Wanna be in Love ~ Part Twelve

Start from the beginning
                                    

"Di mana Raoul Cimera?" tanya Dean santai.

"Beliau ada di ruang kerjanya. Akan saya panggilkan, Sir." Dengan setitik rasa kecewa yang terlihat di wajahnya karena tidak mendapat perhatian Dean, Monica berlalu, mendorong pintu cermin tinggi yang sebelumnya kukira hanya cermin biasa. Meninggalkanku bersama Dean yang berdiri mematung.

"Tolong, Dean." Aku menatap dengan mengiba. "Aku tidak bisa melakukan itu."

"Melakukan apa?"

"Elizabeth—"

"Kau bisa mengatakan sendiri kepadanya nanti."

"Tapi—"

"Sudah terlalu siang. Lebih baik kau memilih gaunmu dulu."

Didorong oleh rasa ingin tahu, aku meraih label harga di salah satu gaun terdekat, lalu membelalak ngeri. "Tidak bisakah kita pergi ke tempat lain yang lebih terjangkau untukku? Aku yakin di Los Angeles banyak menyediakan toko seperti itu." Aku berbisik, bergidik ngeri melirik harga yang menggantung.

Dua belas ribu dolar! Astaga, ini gila. "Isi kantungku tidak sanggup membayar tagihannya walau hanya untuk selembar pakaian."

Dean menatapku dengan pandangan seolah aku orang aneh. "Aku yang akan membayar."

Aku mengerang. "Oh, tidak." Menggeleng. "Kau tidak bisa melakukannya."

"Tentu aku bisa. Dan aku akan melakukannya."

Oh! Tentu saja aku akan membayarnya! Aku tidak akan berutang apapun lagi pada pria ini.

Baru aku akan membuka mulut, seorang pria mengenakan jins dipadu dengan kaus hitam berkerah V yang rendah hingga menunjukkan bulu dadanya yang lebat dan lengan kausnya ditarik hingga siku, muncul dari pintu cermin tadi.

"Dean Quinton." Pria itu merentangkan tangannya, tersenyum dengan gaya menggoda. Berhenti tepat di hadapan kami sambil berkacak pinggang. "Apa kabar? Sudah sangat lama tidak bertemu. Empat tahun? Lima? Sejak—"

"Raoul Cimera," sela Dean dengan nada tajam. Lanjutnya lagi, "Aku butuh bantuanmu."

Pria bernama Raoul ini terkekeh. "Tentu saja kau butuh bantuanku. Kau tidak mungkin berada di sini kalau tidak membutuhkan bantuanku," ucap Raoul semanis madu dengan sedikit aksen Italia dalam suaranya yang berat. Satu jemarinya menyentuh lengan jaket Dean dengan gaya menggoda. "Bantuan macam apa yang kau butuhkan dariku, Quinton?"

Tidak bisa menahan diri, aku tersenyum geli.

Dean melotot padaku. "Dia membutuhkan gaun untuk nanti malam."

Dia. Mengapa rasanya menyebalkan mendengar Dean menyebutku seperti itu? Seolah aku tidak memiliki nama.

"Dan siapakah dia ini?" Raoul melirikku genit. Seolah kurang menyakitkan, Raoul lebih menekankan lagi kata dia.

Aku mengulurkan tangan. "Alex."

"Raoul, ini Alexandra Hilton. Teman kencanku nanti malam."

Teman kencan? Wajahku merona.

"Wow," ujar Raoul sambil bersiul menggoda. "Kini kau berkencan dengan wanita muda, eh?"

"Carikan saja baju yang cocok untuknya," Dean memberi perintah.

"Baiklah," ucap Raoul dengan gaya bosan. "Ke mana kalian akan pergi?"

"Acara amal."

"Aku tahu apa yang harus aku lakukan." Raoul mengangguk lalu menoleh ke balik bahu dan berteriak, "Monica!"

CRAZY IN LOVE (REPUBLISHED)Where stories live. Discover now