"Suruh tunda besok saja."

Hyoji menjambak surai hitam legam suaminya. "Apa alasannya? Karena Jeon Daepyonim-nya ingin tidur dan seharian bersama istrinya?" Jungkook bahkan tersenyum dan mengangguk seolah berkata, nah-itu-kau-tahu. "Tetapi aku tidak mau," Hyoji segera mematahkan harapannya.

"Kalau begitu tunda jamnya, agak siangan."

Kalau saja Hyoji tak tega untuk menghempas kepalanya, sudah ia lakukan sejak tadi. Mungkin Jungkook lupa kalau istrinya ini mampu mematahkan tulang manusia. Oh, atau ia perlu menunjukkan lisensi taekwondonya? Mungkin juga ia perlu membuat Jungkook sedikit babak belur ketika berangkat ke kantor.

"Aku harus apa supaya kau bangun?"

"Apanya? Adikku? Sudah bangun, kok. Mau lihat? Atau mau dimandikan?"

Ia terperagah, refleks menatap ke dalam balik celana lelakinya. Untung saja masih tertutupi selimut. "Dasar mengerikan!"

"Apanya yang mengerikan? Kau jelas sangat menyukainya."

Matanya terpejam menahan amarah juga semburat merah di pipi. Ia menyingkirkan kepala Jungkook dari pangkuannya. "Terserah deh, Jung. Terserah mau bangun atau tidak." Hyoji bangkit dan berjalan menjauh. "Aku mau sarapan dan berangkat ke rumah sakit."

"Jangan kemana-mana. Awas saja kalau kamu pergi!"

Hyoji berhenti melangkah, ia menengok ke belakang dan Jungkook masih saja memejamkan matanya dengan guling yang sudah berada di dekapan. Ya Tuhan! Apa para istri di luar sana mengalami hal serupa pula? Hyoji memutar balik langkah dan meraih ponsel di atas meja rias. Ia menelepon seseorang dan sengaja menggunakan pengeras suara begitu telepon telah terjawab.

"Ada apa, Hyo?"

"Seokjin Oppa, boleh minta tolong?"

Mata Jungkook mendadak terbelalak begitu mendengar nama si dokter tampan itu.

"Tentu saja Tuan Putri, ada apa?"

Jungkook melirik ke arah Hyoji dengan tatapan intimidasi, seolah berkata awas-saja-kalau-macam-macam.

"Aku sudah baik-baik saja dan merasa tidak berguna di rumah. Aku akan sangat dibutuhkan di rumah sakit. Jadi, bisa jemput aku?"

Jungkook segera melompat dan merebut ponsel wanitanya. Memandang Hyoji dengan tatapan tak suka dengan caranya. "Apa-apaan sih, Hyo?!" Ia mendesah kesal. "Iya, iya, aku bangun."

"Kenapa bangun? Sana tidur!" Hyoji juga tak kalah galak, ia pergi dari hadapan Jungkook seraya berteriak, "Jangan lupa jemput aku, Oppa! Aku merindukanmu!"

Jungkook berdecak dan menghela napas kasar tatkala Hyoji sengaja menutup pintu dengan keras. Sementara seseorang di telepon terus menyerukan nama Hyoji dan bertanya, apa kau baik-baik saja? Jungkook terpaksa mengangkat dan menjawabnya, "jangan dengarkan omong kosongnya, dia cuma sedang mabuk."

"Hei! Suami yang bodoh! Kenapa kau membiarkan wanita yang sedang hamil mabuk?!"

"Sudah, ya. Tak perlu datang. Suaminya masih berfungsi di sini."

"Yak! Awas kalau sampai Hyoji kenapa-napa!" pekiknya.

"Sudah ya!" Jungkook nyaris menekan tombol merah, tetapi lawan bicara malah berbicara dengan suara lantang dan cepat.

"TUNGGU DULU, SIALAN! HEI KAU SIALAN! SUAMI MANA YANG MEMBIARKAN ISTRINYA YANG SEDANG HAMIL MABUK? BODOH SEKALI, YA TUHAN! OTAKMU PERLU DIREVISI! KALAU TAK BISA MENGURUSNYA BERIKAN SAJA HYOJI PADAKU! KAU KIRA TIDAK ADA YANG MAU MENGURUSNYA?! HEI, ASAL KAU TAHU YA, BANYAK YANG TERGILA-GILA DENGAN HYOJI!"

𝑰𝒏𝒏𝒆𝒓𝒎𝒐𝒔𝒕Where stories live. Discover now