chapter 5 -

21 4 0
                                    

   
    "Va, lo mau pulang gak?" Lia berdiri dari bangkunya setelah selesai membereskan buku-bukunya. Dia menyampirkan tas nya di sebelah kirinya kemudian tangan kanannya merangkul Neta yang sudah ada di sebelahnya.

" Ya pulang lah. Massa mau jadi penunggu sekolah." Jawabku  ketus.

     " Ketus bener buk. Lagi pms ya?" Tanya Lia dengan senyum miring.

Aku hanya menanggapinya dengan mengangkat bahu. Jujur saja, aku  merasakan keganjilan dalam diriku semenjak pelajaran terakhir berlangsung. pak Manto, guru Sosiologi yang santai abis. Beliau menjelaskan materi pelajaran selama satu jam. Kemudian, memberikan catatan sampai jam pelajarannya habis. Di pertemuan selanjutnya, beliau akan memeriksa semua buku catatan. Jika ada yang tidak mencatat atau tulisannya berbeda. Pak Manto akan memberikannya hukuman yang ringan yaitu, meringkas pelajaran sebelum dan sesudahnya secara rinci dan jelas walaupun sudah dicatat. Karena aku sendiri pernah merasakan hukumannya pak Manto.

    " Kali aja lo mau nemenin mang Arya."

     Aku merasa mendengar suara tanpa dosa yang keluar dari sampingku. Jika sebelumnya aku bisa menahan gejolak kejahatan dalam diriku. Tapi kali ini, tidak ada ampunan lagi untuk makhluk yang sedang asik bergaya amit-amit di depan kamera ponselnya. Aku melemparkan tas ku ke arah Lia yang merapikan rambutnya di depan cermin kecil milik Neta. Mungkin dia terkejut dengan aksiku.

Aku melipat ke dua lengan baju tatapan tajam tak lepas dari Neta .
" Neta, lo mau pukulan rasa apa?" Pertanyaanku mengalihkan fokusnya dari ponselnya.
Dengan santai dia memasukkan pondel ke dalam tas lalu menarik nafasnya perlahan, tak lupa dia tersenyum manis ke arahku. Untuk saat-saat seperti ini, senyuman itu layaknya malaikat Malik yang bertugas menjaga api neraka di hadapanku.

" Gue mau siap-siap dulu Va," dia menyengir kuda lalu melanjutkan kalimatnya " siap-siap kabur........." dia langsung lari terbirit-birit  keluar kelas. Tanpa pikir panjang, aku berlari mengejarnya meninggalkan Lia sendirian di kelas.

" Eh minion!! Lo kenapa pada kabur? WOY!!" dia berteriak dari pintu kelas tanpa ada memerdulikan.

    Minion?

Lebih tepatnya panggilan untuk Neta yang memiliki badan mungil. Anggap saja kami seperti tangga, Lia adalah orang tertinggi diantara kami.

  Aku  fokus pada satu mangsaku yaitu Neta. Dia benar-benar harus merasakan gigitan lebah kelaparan. Salah satu kebiasaan paling aneh adalah menggit layaknya nyamuk. Namun, gigitanku jauh lebih ganas.

Aku pernah mengigit Neta dulu, ketika ia menggodaku dengan kak Liam. Kak Liam sendiri adalah kakak kelas yang termasuk popular di sekolah. Selain karena tampang yang tidak diragukan lagi, dia juga vokalis band sekolah. Dan satu hal lagi, aku mengidolakannya dari kelas sepuluh tanpa dia tahu kalau aku adalah fans fanatiknya. But it’s oke. Aku hanya mengaguminya.

    Neta berlari ke arah kelas 12, lebih tepatnya yang ada di lantai tiga. Aku sempat berpikir, kenapa dia gak lari ke arah parkiran aja? Biar kalau sampai tinggal aku gigit terus langsung pulang bersama bang Erik. Neta benar-benar lari ke lantai tiga. Mungkin karena trauma yang dia alami sehingga tidak bisa berpikir panjang sekarang.
“Ampun Va!!”
“Lo tega banget dah, mau gigit gue lagi!!”

Dia memohon untuk di maafkan sambil terus berlari. Aku tetap dengan pendirian untuk memberinya hukuman khusus dariku. Anak-anak tinggal sedikit yang masih ada di sekolah. Bahkan di lobby hanya satu orang yang masih disana yaitu, mang Arya. Satpam penjaga sekolah yang setia dari zaman bang Arkan sekolah di sini, bahkan mungkin lebih lama dari angkatan bang Arkan. Aku tau itu dari bang Erik yang menceritakanku ketika baru bersekolah di SMA Nusa Bakti.

    " eh Misa!!! Balik kesini!!" teriaknya saat aku berlari dihadapannya. Aku melambaikan tangan padanya " yang semangat kerjanya mamang." Balasku meneriakinya sambil menoleh sebentar kepada mang Arya. Namun, ketika menoleh kembali untuk meluruskan pandangan. Seseorang yang sedang memainkan ponselnya keluar dengan santai dari dalam kelasnya. Sedangkan aku terlanjur berlari dengan kencang sehingga tidak bisa menghentikan langkah cepatku

My AREAWhere stories live. Discover now