PART 30

47.7K 2K 94
                                    

Byurrr!

Tubuh seorang wanita tersentak dari tidurnya, Zahra mengerjapkan matanya dengan lemah.

Tubuhnya terasa sangat pegal, Zahra menatap nanar ke arah sekitar, ia hanya melihat ruangan yang di isi oleh nya dan seseorang yang sedang berdiri tegap di depan nya.

“Sudah bangun sayang?”

Deg.

Zahra melebarkan mata nya, wanita itu mendongakkan kepalanya. Rasa sakit terasa saat ia menggerakkan tubuhnya, Zahra menatap lirih ke arah tali-tali yang mengikat erat tubuh nya. Bahkan Zahra dapat melihat guratan merah di kulit nya yang bersentuhan dengan tali.

“Apa yang mas ingin kan! Lepaskan aku!”

“Hahaha!”

Zahra menatap tajam ke arah suami nya. Wanita itu tak habis pikir dengan sifat dan kepribadian yang di miliki Jordi, laki-laki itu tampak seperti orang gila.

“Berikan aku cip nya! Kau pikir aku tak tahu jika ternyata istri polos ku ini juga seekor rubah yang licik.”

Cuih.

Jordi menundukkan kepalanya saat ludah Zahra mengenai wajah nya. Laki-laki itu berdecih pelan.

“Aku tahu kau sudah mengingat masa lalu kita Zahra, kau adalah cinta pertama ku, dan begitu juga sebaliknya. Tapi apa Zahra! Takdir membuat kita menjadi seperti ini, andai saja! Andai saja jika ayah mu tak membunuh kembaran ku! Maka ku jamin sekarang ini kita sudah hidup bahagia!”

Zahra tersentak kaget saat Jordi membentak nya dengan nada kencang, laki-laki itu lalu mencengkam kuat rahang istri nya, bahkan wanita itu dapat merasakan gigi nya menggores pipi dalam nya dengan kasar.

“Ayo lah sayang, berikan kepada ku cip nya!” teriak Jordi dengan geram.

“Kau tak tahu kebenaran nya mas, bukan ayah ku yang membunuh Nurul, tapi Nurul lah yang menjadikan dirinya tameng untuk melindungi ayah ku!”

Plak.

Wajah Zahra menoleh dengan cepat ke arah samping saat Jordi menampar nya dengan kuat. Gadis itu bahkan dapat merasakan darah segar di mulut nya.

“Diam kau jalang! Kau tidak tahu apa-apa, berikan aku cip nya atau kau akan ku bunuh!”

Tes.

Zahra meneteskan air mata nya, wanita itu tak percaya jika suami nya sudah buta akan kekuasaan dan kebenaran yang selama ini di ragukan keaslian nya. “Percayalah, bukan itu kejadian yang sebenarnya.” lirih Zahra sambil menatap sedih ke arah istri nya.

“Jangan mudah di hasut oleh setan mas, sadar lah aku ini istri mu. Kita bisa membicarakan semua ini dengan baik-baik, sekarang lepas kan aku dan kita lihat baik-baik isi dari cip peninggalan ayah ku.”

Rahang Jordi mengeras, sorot mata laki-laki menajam dan menusuk tepat ke arah mata Zahra.

“Untuk yang kesekian kali nya aku meminta secara halus kepada mu! Berikan aku cip nya!”

“Kumohon mas, jangan termakan oleh emosi, demi Allah bukan ayah ku yang membunuh Nurul, aku sudah mendengar semua cerita nya dari bibi, paman, dan juga orang tua mu mas. Bukan ayah ku yang membunuh Nurul, malahan ayah ku datang untuk menyelamatkan dia, tapi karena keadaan kalian yang tersudut, peluru yang seharusnya mengenai ayah ku meleset ke arah Nurul karena dia mendorong tubuh ayah ku.”

Zahra menangis, kali ini dia bukan menangis karena penderitaan milik nya, wanita itu menangis karena melihat suami nya yang termakan oleh hasutan setan.

“Percayalah mas, kita bisa membicarakan ini dengan baik-baik.” lirih Zahra dengan lembut.

Srettt.

Deg.

