggung tangan wanita separuh baya itu begitu rombongan mereka keluar dari bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta.

"Waduh gantengnya keponakanku. Tante sampe pangling lihat kamu pakai seragam penerbang begitu, Wing. Kamu kapan landing ?"

" Dua jam yang lalu, Tan. Ini nih disuruh bunda jemput tuan putri. " Jawab Winggar kakak Tarissa sembari menunjuk pada adik perempuannya. Winggar menyalami Ardi, Mia dan kedua anaknya serta mengecup kening adiknya semata wayang sebagai balasan sang adik yang telah mencium punggung tangannya.
" Jadi,cuma tuan putri aja nih yang dijemput ? Yang lain nggak ?" Tanya Ardi setengah protes dan disambut dengan kekehan Winggar.

Lelaki dari Lembah ManglayangDove le storie prendono vita. Scoprilo ora