“Jangan keluar Raka, tetap didalam sampai polisi datang,” seru Pak Joko tajam, ada tanda mengintimidasi dalam suara beratnya.

Raka tidak ambil pusing dan tentu saja tidak mengindahkan saran satpamnya itu, untuk kemudian melangkah keluar gerbang dengan menghempas jauh teriakan Pak Joko.

Tidak ketinggalan jeritan para kamu hawa yang saat ini tengah meneriaki namanya. Karena tidak ada yang mampu meredakan emosi Raka, apalagi sampai melawan kehendak anak donator itu.

Maka dari itu tidak mengherankan jika seorang Rakalarix berdiri digaris terdepan. Karena sama dengan namanya yang memiliki arti pemimpin dan penguasa. Begitulah kehidupan seorang Raka memporak porandakan dunia ini.

Raka berhadapan langsung dengan Richard selaku pentolan SMA Galaksi. Pertarungan sengit itu berlangsung hampir dua puluh menit, alhasil baik anak Alaska maupun Galaksi sama-sama babak belur.

Habis semua, muka lebam penuh luka, tidak ketinggalan wajah memar dan berbiru. Pengecualian hanya berlaku untuk kedua pemimpin.

Richard selaku pemimpin Galaksi mendapati lebam dimata sebelah kiri, akibat pukulan bertubi-tubi Raka.

Sementara Raka selaku pemimpin Alaska mendapat luka gores didahi sebelah kanan, akibat benda tajam yang dibawa Richard di saku celananya, ketika Raka tengah asik melayangkan pukulan kewajah lelaki itu.

Pertarungan gila itu terhenti ketika mobil polisi dan satpol pp datang. Hal tersebut sukses membuat Richard dan anak Galaksi lari kalang kabut dan pontang-panting, sementara Raka dan yang lainnya masuk kembali kedalam sekolah. Mereka tidak diizinkan pergi sebelum berhadapan langsung dengan polisi untuk dimintai keterangan.

Saat yang lain nya tengah siap melangkah ke aula, karena disana mereka yang ikut tawuran akan di intograsi, Raka malah berjalan kearah berlawanan.

     “Lo mau kemana tolol?” teriak Ardan heran. Sebut saja lelaki itu adalah tangan kanan Raka, sebab tidak ada yang berani berbicara sebegitu santainya kepada orang nomor satu disekolah itu. Tetapi tentu saja pengecualian hanya berlaku untuk teman-temannya.

Sontak suara Ardan menghentikan langkah yang lainnya, menatap intens kearah Raka.

      “Cabut,” jawabnya enteng.

    “Eh Onta, lo gak denger kita disuruh ke aula?” sergah Gery langsung.

     “Dan jalan ke-aula sekarang berubah posisi ye?” sambung Aska menyinggung.

     “Bawel!” jawabnya gusar.

     “Terus lo nyuruh kita yang jelasin? Sementara pemimpin nya mau kabur?” sambung Joe tidak terima.

    “Gue mau samperin sianjing itu!”  desisnya seraya bergegas pergi, meninggalkan seluruh tatapan bingung teman-temannya.

Tidak ada yang dapat melarang keinginan Raka, mereka hanya geleng-geleng kepala. Tidak juga menahan karena apapun yang Raka lakukan, selalu punya kejutan.

Bertepatan dengan kepergian Raka, mereka melangkah menuju aula.

***

     Michelle Karina Ruth, gadis berambut lurus sedada itu sibuk berkutat dengan panggilan bertubi-tubi yang tengah ia lakukan. Debaran jantungnya tak kunjung mereda, perasaan khawatirnya tengah dipuncak saat ini.

Pasalnya seseorang yang sangat berarti dihidupnya tengah berkelahi tepat didepan gerbang sekolahnya. Sejak tadi gadis itu sibuk bolak-balik tak tentu arah. Sehingga perlakuan gadis itu menimbulkan tanya dari dua orang sahabatnya.

ALARIX ( SUDAH TERBIT )Where stories live. Discover now