Tubuh Zahra tersentak ke belakang, kepala gadis itu mendongak sambil menatap lirih ke arah tatapan tajam yang Jordi berikan. “M-mas.” mata Zahra membulat tak percaya dengan tindakan yang Jordi lakukan pada nya.

“I-inikah yang kau inginkan?”

“Uhuk! Uhuk!” darah segar keluar dari mulut Zahra saat gadis itu terbatuk.

Wajah nya memucat, perut gadis itu tertancap oleh sebuah pisau. “Kenapa mas! K-kenapa!”

Jordi tersenyum penuh kemenangan saat melihat Zahra yang mulai melemah. Laki-laki itu lalu membuka ikatan tali yang melilit tubuh Zahra, ia tersenyum senang saat melihat tubuh Zahra yang meringkuk kesakitan.

“Memang ini tujuan awal ku jalang, awal nya aku hanya berencana untuk menceraikan mu ketika cip itu sudah aku dapatkan, tapi kau terlalu lancang sehingga membuat ku terpaksa harus membunuh mu.”

Zahra tersenyum manis ke arah suami nya. Gadis itu menitikkan air mata nya dengan rasa yang sangat perih, nafas nya tersengal-sengal. Zahra menunduk dalam, wanita itu tersenyum lirih, ini kah takdir hidup nya, di benci oleh orang yang di sayangi nya.

“Aku sangat membenci mu Zahra, kau adalah hama bagi ku.”

Tes.

Lagi-lagi air mata nya jatuh dan membasahi wajah yang mulai memucat itu. “Terima kasih telah menjadi suami untukku, terima kasih atas semua nya. Aku bersyukur bisa menikah dengan laki-laki yang aku cintai.”

Jordi berdecih pelan sambil menatap remeh ke arah tubuh yang mulai melemah itu. “Baiklah jika ini yang mas mau, k-kalau begitu aku akan memberikan kepada mas cip nya.” lirih Zahra sambil mencoba untuk mendudukan dirinya.

Wanita itu bersandar pada dinding, tangan yang bergetar itu lalu melepas hijab berwarna putih yang sudah menjadi merah. Dengan sisa tenaga yang ia punya, Zahra melepas kalung yang bertengger manis di leher nya.

“I-ini, ambil lah. Semoga mas senang dengan apa yang mas lakukan.”

Mata Jordi membulat dengan bahagia saat melihat benda yang ia cari-cari selama bertahun-tahun akhirnya jatuh ke tangan nya.

Dengan cepat laki-laki itu merampas kalung nya.

“Tunggu!”

Tubuh laki-laki itu tertahan, dengan bosan ia lalu menatap malas ke arah Zahra.

“B-bisakah mas memegang perut ku, h-hanya itu permintaan terakhir ku.”

Laki-laki memutar bola matanya dengan malas, ia lalu meletakkan tangan nya ke atas perut Zahra yang tertancap sebuah pisau.

“S-satu bulan.”

Jordi mendongkak kan kepalanya dan menatap bingung ke arah Zahra.

“Umur b-bayi kita satu bulan. M-maaf baru memberi tahu kan nya kepada mas saat ini.”

Jordi lalu menatap tajam ke arah perut datar milik Zahra, sejenak laki-laki itu tertegun. Namun, detik selanjutnya ia tersenyum remeh dan menatap rendah ke arah istri nya.

“Aku tak sudi mempunyai anak dari mu, dan aku bersyukur jika kalian mati saat ini.”

Deg.

“A-aku t-tahu mas, terima kasih atas semua nya.”

“Selamat menikmati waktu terakhir mu, sayang.” desis Jordi dengan senyuman manis nya.

Laki-laki itu segera berdiri dan meninggalkan tubuh Zahra yang sudah melemah.

“Aku rasa ini lah takdir yang Allah berikan kepada ku, bahwa hidupku hanya akan mendatangkan malapetaka bagi orang-orang di sekitar ku. Aku berjanji pada mu mas, aku benar-benar akan pergi jika kau menginginkan nya.”

* * *

Jujur, gw buat part ini berurai air mata. Enggak tahu kenapa, mungkin karena faktor masalah yang sedang gue hadapi dan juga part ini mendukung air mata gw untuk keluar.

Wahyu retsyafani
20:23 WIB.

MAFIA VS MUSLIMAHNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