Sembilan

3.3K 582 92
                                    

 Pesawat dari Seoul mendarat di Bandara Internasional Wellington jam sepuluh pagi waktu setempat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

 Pesawat dari Seoul mendarat di Bandara Internasional Wellington jam sepuluh pagi waktu setempat. Mereka berkendara selama hampir satu jam menuju Seatoun, di mana resor yang sedang dibangun berlokasi. Jalan raya yang bersisian dengan garis laut membuat Hanna tak bisa memalingkan mata barang sedetik pun. Dia hanya dengar tentang New Zealand lewat film favoritnya, Lord of the Rings, lokasi di mana film itu dibuat selama lima belas bulan proses pengambilan gambar. Hanna tidak pernah bermimpi dia bisa datang ke tempat ini. Hanna tahu kalau titik-titik menarik yang dia lihat di film mungkin jauh sekali dari pusat kota, dan Hanna berusaha menekan kepedean kalau Jimin mungkin mengajaknya ke sana. Hanna tak sabar ingin melihat-lihat.

"Buka saja jendelanya, Han. Anginnya mungkin agak dingin, tapi aku yakin kau pasti suka." Jimin berkata. Dia bersikeras menyetir sendiri, sejak sebelum keberangkatan menolak untuk dijemput oleh saudaranya.

"Nanti Abel bangun." Hanna menunduk. Buntalan kesayangannya tertidur di pangkuan, kepala bersandar nyaman di dada. "Dia pasti lelah sekali."

"Bagaimana denganmu?"

"Aku?" Hanna mengelus punggung Abel, lalu menyingkirkan poni dari wajahnya. "Tidak terlalu capek, kok."

Hanna bergerak tidak nyaman di kursi. Dia belum bilang apa-apa pada Jimin tentang pertemuannya dengan Hwang Jiyeon di sekolah Abel. Hanna tidak tahu apakah Abel sudah bilang sendiri pada Jimin atau belum, karena Jimin juga tidak mengatakan apapun. Atau belum.

Kemarin, setelah makan siang dan istirahat sebentar di rumah, Hanna mengantar Abel ke apartemen dan kembali ke kantor. Entahlah bagaimana situasinya dan Jiyeon kemarin terlihat dari sudut pandang Abel. Hanna terlalu takut bertanya.

"Kita hanya akan mampir sebentar, mungkin sekadar numpang lewat di area resor. Rumah ibuku masih cukup jauh."

"Ibumu tidak tinggal di kota?"

"Tidak juga. Dari resor, kita akan putar arah ke Kingston. Tidak jauh dari Reservasi Tawatawa, mungkin sekitar satu jam. Tapi kalau kau lelah, kita bisa langsung ke sana saja."

"Tidak apa. Aku suka melihat pemandangan. Kita bisa jalan-jalan dulu." Hanna hendak berpaling ke pemandangan di luar, ketika telinganya menangkap suara pelan dari perut Jimin. Sambil terkekeh, berkata, "Astaga. Cari makan sekalian saja."

"Ini memalukan." Jimin tertawa pelan.

Selagi mobil sedan hitam yang mereka kendarai membelah jalanan sepi, Hanna berpikir mungkin mereka bisa membicarakan sesuatu. Abel masih tidur, hanya ada mereka berdua yang terjaga. Hitung-hitung supaya tidak bosan. Sekalian menghindari pertanyaan mendadak kalau-kalau Jimin bertanya. Lebih baik Hanna yang menggiring topik terlebih dahulu.

"Kenapa tidak mau dijemput kakakmu saja? Memangnya tidak lelah mengemudi seperti ini setelah jam terbang panjang?"

Kedua mata Jimin terus terfokus pada jalanan selagi dia berbicara. "Entahlah, kurasa waktu itu aku tidak berpikir panjang. Aku hanya merespon dengan sponton, untuk langsung menolak tawaran Joonie Hyung. Mungkin aku terlalu gugup."

Edenic {✓} SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang