Wanna Be In Love ~ Part Ten

1.4K 197 9
                                    

Happy reading 

*
*
*


"Elizabeth, perkenalkan ini Alexandra Hilton." Ia melambaikan ke arahku. "Sekarang ia menggantikan Barbara dalam mendampingi Erica bekerja."

Aku mengangkat kepala ketika kudengar Dean menyebut namaku. Menyunggingkan senyum profesional yang sudah kulatih.

Oh. Mata biru dan tatapan tajam itu. Serupa dengan milik pria yang ada di sebelahnya. Dengan rambut tembaga yang berkilau memesona di balik punggung, wanita cantik ini tampak seperti Dean dalam versi wanita.

Wanita ini adiknya! Elizabeth Quinton. Yang memilih berkarier sebagai fashion stylist daripada harus memegang jabatan tinggi di perusahaan milik keluarga. Rasa lega yang tidak masuk akal tiba-tiba menjalari diriku hingga aku terkejut.

Mengingat bagaimana arogansi Dean selama ini, diam-diam aku berdoa semoga wanita ini tidak sama menyeramkannya seperti saudara laki-lakinya. Ketika ia mengulurkan tangannya yang berjari lentik dan terawat seraya tersenyum ramah, ketakutan itu menguap sirna. Aku menjabat tangannya.

"Apa kabar?" sapa kami bersamaan. Aku tersenyum canggung. Semoga wajahku tidak memerah tapi dia terus saja memperhatikanku.

Apa aku kelihatan aneh? Karena rasanya aku sekarang ini berubah menjadi papan iklan yang menjadi pusat perhatian. Tapi demi kesialan hidupku, aku bisa melihat sorot penasaran yang bercampur dengan rasa geli ketika tatapannya beralih dari Dean yang tak acuh sebelum menatapku lagi.

"Ayo masuk," ucap Elizabeth, menggamit lengan Dean.

Dean berhenti sejenak. Menengok ke belakang, menatapku dengan tajam. "Aku sudah pernah mengatakan kepadamu untuk tidak berjalan di belakangku, Alex," ucapnya dengan nada datar dan dingin.

Aku tersentak, secara naluriah aku mengambil langkah lebar dengan setengah melompat demi berdiri di sisinya. Elizabeth tertawa tertahan. Ugh! Pasti dia sekarang tahu bagaimana penderitaanku demi mengikuti keinginan kakaknya yang brengsek.

Aku berjalan mengikuti keduanya ke ruang duduk. Dean duduk di satu-satunya kursi bersandaran tinggi yang ada di sana, menatapku. "Kau ingin makan atau minum sesuatu?"

Aku menatap Arthur yang berdiri tidak jauh dari kami. "Air putih jika tidak merepotkan."

"Robert Mondavi dingin untukku, Arthur," ucap Dean, lalu menatap dengan bertanya pada Elizabeth.

"Tidak, terima kasih," jawab Elizabeth dengan kesopanan yang hanya bisa didapatkan dari sekolah asrama terbaik di Inggris dengan harga yang pastinya bisa membuatku mencekik leher.

Tak lama kemudian, seorang pelayan wanita datang membawa minuman untuk kami.

Dean menyesap minumannya perlahan. "Kau akan menginap di sini?" tanya Dean pada Elizabeth.

Elizabeth mengangguk. "Tadinya aku memang akan menginap di penthouse, karena nyatanya barang-barangku sudah dikirim ke sana lebih dulu beberapa hari yang lalu. Tapi karena Richard juga baru akan datang besok malam, aku ingin memanfaatkan waktuku sebisa mungkin untuk berkumpul dengan kalian. Terlebih ada Alexandra di sini." Elizabeth menatapku, senyum lebar menari-nari di bibirnya yang sensual.

Keningku berkerut samar. Limbung mendengar nada antusias dalam suara Elizabeth. Tidak mengerti mengapa ia harus sesenang itu.

"Bagus," jawab Dean singkat.

"Lagipula ada yang harus kulakukan di sini." Entah mengapa, Dean menatap memperingatkan. Tapi Elizabeth mengacuhkannya. "Berapa lama kalian akan berada di sini?"

CRAZY IN LOVE (REPUBLISHED)Where stories live. Discover now