Ia bukan seorang composer dan penulis lagu freelance lagi sekarang. Jungkook sudah mendatangani kontrak kerja dengan agency milik Namjoon. Walaupun nanti ia berada di Amerika, ia tidak akan libur. Ia tetap berkontribusi dalam pengerjaan lagu untuk debut solo salah satu trainee yang di produseri oleh Yoongi. Ada dua lagu ciptaannya yang akan di masukkan ke dalam album yang rencananya akan selesai tahun depan. Hal itu tentu saja salah satu prestasi baru bagi Jungkook.

-00-

Jungkook masuk ke dalam studio pribadi milik Namjoon tanpa repot-repot mengetuk pintu. Ia malas melakukan hal-hal formal walaupun sekarang Namjoon adalah atasannya. Namjoon pun terlihat tidak memusingkan sikap kurang sopan Jungkook. Ia sudah paham dengan sikap adik iparnya itu, percuma saja ia marah. Mungkin Jungkook akan menurut pada awalnya namun lama-lama ia akan kembali bersikap seperti itu. Yang terpenting sekarang baginya adalah otak jenius dan bakat hebat yang dimiliki oleh Jungkook.

"Hyung, dimana Yoongi Hyung? Studionya terkunci rapat." katanya. Kini lelaki itu duduk dengan nyaman di sofa berwarna abu-abu yang dilengkapi dengan bantal dan selimut. Biasanya jika lembur, Namjoon membuat sofa kesayangannya itu menjadi tempat tidur darurat.

Namjoon memutar kursi kerjanya. Ia menghadap kearah Jungkook yang entah sejak kapan sudah duduk nyaman sambil memeluk bantal miliknya. "Kau tidak tahu? Yoongi pulang ke Daegu pagi tadi karena Jiwoo akan melahirkan."

Pada saat itu ponsel Namjoon bergetar tanda pesan masuk, ia mengambil ponselnya lalu mengecek isi pesan yang ternyata dari Yoongi. Ia memberi kabar jika Jiwoo sudah melahirkan bayi perempuannya satu jam lalu.

"Oh... baru saja dibicarakan... Jiwoo sudah melahirkan. Bayinya perempuan." beritahu Namjoon sambil mengetik pesan di ponselnya untuk memberi selamat pada Yoongi sahabatnya. Hana istrinya pasti sudah tahu lebih dulu, tapi sayangnya Hana sekarang sudah berada di Paris. Sepertinya ia harus menghubungi istrinya nanti untuk menanyakan hadiah apa yang cocok untuk bayi Yoongi dan Jiwoo.

"Akhirnya... pasangan Harang sudah lahir." Komentar Jungkook dengan senyum jahil.

Namjoon langsung menatap Jungkook tajam. "Siapa yang kau maksud pasangan Harang? Aku tidak pernah setuju putraku mempunyai ayah mertua seorang Min Yoongi. Tidak akan pernah."

Walaupun Namjoon dan Yoongi berteman dekat, entah kenapa mereka berdua bersikeras tidak ingin menjodohkan anak-anak mereka nanti. Yoongi lebih setuju jika nanti putrinya berjodoh dengan Hyungseok putra Seokjin.

"Tapi sepertinya Noona berpikir lain, Hyung." sahut Jungkook.

Namjoon tertawa merendahkan. "Aku akan melakukan berbagai cara untuk menggagalkan rencananya."

Jungkook hanya menganggukkan kepalanya tanpa berkomentar lagi. Jika ia melanjutkan komentarnya maka semakin panjang pembicaraan mereka mengenai topik perjodohan anak yang bahkan masih belum tahu apa-apa.

"Oh ya, bagaimana dengan rencana kepindahanmu? Apa semuanya lancar?" tanya Namjoon. Pria itu bangun dari tempat duduknya lalu membuka lemari pendingin kecil di sudut ruangan. Isinya kosong. Sepertinya ia harus belanja untuk mengisi lemari pendinginnya.

"Ya... aku dan Jinri mulai memilah-milah barang yang akan kami bawa nanti." sahut Jungkook seadanya.

Namjoon terlihat menatap Jungkook cukup lama tanpa berkomentar apapun. Sepertinya Jungkook tidak memberitahu Jinri tujuan awalnya dulu jika mendapatkan beasiswa. Jungkook sebenarnya tidak terlalu berambisi untuk pergi melanjutkan sekolah ke Amerika jika bukan karena Yuri.

Tapi setelah dipikir-pikir, Jungkook tidak harus atau lebih baik jangan memberitahu Jinri akan masalah itu. Toh, tujuan itu pada akhirnya berubah. Jika Jinri tahu malah akan membuat kesalahpamahan.

Married by AccidentWhere stories live. Discover now