Wattpad Original
Ada 8 bab gratis lagi

Bab 1

121K 4.3K 232
                                    

Vanesa menatap foto berpigura emas di tangannya. Membelai ringan wajah ayu nan sendu dari seorang wanita yang tengah tersenyum dengan perut besar yang tercetak di sana. Rambut hitamnya dikuncir ekor kuda dan tanpa riasan sama sekali. Kakaknya Mili selalu terlihat bersahaja dari dulu.

Matanya berkeliling menatap kamar tidur almarhum kakaknya. Dekorasi sederhana yang didominasi warna pastel, kamar ini sungguh sangat nyaman untuk ditempati. Kecuali sekarang, pemiliknya tidak ada lagi di sini.

Mereka dua bersaudara saling bertolak belakang dalam sifat. Jika Mili berkarakter lemah lembut dan ramah maka dirinya justru kebalikan. Judes, tomboy dan slebor tapi dia terlahir dengan kondisi fisik sehat. Sedangkan kakaknya tidak beruntung karena tubuhnya sakit-sakitan, bahkan dari bayi sampai menikah. Mili akhirnya meninggal saat bayinya berumur beberapa bulan. Tanpa sadar Vanesa mendesah, mengenang kehadiran sang kakak. Perbedaan umur tiga tahun membuat mereka akrab satu sama lain.

"Vanesa, aku jatuh cinta," ucap Mili suatu hari.

Vanesa ingat sore itu, Mili baru saja pulang dari tempat temannya. Tubuhnya yang langsing dengan wajah yang biasanya pucat hari ini tampak begitu bahagia. Vanesa memandang keheranan pada kakaknya.

"Siapa dia, Kak?"

Mili menjatuhkan badannya ke samping Vanesa yang sedang asyik membolak-balik majalah berisi resep-resep kue. Rumah mereka sepi, dan hanya ada mereka berdua duduk di sofa ruang tengah.

"Dia tampan dan lebih dari itu, apa namanya, jantan!" Mili terkikik genit.

Vanesa memandang heran kakaknya yang kini terlihat berbeda dari biasanya.

"Terus? Siapa dia?"

Mili mempermainkan rambutnya. Menggigit bibir bawahnya yang merona.

"Kak? Kok diam?"

"Jadi gini, tadi ada seorang wanita setengah baya yang sedang mencari kebaya untuk kondangan. Terus, dia datang bersama anaknya yang tampan luar biasa," desah Mili dengan mata menerawang. "nggak pernah aku lihat cowok setampan dan seramah dia."

Bagi Vanesa suatu hal luar biasa mendengar kakaknya bicara soal cowok. Mili selalu malu dan tidak percaya diri tiap kali Vanesa ingin mengenalkannya pada laki-laki mengingat kondisi tubuhnya, tapi hari ini, dia terlihat berbeda.

"Lalu? Kakak minta nomor handphone-nya?"

Mili mengangguk sambil terus tersenyum. "Dengan alasan jika kebaya Mamanya ada kendala atau siap lebih cepat dari waktu yang ditentukan, kami akan meneleponnya."

Vanesa tertawa, bahagia melihat kakaknya merona dan tertawa. Hingga suatu hari kakaknya datang ke rumah membawa orang yang dia cintai.

Kaget, bingung dan linglung!

Saat Vanesa menatap sosok lelaki yang dikenalkan Mili pada seluruh keluarganya sebagai teman dekat adalah kekasihnya sendiri. Saat itu hubungan mereka sedang renggang karena sesuatu hal, mereka tidak saling menghubungi untuk beberapa waktu. Siapa sangka jika kekasihnya adalah laki-laki yang dicintai oleh Mili.

Vanesa mendesah. Mengingat masa lalunya. Pikirannya teralihkan oleh suara tangais bayi yang terdengar dari arah dapur. Setelah meletakan kembali foto ke tempat semula, di sebelah foto laki-laki tampan menggendong bayi, Vanesa bergegas menuju tempat suara.

"Diih, anak manis. Ngapain nangis-nangis digendong Oma? Sini, ikut Tante." Dengan sigap Vanes mengambil bayi dari gendongan mamanya dan mendudukkannya di pangkuan. Mencoba untuk menggantikan posisi mamanya memberikan susu formula pada bayi yang tadinya menangis kencang.

Begitu ada di dalam dekapan Vanes, tak lama bayi itu terdiam dan mulai menyusu dari botol dengan tenang. Vanes membelai wajah bayi mungil itu dengan sayang.

CINTA TIGA HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang