Wanita itu sedang fokus dengan ponselnya. Ketika Jungkook mendekat ia terlihat pura-pura tidak peduli. Jungkook sudah tahu jika akhirnya jadi begini. Jinri pasti sangat kesal padanya karena ia tidak menepati janjinya tadi siang.

"Jinri-ya, kenapa kau memainkan ponselmu tanpa menghidupkan lampu kamar? Matamu bisa sakit." katanya.

Jinri tanpa suara mematikan ponselnya lalu meletakkan ponselnya tersebut ke atas nakas. Setelah itu, ia langsung merebahkan dirinya bersiap-siap untuk tidur. Sekali lagi tanpa suara. Menatap Jungkook pun tidak.

"Okey... aku tahu kau marah padaku karena siang tadi. Maafkan aku... aku benar-benar minta maaf, Jinri-ya." ucapnya mencoba meminta maaf walaupun sedikit persen Jinri langsung memaafkannya.

"Kau sibuk dan tidak punya waktu untuk menghubungiku, bukan? Tidak usah minta maaf, aku sudah tahu. Aku saja yang terlalu bodoh menunggumu tadi dan berharap kau segera datang." sahut Jinri akhirnya bersuara. Ia tidak tahan juga menahan rasa kesalnya dengan diam.

"Ya... aku... aku sibuk dan ponselku mati. Aku tidak bisa menghubungimu." alasannya. Ia secara spontan berkata seperti itu. Jungkook berkali-kali mengucapkan kata maaf di dalam hati pada Jinri.

Jinri bangun, ia menatap Jungkook dengan raut wajah marah. "Bukannya kau bisa mengisi daya ponselmu di studio? Jika kau benar-benar sibuk, kenapa kau tidak bilang saja dari awal." Ia mengambil napas sejenak. "Aku sudah menunggumu selama tiga jam dan... kau... kau tidak datang. Itu keterlaluan, Jungkook-ah." katanya hampir menangis.

Jungkook terlihat terkejut. Ia tidak menyangka Jinri menunggunya selama itu. Seharusnya ia memberi kabar dan memberikan alasan apapun agar wanita itu tidak menunggunya. Tapi, sekarang nasi sudah menjadi bubur. Karena fokus menolong Yuri, ia menjadi lupa janjinya pada Jinri.

"Maafkan aku." gumamnya. Hanya itu yang dapat ia katakan.

Jinri tidak menjawab, wanita itu menyingkirkan selimut dari tubuhnya lalu bangun dari tempat tidur. Ia meninggalkan kamar dengan perasaan kecewa bercampur kesal.

Jungkook memijat pelipisnya dengan helaan napas berat. Hanya kata maaf yang bisa ia katakan sekarang. Ia tidak bisa jujur pada Jinri apa yang terjadi sebenarnya. Jika ia jujur, Jinri pasti akan terluka dan tidak akan mau mempercayainya lagi. Ia sudah berjanji untuk tidak bertemu dengan Yuri lagi namun janji itu ia ingkar begitu saja.

-00-

"Irene... jangan bertele-tele. Berikan kontak sekretaris Lim padaku."

Jungkook kini tengah berbicara dengan Irene, kakak sepupunya. Ia berusaha membujuk kakaknya untuk memberikan kontak sekretaris kepercayaan Wonwoo, sekretaris Lim. Irene pasti tahu karena wanita itu pernah bekerja di perusahaan kakeknya dan sekretaris Lim adalah teman Irene semasa kuliah dulu. Ia tidak mungkin tidak menyimpan kontak sekretaris Lim.

"Aku tidak akan memberikannya jika kau tidak memberitahuku apa alasanmu meminta kontak sekretaris Lim. Kau bertengkar lagi dengan Wonwoo?" terdengar suara keras Irene dari seberang seakan Jungkook tidak bisa mendengar suaranya jika ia tidak berbicara dengan keras.

"Irene, aku tidak tuli, okey? Kecilkan volume suaramu. Aku tidak bisa menceritakannya sekarang. Berikan saja kontaknya padaku. Dan... aku tidak sedang bertengkar dengan si brengsek itu." sahut Jungkook setengah kesal.

"Panggil aku Noona. Aku lebih tua darimu." perintah Irene. "maka aku juga tidak bisa memberikan kontaknya sekarang."

Jungkook menutup matanya sejenak dengan helaan napas berat. Irene benar-benar menguji kesabarannya. Jika ia tidak mengingat orang yang tengah berbicara padanya ini adalah kakaknya, mungkin ia sudah mengeluarkan kata-kata kasar sejak tadi. Bertengkar dengan Irene bukanlah hal bagus, wanita itu memiliki tingkat kegalakan hampir setara dengan Hana.

Married by AccidentWhere stories live. Discover now